Kau tau, apa yang lebih menakutkan dari kebohongan? Yaitu ketika kebohongan itu membahayakan dirimu sendiri
-----------------------------------------
"Mbook.."
Aku menatap mbok darmi dari depan pagar rumah. Melihat mbok sedang duduk santai di pendopo mini bersama dengan wulan, gadis kecil yang sudah kuanggap adikku sendiri.
"Nak sarah,kemari.."
Mbok darmi menyambutku,menepuk-nepuk tanganya di samping tempat duduknya. Aku menyambutnya,lalu duduk disampingnya.
"Biyuh-biyuh.. anak wedokku.. akhir-akhir ini pasti sulit buatmu nak. Sini,letakkan kepalamu di pangkuan mbok" mbok darmi mengusap-usap punggungku
Kata-kata mbok darmi bak sebuah magnet kuat di diriku, aku lantas meletakkan kepalaku di pangkuan mbok darmi. Dan disambut dengan belaian sayang di rambutku. Momen ini, adalah momen yang paling mengingatkanku pada seseorang, ibu.
"Mbok.. aku kangen ibuk,kangen rumah"
rintik-rintik air mata keluar perlahan di kelopak mataku. Wulan kecil mengusapnya dengan lembut dengan tangan-tangan kecilnya.
"Sssst.. sudah-sudah. Mbok juga ibumu disini nak sarah,kamu juga sudah seperti anak mbok, dan wulan juga sudah menganggapmu seperti mbakyu"
"Sebentar lagi sarah akan dijemput oleh pengawal kerajaan untuk menghadiri musyawarah agung"
Mbok darmi terlihat kaget, beliau mengangkat kepalaku dan menatapku.
"Gusti.. kenapa bisa jadi seperti ini. Anakku, semoga tuhan selalu melindungimu."
Suara derap langkah kaki kuda memutuskan pembicaraan kami. Tampak tiga kuda dengan hiasan kerajaan,bersama dengan panglima berhenti di depan rumahku. Aku lekas beranjak dari pendopo mini dan menghampiri mereka.
Salah satu panglima membeberkan sebuah kertas yang terbuat dari kulit kayu tepat di depanku. Dengan tulisan sansekerta yang aku tidak tahu artinya panglima tersebut mengatakan
"Atas nama kerajaan majapahit, Yang mulia raja rajasanagara hayam wuruk memerintahkan kepadamu untuk menghadiri musyawarah agung hari ini di pendopo agung"
"Aku siap.." aku menjawab lirih
Lalu salah seorang pengawal mempersilahkan aku menaiki kuda. Perlahan kaki kuda berjalan membawaku. Aku melihat mbok darmi dan wulan yang menatapku cemas. Dan segerombolan tetanggaku di pemukiman berjejeran melihat kepergianku.
Sesampainya di pendopo agung,halaman utama terasa begitu sunyi hanya tampak beberapa kuda dan gajah yang sedang asyik memakan rumput. Para pengawal berjalan di depanku memasuki pendopo. Hayam wuruk duduk tegak diatas singgasananya. Wajahnya tenang, namun tatapanya terlihat mendung.
Lalu di samping kiri terdapat beberapa orang bersarung putih,berjanggut dan memiliki gulung ikat kepala. Tampilanya yang seperti ki ageng waktu itu. Dari penampilan dan usianya itu adalah mpu dan petuah yang dyah maksud.
Dan disamping kanan beberapa petinggi-petinggi kerajaan atau bisa disebut rakyran menatapku sinis,termasuk senopati manggala. ada dyah yang juga menatapku cemas. Disana aku tak melihat sosok gajah mada. Ah,mungkin beliau sedang melakukan ekspedisi seperti biasanya
Isi pendopo yang bahkan tak sampai setengah-nya tampak mencekam. Para pengawal bersimpuh di depan sang raja, begitupun aku.
"Yang mulia raja haya wuruk, hamba telah menunaikan tugas hamba membawa sarah untuk menghadiri musyawarah agung" kata salah seorang pengawal.
"Baiklah.. terimakasih. Kalian boleh kembali." jawab hayam wuruk.
Lalu para pengawal perlahan mundur dengan hormat,termasuk aku.
Aku menatap sekilas hayam wuruk. Tatapanya masih tetap tenang, namun ada sebuah kesedihan yang tidak bisa ia tutupi di kedua bola matanya. Lalu aku menunduk kembali. Dan setelah suasananya menjadi hening, hayam wuruk membuka pembicaraan.
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !