Akhirnya aku pulang karena perintah sang mahapahih. Namun aesaat setelah aku melewati gapura pintu keluar seseorang menarik tanganku bersembunyi di balik gapura
"Aaah.. mmm"
ternyata dyah, menarikku dan membungkam mulutku. Kepalanya menoleh sesaat melihat sang mahapatih kembali ke pertapaanya. Menyelinap sepertinya sudah menjadi kebiasaan putri ini. Hmmph, aku mendengus nafas panjang yang mengenai telapak tanganya
"Ssssttt.. lihat mahapatih dulu"
Dyah memastikan sudah tidak ada lagi bayangan mahapatih di depanya. Lalu membuka telapak tanganya yang sedari tadi membuka mulutku.
"Kamu ngangetin aja dyah.. huuft..."
"Hahaha..." dyah tertawa lepas.
Aku juga refleks tertawa. Namun sesaat terdiam melihat parasnya yang begitu cantik, secantik purnama pertama yang aku lihat berbinar di langit malam. Beruntungnya aku bertemu gadis ini. Putri kerajaan yang bersahaja dan baik hati
"Gadis sepertimu malam-malam ke pendopo agung kenapa sarah??"
Dyah memergokiku
"Aku pulang dari ladang setelah selesai bekerja. Kebetulan aku melewati pendopo ini. Dan aku mendengar suara seseorang merapal bacaan"
"Mahapatih maksudmu?"
"Iya dyah, apa dia selalu seperti itu"
"Hmmm" dyah mengangguk..
Kami berjalan lima meter dari gapura pintu masuk pendopo. Menuju sebuah pohon yang disana diikat seekor kuda.
"Iya.. itu adalah janji mahapatih kepada leluhurku untuk mempersatukan nusantara" dyah menjelaskan. Lalu naik ke punggung kuda yang menunggunya dengan setia.
Dyah mengulurkan tanganya kepadaku dari atas kuda
"Naiklah.. aku akan mengantarmu"
Aku meraih tanganya dan naik ke punggung kuda tepat di belakangnya.
Kuda dyah perlahan melaju diantara sepinya suasana malam
"Bagaimana hari ini sarah, apa kamu menikmatiya?" Dyah bicara membelakangiku. Anak-anak rambutya mengenai wajahku, aroma mawar. Sesaat aku tenang menghirup aromanya.
"Menyenangkan.. dan menyedihkan."
"Menyedihkan? Menyedihkan kenapa sarah." Dyah langsung menoleh kearahku
"Pertama aku belum terbiasa dengan ini semua. Aku ingin kembalii.."
"Hehehe.. aku harap kamu segera kembali sarah. Namun aku juga berharap kamu tidak kembali. Aku senang mempunyai teman sepertimu"
Rak lama kemudian kami sampai di pemukiman mleccha. Dan setiap orang sudah mengunci pintu rumah mereka masing-masing. Aku turun dari kuda, dyahelambaikan tangan dan pergi
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !