kuda kami melaju dengan sangat cepat. melewati bukit, pepohonan dan sungai-sungai kecil diantaranya. meskipun aku belum pernah menaiki kuda, namun aku merasa baginda raja hayam wuruk lihai dalam mengendalikanya.
Setelah melewati pepohonan di dalam hutan,terdengar deru deram suara air yang jatuh dari atas ketinggian. Aroma tanah bercampur dengar air membuat sejuk pemandangan dan fikiranku. nyanyian burung yang melompat satu demi satu ranting pohon, derik binatang hutan, gesekan dedaunan kering yang terinjak oleh kaki kuda hayam wuruk membuat sempurna suara alam yang tidak pernah sealami ini.
"Air terjun..." aku menggumam
"Ya.. kamu benar sarah, ini adalah air terjun pacet" haya wuruk
pacet, ah.. itu adalah air terjun yang pernah kudengar dari beberapa teman ekskul pecinta alam di sekolahku. katanya banyak terdapat hewan pacet atau lintah yang menghisap darah kita jika kita tidak nerhati-hati. itulah kenapa air terjun ini dinamakan pacet.
Hayam wuruk terlebih dahulu turun dari kudanya, lalu merentangkan kedua tanganya. Aku terdiam menatap kedua tanganya.
"Ayolah.. apa kamu malu?" Kata hayam wuruk
Aku menghela nafas panjang
"Sarah.. bukan pertama kali ini aku menggendongmu. Malam itu, saat pesta rakyat. Dyah bahkan memohon kepadaku untuk membawamu ke kamarnya"
"Iya baginda, keesokan paginya baginda rajasa bilang kalau tubuhku ber-"
Tanpa ba bi bu,hayam wuruk lalu menggendongku turun dari kuda. Aku lantas kaget, tapi dia hanya membalas dengan senyum merekahnya.
beningnya air membuat pergerakan bebatuan kecil tampak jelas di mataku. udara yang sejuk dan lumut-lumut yang menggantung di dinding bebatuan membuat aku terkesima akan indahnya alam. tanganku memainkan gelombang-gelombang air yang mengalir ringan menuju bebatuan,
"indah bukan?" hayam wuruk berdiri di sebelahku.
aku yang duduk di atas batu bisa melihat jelas kakinya yang dialiri air
"iya baginda raja.."
"sarah.. sepertinya senopati manggala mencurigaimu"
aku mendongak ke atas, melihat hayam wuruk yang menatap lumut-lumut dinding air terjun
"aku rasa senopati sudah mencurigaiku sejak aku pertama memasuki aula kerjaan baginda"
mendengar hal itu, hayam wuruk tertawa kecil, gigi-giginya yang putih mengintip manis di balik bibirnya yang kemerahan. dia lantas menutupnya dengan kepalan tanganya
"sarah.. kau tau, sejak pertama kali aku melihatmu di aula itu. aku terdiam sejenak, aku sempat berfikir kamu adalah seorang pemberontak, namun setelah aku melihat raut wajahmu yang kebingungan, aku berubah fikiran. kamu benar-benar seperti anak ayam yang lupa rumahnya"
aku tertawa lepas mendengar hal itu, memang benar, saat memasuki aula aku bingung bukan kepalang. apalagi saat senopati manggala menodongkan keris kearahku. aku benar-benar merasa akan mati detik itu juga jika dyah tidak datang ke padaku.
"iya.. saat itu aku benar-benar takut ketika senopati manggala megarahkan kerisnya ke arahku. namun setelah berhari-hari tinggal disini. aku mulai terbiasa dengan majapahit, dengan kehidupanya"
"kalau begitu tinggallah disini sarah,jangan kembali ke masa depan" hayam wuruk menatapku.
aku menatap hayam wuruk, tatapan yang penuh harap memintaku agar terus berada di majapahit. lagipula itu hal yang mustahil. kesempatanku satu-satunya untuk kembali ke masa depan hanya sekali, yaitu saat matahari berada tepat di atas gapura wringin lawang. lama mata kami bertemu, hayam wuruk berdiri.
"apapun keputusanmu, aku mendukungnya sarah. setidaknya aku ingin menunjukkan kepadamu kenikmatan hakiki"
hayam wuruk kemudian melepas baju, lalu berjalan menuju air terjun, duduk bersila di atas batu besar di bawah air terjun. aku melihatnya pun terheran heran, apa ini yang dimaksud kenikmatan hakiki?
"baginda rajasa.. apa ini kenikmatan hakiki yang kau maksud?"
aku berteriak lalu berjalan di depanya. suara air yang deras benar-benar melenyapkan teriakanku.
hayam wuruk tak menghiraukanku. aku tetap berdiri di depanya yang duduk bersila, dua menit berlalu. hayam wuruk membuka matanya lalu beranjak.
"cobalah.." ucapnya sambil merentangkan tanganya ke arah batu.
"hmm" aku menggelengkan kepalaku,menolaknya.
"ayolah.. menurutmu untuk apa aku mengajakmu jauh-jauh kesini. lagipula aku juga membawakan baju untukmu"
aku menghela nafas lalu perlahan aku duduk di atas batu, dan wusssss... guyuran air memenuhi kepalaku aku menutup mata rapat-rapat merasakan kerasnya air yang menimpa kepalaku. suara tawa yang keras membuatku membuka mata perlahan melihat sosok raja muda yang tertawa keras sambil bersendekap tanganya. suatu ekspresi yang tidak di tampakkan oleh hayam wuruk ketika berada di dalam kerajaan. aku beranjak dari dudukku, lalu juga tertawa lepas seperti hayam wuruk.
"bagaimana? menyenangkan bukan" tanyanya sambil tertawa lepas.
"iya.. terima kasih baginda rajasa sudah mengajakku ke tempat ini" aku tersenyum
"hmm.." hayam wuruk mengangguk
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !