Tepat saat fajar menyingsing di awan timur, ayam jago mulai bangkit dari pertapaanya, berdiri tegak membusungkan dada mengepak-ngepak sayapnya tinggi-tinggi dan berkokok sekeras yang ia bisa. Kelopak mata masih terasa rapat untuk dibuka, menggeliat tubuhku berusaha melawan gejolak magnet tempat tidur yang terasa keras, namun masih nikmat untuk ditiduri.
Aku bangun, dan terdiam sejenak menatap kanan kiri atas bawah dan pemandangan di balik jendela yang masih sama seperti kemarin, di majapahit. Padahal yang kuinginkan adalah pemandangan kamarku yang bercat belewah dengan hiasan gambar bunga.
Kulihat di depan rumah, mbok darmi bercengkrama dengan sapu lidinya, mengorek-ngorek indah tanah yang berserakan dedaunan berguguran.
"Pagi nak sarah" senyuman mbok darmi menyadari aku yang barusan menatapnya
"Pagi mbok" aku tersenyum tipis
Pemandangan inilah yang paling menyenangkan selama di majapahit, kicau burung pagi,ayam berkokok, sejuknya embun pagi, dan yang paling penting adalah, senyum mbok darmi.
Aku segera bergegas menyiapkan diri untuk pergi ke sawah hari ini menumbuk padi, bersama ki waluyo. Mandi dengan air sumur jobong terasa sangat dingin hingga menusuk kulit.
Kali ini aku memakai pakaian lengan panjang yang diberikan mbak sunarsih waktu itu, berwarna coklat muda dan sedikit lusuh, maklum pakaian ini adalah pakaian bekas mbak sunarsih. Lalu untuk bawahanya aku memakai batik yang kulibat libat lalu kutali dengan potongan kain panjang
"Ayo nak sarah.." lambai tangan ki waluyo menyuruhku bergegas
"Siap ki..!!"
Kami menaiki perahu kecil seperti biasanya, aku memberikan dua koin perak kepada pemuda yang mengayuh perahu kecilnya.
Tak sepeeti biasanya, masyarakat yang berlawanan dari arah kami terlihat murung, seolah ada kejadian tak terduga yang berasal dari sawah.
"Kenapa ki?? Sepertinya terkadi sesuatu di sawah" aku menoleh ke arah ki waluyo yang sepertinya sependapat denganku
Perahu kecil terhenti tak jauh dari sawah. Tak sedikit orang yang berkumpul di sawah, semuaya sama, bermurum durja.
Bahkan langit yang tadinya cerah menyembunyikan sinarnya di balik awan awan gelap yang timbul dari kesedihan masyarakat yang berada di sawah
"Mbak sunarsih,ada apa?"
Aku menyapa mbak sunarsih terlihat muram
"Hama tikus.. tikus, menyerang semua padi yamg ada disini"
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !