Keesokan harinya, disaat pagi menjelang, suara sepatu kuda berhenti di rumah. Dari situ sudah jelas tampak seorang gadis kerajaaan bersanggul yang sebagaian rambutnya terurai perlahan mendekati rumah. Aku yang berniat mengagetkan Dyah membuka pintu ketika Dyah hampir meletakkan tanganya di pintu.
"Wuaaaa.. !!! hahaha.."
"Duh, gusti,,, bikin kaget aja kamu Sarah." Dyah menunjukkan ekspresi kagetnya sambil memegang dada.
Dyah tampak ceria tak seperti tadi malam. namun ada garis-garis kesedihan yang tidak bisa dia sembunyikan. namun dyah sepertinya berusaha untuk menutupinya.
"Sarah.. Apakah kamu akan memakai itu untuk prasasti?" lirik Dyah memandangku dari atas ke bawah ketika aku memakai setelan rok dan blouse yang aku bawa dari masa depan.
"Lha iya.. Trus aku pakai apa."
"Bukanya Raka memberimu selendang, dan baju Majapahit?"
"Ouw.. Maksudmu itu.." Kepalaku menoleh ke arah sebuah hadiah yang diberikan Hayam Wuruk pada saat penghargaan di pesta rakyat. Hadiah itu masih tertata rapi di atas dipan tempat tidurku.
"Iya.. Kamu pakai itu Sarah. Ayo aku bantu pakaikan."
Huuft,, aku menghela nafas panjang. Aku sangat tidak biasa memakai pakaian tradisional, apalagi memakai yang melilit-lilit di perutku. Namun, berbeda dengan Dyah. Dia sepertinya sangat semangat sekali memakaikan pakaian itu. Sehelai demi sehelai kain melingkar di tubuhku. Sebelum memakai sarung kain, aku memakai celana yang terbuat dari jahitan tangan khas Majapahit, agar aku bisa menyisingkan sarung ketika kami menaiki kuda.
"Nah.. Bagus begini kan..?" Dyah memegang kedua bahuku, dan melihatku dari atas ke bawah. Memastikan apa pakaian itu terlihat bagus olehku.
"Yuk.. Kita berangkat.." Kami menaiki kuda bersama perlahan, sambil menikmati pagi hari yang sejuk ini.
"Kain itu.. Raka yang memilihnya untukmu. Sangat bagus sekali."
"Ouw.. Iya, kainya sangat bagus sekali Dyah. aku menyukainya" aku memegang pinggangnya, aroma melati tercium jelas di rambutnya, sangat nyaman sekali.
"sarah.." dyah menoleh kearahku
"hmm.."
"sarah, ingatlah satu hal. siapapun tidak akan berani berbuat jahat kepadamu ketika raka dan aku bersamamu" dyah berusaha meyakinkanku.
"iya... tapi dyah, aku hanya tidak ingin ada anggapan buruk tentang kamu dan baginda raja."
"tidak.. tidak akan" Dyah berkilah
"kita akan membuat prasasti dimana dyah?" aku bertanya kepada dyah
"di pemukiman seniman sarah. disana berkumpul seniman-seniman terbaik majapahit, pemahat, mpu yang ahli dalam membuat prasarti, arca maupun keris. kita akan menuju di rumah ki ageng, dia adalah pemahat kerajaan."
"mm.." aku mengangguk paham
Kemudian Sarah memacu kudanya dengan cepat, menuju pemukiman seniman. Setelah sampai disana, kami sambut oleh bunyi bebatuan beradu dengan pahat, suara dentingan membentuk sebuah melodi yang khas.
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !