Read More >>"> PROMISE
Loading...
Logo TinLit
Read Story - PROMISE
MENU
About Us  

PROMISE

Aku menemukanmu berada di ruang yang sama denganku, namun tak sanggup memagut rindu. Sepanjang yang kutahu, kita selalu seperti ini bukan? Berbicara melalui mata, tanpa perlu benar-benar bersuara. Kau tahu? Bahkan jantungku dapat berpacu dua kali lipat hanya dengan menatap sosokmu. Saat ini, aku benar-benar merindukanmu.

 

 Secangkir cokelat panas dihadapanku tak lagi tampak menarik. Aku mendesah. Merasa penat dengan berbagai beban yang datang silih berganti. Dengan enggan, aku melirik jam yang berada pada pergelangan tanganku. 17.30 . Mengapa waktu terasa begitu lambat? . Sekali lagi, kualihkan tatapanku kearah meja di seberang. Berusaha merekam profil seorang pemuda yang kini tengah termenung . Tak ikut larut dalam tawa beberapa pemuda lainnya .

Miris. Ingatanku kembali pada malam berbintang di bulan Febuari enam tahun silam. "Mengapa kau memilih kakakku?" Tanya seorang pemuda berkulit putih dan berhidung mancung. Pandangannya menerawang. Seragam SMA yang dikenakannya tampak berantakan. Aku menelengkan kepalaku. Tertawa sendu sebelum kemudian menjawab.

"Karena aku tak mungkin memilihmu"

ia tertawa sumbang. Menatap langit selama beberapa detik lalu kembali menunduk. "Begitukah? Karena aku telah menyakitimu? Kau tak mampu memaafkanku?"

 Aku terdiam cukup lama. Benarkah aku tak mampu memaafkannya? Tidak. Aku mampu memaafkannya, sungguh. Ia memang telah menyakitiku, menggantungkan hubunganku dengannya selama berbulan-bulan, kemudian mengkhianatiku dengan menggandeng gadis lain. Namun sepercik kesadaran mengingatkanku bahwa alasan terbesarku menolaknya bukanlah karena hal tersebut. Melainkan karena aku telah mencintai sosok lain. Sosok yang datang setelah kepergiannya. Sosok yang mampu membuatku merasa istimewa .

"Aku telah memaafkanmu" ujarku tulus "namun hatiku tak lagi untukmu"

***

 Bunyi lonceng yang menandakan kedatangan pengunjung lain membuatku terkesiap. Seketika, aku terhempas kembali ke dalam dunia nyata. Aku berdecak. Dengan putus asa meraih cangkir cokelat yang kepulan asapnya tak lagi terlihat. Menyesapnya perlahan meski tak lagi hangat. Dan pandanganku jatuh pada sepasang kekasih muda yang tengah bertengkar hebat. Beberapa pengunjung kini mulai turut memandang mereka penuh rasa ingin tahu.

 Aku memegang keningku. Jengah. Entah mengapa pemandangan tersebut justru membangkitkan kembali sisi emosionalku. Kali ini, tanpa dapat ku cegah, kenangan demi kenangan kembali menyergapku.

 ***

 "Selamat untuk hari jadi kita yang ke 3 tahun" aku berteriak girang sembari menghampiri seorang pria tampan dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Ia duduk membelakangiku. Tak tampak terkejut dengan kehadiranku yang begitu tiba-tiba.

"Kau tak membawa bunga hari ini?" Aku mengerling jahil kearahnya. Ia terkiki kecil seraya menggeleng.

"Aku hanya membawa sebatang cokelat dan sekotak hadiah" jawabnya, mengacungkan sebuah kotak dan sebatang cokelat kesukaanku. Aku sudah terlampau girang untuk menyadari apa yang sedang terjadi saat ini.

 "Terimakasih. Aku juga membawa hadiah untukmu" sembari menyodorkan sekotak hadiah, aku menempatkan diriku disampingnya. Sedikit terkesan dengan pemandangan taman yang tampak berbeda dari tahun lalu. Tiga tahun sudah kami menjalani ikatan sebagai sepasang kekasih. Ia menyatakan cintanya di taman ini, taman yang juga menjadi awal dari pertemuan kami. Kala itu aku tengah menangis tersedu-sedu lantaran patah hati dan mendapati dirinya tengah memergokiku sembari mengataiku 'cengeng'.

 Dia adalah Erfan Wijaya, pria berusia tiga tahun diatasku yang memiliki sifat luar biasa dingin , dan dengan caranya sendiri ia berhasil menyembuhkan luka di hatiku. Luka hati yang bahkan disebabkan oleh adiknya sendiri.

 "Terimakasih" Erfan menerima kado tersebut seraya mengacak-acak poniku. Suatu kebiasaan yang entah mengapa tak dapat dihentikannya hingga saat ini. Aku mendengus kesal, namun kekesalanku tak bertahan lama kala melihat kelembutan dari pancaran martanya. Ia benar-benar pengasih. Dibalik segala sifat dinginnya, aku tahu bahwa ada kelembutan yang amat sangat di dalamnya.

Sayangnya kelembutan tersebut tak bertahan lama. Kini tatapannya terlihat sendu, jenis tatapan yang tak pernah kulihat sebelumnya. "Ada apa denganmu?" Tanyaku ragu. Ia tertunduk. Cukup lama. Aku baru akan menyuarakan kembali pertanyaanku kala akhirnya ia mengangkat kepalanya ,menatapku langsung dengan kedua matanya yang memerah.

"Ayahku menentang hubungan kita" ujarnya lirih. Aku membelalakkan mata, dan tanpa sadar menjatuhkan kado pemberiannya.

"Mengapa?" Tanyaku dengan nada tercekat. Merasa sulit mempercayai apapun yang baru saja kudengar. Seingatku, aku tak pernah melakukan kesalahan apapun terhadap keluarganya. Terlebih orang tuanya. Mereka seringkali menyambutku dengan cukup baik, bahkan sangat baik.

"Karena ayah berpikir bahwa aku mulai melalaikan tugasku sebagai penerusnya. Ia menganggap hubungan kitalah yang menjadi penyebabnya" Aku tak bisa berkata-kata. Keheningan mendera. Hanya terdengar kicauan beberapa burung kecil yang datang silih berganti.

"Apa kau.. Akan menyerah dengan keadaan ini?" Tanyaku pada akhirnya. Berusaha menekan segala emosi yang mulai menyelimutiku. Mati-matian kucegah jatuhnya air mata, sekedar memastikan bahwa hatiku tak benar-benar hancur untuk kedua kalinya.

"Tidak" serunya panik. Ia menatapku lurus-lurus . "Aku mengajukan sebuah perjanjian kepada ayahku. Apabila dalam waktu dua tahun ini aku dapat membangkitkan keterpurukan perusahaannya dan mendirikan sebuah cabang, aku boleh kembali bersamamu. Namun, hingga saatnya tiba nanti, maukah kau menungguku?" Tanyanya sungguh-sungguh.

Seketika itu juga air mata membanjiri pipiku. Luar biasa terharu lantaran ia bersedia memperjuangkan hubungan kami kembali. Aku mengangguk yakin ."Aku akan menunggumu"

***

 Satu tahun setelahnya, kami benar-benar tak lagi berkomunikasi. Ia nampak sangat sibuk. Setiap pertemuan yang terjadi pada kami hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Aku hampir putus asa lantaran menahan rindu yang kian hari kian membuncah. Namun aku tak dapat berbuat apa-apa. Setidaknya, masih berada dikota yang sama dengannya dan mampu melihat sosoknya tanpa disengaja saja, sudah membuatku merasa cukup tenang.

 Sayangnya, semua berubah menjelang tahun kedua. Ia tak lagi terlihat dimana-mana. Sosoknya bagai menghilang dari peredaran. Perasaan panik menderaku, meskipun aku berusaha menekannya dalam-dalam, berharap bahwa Erfan tak pernah lupa akan janjinya.

Dan janji memang hanyalah janji, nyatanya Erfan tak pernah kembali. Dua tahun yang berlalu serta penantian panjangku berakhir sia-sia .Aku merasa begitu bodoh. Hatiku hancur berkeping-keping. Setelahnya, aku tak lagi tahu bagaimana cara untuk memulihkannya.

***

Sekali lagi, bunyi lonceng membuatku tersadar. Aku menatap cangkir yang sedari tadi kugenggam. Kosong. Rupanya tanpa sadar aku telah menyesapnya hingga tandas. Kualihkan tatapanku kearah sekeliling. Tak ada lagi pertengkaran . Sepasang kekasih yang tadi bertengkar pun kini telah lenyap. Aku mendesah. Jam tangan yang kukenakan menunjukkan pukul 18.30.

Tatapanku sempat bertabrakan dengan pemuda diseberang yang tak jua beranjak. Kekecewaan kembali menyergapku bersamaan dengan rasa benci yang menyeruak diantaranya, namun entah mengapa segala perasaan tersebut tak mampu menandingi rasa rinduku. Dengan enggan aku bangkit, menyampirkan tas tanganku dan melangkah keluar Cafe.

Erfan melakukan hal yang sama. Namun aku tak perduli. Benar-benar tak perduli hingga akhirnya ia menghadang jalanku.

"Meli" panggilnya putus asa lantaran aku terus menerus mengacuhkannya. "Maafkan aku"

aku menatapnya sengit. Hanya ini? Hanya permintaan maaf yang bahkan telah kadarluarsa lah yang bisa ia ucapkan setelah sekian lama aku menunggunya? Benar-benar menyedihkan !

"Untuk apa kau kembali? Untuk menertawakanku? Kau merasa menang telah mempermainkan perasaanku?" Tanyaku pedas seraya tersenyum sinis.

"Maafkan aku karena tak mampu menepati janjiku. Kala itu, aku tak dapat menghubungimu untuk memberitahukan bahwa tugasku belum selesai. Aku takut kau akan kecewa dan menyerah untuk menungguku jika aku mengatakannya. Aku berusaha keras selama ini. Sangat keras. Dan aku sadar bahwa kini semuanya telah sia-sia akibat ulahku sendiri, terlalu pengecut untuk menghadapimmu secara langsung. Dan kau pasti membenciku bukan? Sekali lagi, maafkan aku" Erfan menatapku sendu, membuat hatiku seketika luluh. Katakanlah bahwa aku bodoh karena kini aku mulai kembali berharap kepadanya.

"Kau kemari untuk menepati janjimu yang tertunda?" Nada suaraku melunak.

 Ia mengangguk seraya merogoh saku celannya, mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah . Dengan gerakan perlahan Ia membukanya, memperlihatkan sebuah cincin indah yang bertengger didalamnya.

"Aku tahu ini keterlaluan. Kau mungkin masih sangat membenciku. Namun bolehkah aku berharap?" Sejenak ia menghembuskan nafasnya berat. Terlihat sedikit gugup.

"Will you marry me?" aku terbelalak. Sirna sudah seluruh amarah yang selama ini kupendam. Tergantikan dengan keharuan yang menyeruak secara tiba-tiba. Aku memejamkan mataku beberapa saat. Merasakan kelegaan yang tiada tara. Dan ketika aku membuka kembali mataku, aku tersenyum tulus seraya mengangguk.

Tags: romance

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ARRA
1172      524     6     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
Ken'ichirou & Sisca
9230      2323     0     
Mystery
Ken'ichirou Aizawa seorang polisi dengan keahlian dan analisanya bertemu dengan Fransisca Maria Stephanie Helena, yang berasal dari Indonesia ketika pertama kali berada di sebuah kafe. Mereka harus bersatu melawan ancaman dari luar. Bersama dengan pihak yang terkait. Mereka memiliki perbedaan kewarganegaraan yang bertemu satu sama lain. Mampukah mereka bertemu kembali ?
Dramatisasi Kata Kembali
648      324     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
Until The Last Second Before Your Death
431      308     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
BOOK OF POEM
1899      590     2     
Romance
Puisi- puisi ini dibuat langsung oleh penulis, ada beragam rasa didalamnya. Semoga apa yang tertuliskan nanti bisa tersampaikan. semoga yang membaca nanti bisa merasakan emosinya, semoga kata- kata yang ada berubah menjadi ilustrasi suara. yang berkenan untuk membantu menjadi voice over / dubber bisa DM on instagram @distorsi.kata dilarang untuk melakukan segala jenis plagiarism.
Dearest Friend Nirluka
399      291     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
The Difference
7782      1710     2     
Romance
Diana, seseorang yang mempunyai nazar untuk berhijab setelah ada seseorang yang mengimami. Lantas siapakah yang akan mengimami Diana? Dion, pacar Diana yang sedang tinggal di Amerika. Davin, sahabat Diana yang selalu berasama Diana, namun berbeda agama.
Cinta (tak) Harus Memiliki
4853      1237     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
THE CHOICE: PUTRA FAJAR & TERATAI (FOLDER 1)
2054      885     0     
Romance
Zeline Arabella adalah artis tanah air yang telah muak dengan segala aturan yang melarangnya berkehendak bebas hanya karena ia seorang public figure. Belum lagi mendadak Mamanya berniat menjodohkannya dengan pewaris kaya raya kolega ayahnya. Muak dengan itu semua, Zeline kabur ke Jawa Timur demi bisa menenangkan diri. Barangkali itu keputusan terbaik yang pernah ia buat. Karena dalam pelariannya,...
Havana
664      304     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.