delman berhenti tepat di depan pemukina mleccha. aku berjalan perlahan, namun yang aku rasakan justru keanehan. para warga sekilas melihatku,membicarakanku. Namun ada juga yang tak peduli, tetap melakukan aktifitas mereka. Langkahku terus berjalan hingga seorang ibu bersanggul dari seberang jalan memanggilku.
"Nak sarah.. kemarii!!"
Mbok darmi melambaikan tanganya dari kejauhan
"Iya mbok.." aku menoleh ke arahnya,menghampirinya.
Sampai di pagar rumah mbok darmi langsung menggenggam tanganku,menggandengku masuk menuju rumahnya. Wulan yang bermain boneka kayu terhenti seketika mendengar derik pintu yang dibuka oleh mbok darmi.
"Nak sarah.. dengar,semua orang membicarakanmu nak. Di pasar ataupun di pemukiman ini." Mbok darmi menatapku serius
"Kenapa mbok" aku bertanya
"Karena kamu terlihat dekat dengan gusti baginda hayam wuruk. Ada salah satu warga yang melihat kalian berdua di telaga segaran." tatapan mbok darmi terlihat serius.
Aku mengangguk,
"Waktu itu memang kami bertemu di telaga segaran mbok. Tapi karena aku berteman dengan dyah, mungkin juga aku bisa dekat dengan hayam wuruk" aku berkilah.
"Bukankah ki waluyo mengingatkanmu supaya kamu tidak dekat dekat dengan dyah. Ingat nak sarah,kita ini rakyat biasa. Dyah dan hayam wuruk adalah keluarga kerajaan. Mbok tidak mau ada berita miring tentang nak sarah. Nak sarah sudah seperti anak mbok." Mbok darmi menggenggam tanganku.
Aku mengiyakan, lalu mohon pamit dan segera beranjak dari rumah mbok darmi. Saat keluar dari pagar rumah mbok darmi, seekor kuda coklat berdiam diri di depan pagar rumahku. Aku menyadari kuda itu adalah milik dyah, mungkin dyah telah menungguku di rumah.
Derik pintu kayu yang kubuka menyadarkan dyah yang menyalakan lampu minyak di dalam kamar. Menyadari kehadiranku,dyah tertegun. Wajahnya kaget,namun sesaat. Setelah itu tersenyum lebar.
"Eee... jadi raka mengambil bajuku untuk dipakaikan olehmu sarah?" dyah tersenyum licik penuh curiga.
"Maaf dyah,karena belum bilang kepadamu." Aku sedikit menunduk,meminta maaf.
Dyah menempelkan lampu minyak di dinding,lalu duduk di atas dipan sambil menggoyang-goyang kakinya.
"Tidak apa-apa sarah,jika yang meminjam adalah kamu. Raka bahkan pergi di kamarku demi mangambil beberapa kain,ternyata itu adalah untukmu. Hari ini kalian pasti senang sekali" dyah tampak cemburu,bibirnya mengerucut
Aku membuka jendela kecil di samping dipan tempat tidurku,cahaya malam langsung menerobos kamar,bersamaan dengan hembusan angin malam yang dingin.
"Itu bukan seperti yang kau bayangkan dyah. Hari ini kami pergi melihat air terjun pacet" aku berkilah,melambaikan tangan.
Dyah lantas berdiri, lalu mnyandarkan tanganya di jendela kecil sambil memandang milyaran gugusan bintang dilangit.
"Kau tau sarah.. aku justru berharap prasangkaku benar. Sehingga kamu tidak perlu kembali ke masa depan" dyah menatap langit,tak sedikitpun memalingkan wajahnya.
"Dyah.." aku lirih menjawabnya. Karena akupun juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sarah.. ayo kita buat prasasti besok!"
Dyah memalingkan wajahnya,menatapku dengan semangat.
"Pra.. sasti?? Untuk apa dyah" Aku sepertinya pernah mendengar itu. Seperti batu pahatan yang menyerupai seseorang.
"Supaya aku selalu mengingatmu ketika kamu kembali. Esok setelah fajar menyingsing aku akan datang kesini" dyah tersenyum.
"Baiklah..." aku mengangguk.
langkah sepatu kuda seketika mengalihkan pemandangan malam di depan jendela. mahapatih gajah mada berhenti dan mendekatkan kudanya disamping kuda dyah.
"mahapatih?" gumam dyah.
tak seperti biasanya baginda rajasa yang menjemput adiknya sendiri. namun kali ini sepertinya mahapatih gajah mada yang diutus untuk menjemput dyah. mungkin baginda raja tahu akan rumor yang terjadi. dyah tampak sedih karena kakak yang seharusnya menjemput dia, tergantikan oleh mahapatih. kami lalu keluar rumah dan mahapatih menundukkan kepala kepada dyah sebagai salam hormat.
"gusti ayu.. bagida raja memerintahkanku untuk menjemputmu"
"kenapa tidak raka sendiri yang menjemput,mahapatih?" dyah bertanya.
"gusti baginda sedang berbicara dengan senopati manggala,gusti ayu. ini mengenai rumor yang terjadi akhir akhir ini"
dyah menatap mahapatih dengan serius
"rumor? apa maksud mahapatih"
"setelah sampai di istana, hamba akan menjelaskan. sekarang, gusti ayu pulang bersama hamba. baginda raja telah menunggu di istana"
"baiklah..."
dyah mengangguk, lalu menatapku lesu. tampaknya dia tidak tahu sama sekali tentang rumor yang beredar. aku yakin, pasti ada seseorang yang melihatku di telaga segaran ketika bersama hayam wuruk dan menyebarkan berita kepada masyarakat. aku menatap kepergian dyah dan mahapatih berjalan lirih dengan kudanya. perlahan, hingga gelap menelan bayanganya
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !