"Bunda!!! Kenapa gak bangunin
Saffa, sih?!"
Pukul 07.30
Saffa loncat dari tempat tidurnya saat melihat jam di nakas nya, gadis itu segera berlari menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat ke sekolah.
Saffa Keenan Aleyski, gadis yang berusia enam belas tahun yang polos. Hari itu dia kesiangan, karena semalam ia menghabiskan waktunya untuk marathon baca wattpad, dasar anak remaja.
Pagi itu Saffa harus berangkat ke sekolah untuk mengikuti ekstrakulikuler PMR. Saffa sekarang kelas sebelas, dulu waktu dia kelas sepuluh ia pernah ikut eskul paskibra. Cuma Saffa mengundurkan diri dengan alasan tak di bolehkan oleh ayahnya, padahal sebenarnya karena Saffa takut kulitnya menghitam karena kena paparan sinar matahari.
Saffa langsung melajukan motornya setelah ia berpamitan dengan ibunya. Ia melaju dengan kecepatan rata-rata, karena ia juga khawatir akan keselamatan dirinya sendiri.
Hanya selang sepuluh menit, Saffa sudah sampai di sekolah, ia segera memarkirkan motor birunya di patkiran dan bergegas menuju kelas dua belas IPA tiga karena disana adalah tempat latihan eskul PMR. Terlihat kelas sudah penuh oleh para anggota eskul, Saffa jadi malu sendiri. Baru pertemuan pertama sudah telat saja? Saffa juga sangat takut sekarang.
"Hei ngapain ngintip-ngintip?"
Saffa langsung tersentak, ia menoleh dan menemukan seseorang yang sedang tersenyum kepadanya.
"Eh kak, hehehe. Aku telat, takut masuk kedalem." Saffa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Masuk aja ga apa-apa. Kamu anak kelas sebelas yang baru masuk PMR? Kok kakak baru liat?"
"Iya kak, aku baru ikut eskul."
Kakak itu lagi-lagi tersenyum, senyumannya sangat manis Saffa bisa-bisa diabetes lihat orang ini terus-terusan tersenyum.
"Pantesan, Yaudah ayo masuk, kakak temenin."
"WAH GILA, BERUNTUNG BANGET GUE. HAHAHA" Kata Saffa dalam hatinya, Namun Saffa hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian Saffa mengekor dibelakang kakak kelasnya itu masuk kedalam kelas.
Benar saja, kelas sudah penuh dengan anggota eskul , Kakak tadi menghampiri teman-temannya yang sedang berdiskusi kecil, mungkin tentang materi yang akan dibahas hari ini.
"Ayo sini, salam dulu." Saffa mengangguk dan berjalan kikuk ke arah sekumpulan kelas dua belas.
"Assalamualaikum maaf ya kakak-kakak saya telat." Ujar Saffa kepada senior-seniornya, Saffa pun sampai menciumi punggung tangan mereka. Sampai-sampai ada yang terkekeh-kekeh.
"Iya gak apa-apa, langsung gabung ya sama teman-temannya." Sahut seniornya yang berjilbab hitam. Saffa pun mengangguk dan segera menghambur ke teman-teman Saffa yang juga ikut eskul PMR.
"Kemana aja lo Saf? Jam segini baru dateng," tanya Venda sahabatnya saat Saffa ikut bergabung dengan teman-temannya.
"Baru bangun tadi gue jam setengah delapan." Ujar Saffa enteng yang membuat Tesa menoyor kepalanya.
"Astaga Saffa..."
"Hehehe"
"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu." Kakak kelas Saffa sudah mulai membuka kegiatan, semua pun duduk dengan tenang dan memperhatikan.
"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatu." Jawab mereka serempak.
"Hari ini pertemuan pertama kita ya, Mungkin kita perkenalan dulu biar makin deket." Ujar kakak kelas yang menggunakan kaos putih polos itu. Dasar gak niat, masa dia cuma memakai kaos putih, training, dan juga sendal jepit? Padahal kan dia ketua, harus mencontohkan yang baik. Pikir Saffa.
"Lama nih, Lan!" Sahut salah satu temannya.
"Iya iya, Perkenalkan nama saya Aslano Xavier.Panggil aja saya Aslan. Hmm.. Apalagi ya?" Aslan terlihat menggaruk pelipisnya tanda berpikir, "Oh ya, saya kelas dua belas ipa dua. Dan saya adalah ketua eskul PMR. Udah segitu aja."
Semuanya pun manggut-manggut setelah mendengar perkenalan ketua eskul, ada yang bisik-bisik tak jelas lalu tertawa, ada yang cari-cari perhatian. Biasanya yang seperti itu adik kelas. Dasar! tidak boleh lihat cowok bening dikit! Sama sih Saffa juga.
"Lanjut saya ya, nama saya Najla Almira Fitriani. Panggil aja Almira saya wakil-nya dia." ujar Almira sambil menunjuk Aslan.
"Sekarang giliran kalian ya, yang memperkenalkan diri. Dimulai dari kamu" Aslan menunjuk cowok berkacamata tinggi itu, perkenalan pun berlanjut hingga sampai orang terakhir.
"Sekarang bentuk berkelompok ya, campur. Gak boleh kelas sebelas semua atau kelas sepuluh semua. Cepat, 2 menit." semua pun berhamburan dan membentuk kelompok. Di masing-masing kelompok akan ada senior yang akan membimbing dan memberikan materi.
Saffa dapat kelompok bersama Tesa, kebetulan Tesa sudah senior alias sudah lama, jadi dia yang akan membimbing kelompok Saffa. Beruntung, jadi Saffa tidak perlu merasa canggung.
"Yaudah sekarang semua buka bukunya, ya. kita mulai nyatet materi pertolongan pertama yang wajib kalian hapal. Begitu juga dengan saudari Saffa, ayo buka bukunya." sindiran halus Tessa berhasil membuat Saffa berhenti memainkan ponselnya. Saffa hanya terkekeh, lalu menurut. Saffa dan anggota kelompok lainnya pun mulai mencatat apa yang di berikan Tesa.
Tiba-tiba seseorang duduk disamping Saffa, Orang itu tersenyum Saffa balas tersenyum lalu kembali menulis materi.
"Tessa, kalian udah perkenalan belom?" tanya Aslan pada Tesa yang sedang membacakan cara menangani luka bakar.
"Eh, kan tadi udah, kak. Masa perkenalan lagi?"
Aslan tersenyum kecil, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Senyumnya cukup manis. "Perkenalan lagi lah, emang dikelompok ini udah saling kenal semua?" semua otomatis menggeleng. "Nah kan, yaudah kita coba games 'Siapa Aku' Tes. Inget gak?"
Tesa menggeleng, yang membuat Aslan berdecak. "Ah gimana sih, masa udah lupa. Saya contohin deh, pertama dari saya ya. Nama saya Aslan peliharaan saya kecoa. Nah di lanjut orang selanjutnya, orang selanjutnya tetap nyebutin nama dan peliharaan saya, begitu pun seterusnya." jelas Aslan.
"Yah 'kan saya terakhir." Celetuk Saffa, Aslan hanya tertawa kecil menanggapinya.
"Ayo, mulai."
"Nama dia Aslan peliharaan saya kecoa, nama saya Farel peliharaan saya kambing,"
Saat anggota kelompok memperkenalkan diri, Saffa sangat serius memperhatikan sampai-sampai dahinya mengernyit menghapal nama-nama kelompoknya,Aslan melihat Saffa yang disampingnya itu tertawa lalu mencoba menggodanya.
Aslan mengalingkan pandangan Saffa dengan wajahnya lalu tersenyum, "Serius banget sih,"
Pipi Saffa memanas tiba-tiba, kaget, ia jadi salah tingkah sendiri di berikan senyuman semanis itu. "Eh, i-iya.."
"ITU TADI BARUSAN APA?!"
Aslan tertawa melihat wajah Saffa yang memerah karena dirinya. Saffa masih menetralkan jantung yang masih berdegup cepat, kini giliran dia yang menyebutkan nama-nama anggota kelompok dan nama dirinya. Permainan selesai, dan dilanjutkan dengan materi. Begitu juga dengan Aslan, setelah games selesai ia kembali bergabung dengan teman-temannya.
Waktu menunjukan pukul sepuluh, waktunya istirahat. Venda mengajak Saffa dan yang lain ke warung emak, warung yang biasa dijadikan tempat menunggu jemputan oleh siswa SMA Cakra Bangsa.
"Mak, ini harga rotinya berapa?" tanya Saffa pada si Emak penjual warung.
"Tiga ribu lima ratus neng." Saffa kemudian memberi uang sebesar lima puluh ribuan, "Aduh neng, uang nya gede banget. Belom ada kembaliannya." ujar si Emak.
"Yah saya gak ada lagi, duh si Tessa beli bakso lama banget." Saffa berdecak sebal, ia masih memeriksa isi dompet dan kantongnya, berharap menemukan uang yang nominal nya lebih kecil.
"Sekalian sama roti yang itu ya, mak." ujar seseorang disamping Saffa yang ternyata adalah kakak kelas yang tadi bertemu dengan Saffa di depan kelas. Ya, cowok itu adalah Adrian Yazid Alindra, kakak kelas yang baru tadi pagi membuat jantung Saffa seolah akan loncat dari tempatnya.
"Eh kak, Gak usah ka,"
"Gak apa-apa. Sekalian dek." ujar Adrian ramah lalu ia menerima uang kembalian dari si Emak. "Mau bareng baliknya?" tanya Adrian pada Saffa.
Saffa yang mendegarnya pun membeku di tempat sambil mengulum bibirnya menahan senyum. Wajahnya sudah panas dan mungkin saja sudah berubah menjadi merah bak kepiting rebus.
Saffa mengangguk sambil menggaruk tengkuknya, "Boleh deh kak," ujarnya malu-malu.
Tapi mau.
Adrian yang melihat tingkah Saffa itu hanya tersenyum geli, lalu kembali melangkah masuk kedalam area sekolahan yang diikutu Saffa di belakangnya. Merasa jalan ber-belakangan, Adrian kemudian Berhenti dan menoleh ke belakang. Terlihat Saffa sedang menunduk sambil mengoceh sendirian.
"Kenapa, Saf?" tanya Adrian, Saffa pun langsung terkejut lalu meringis menahan malu. Barusan ia sedang memaki-maki jantungnya sendiri karena sedari tadi degupannya sangat cepat.
Saffa buru-buru menggeleng dan memasang senyum terbaiknya, "Gakpapa kok, ka."
"Kirain kenapa, ayo jalan lagi." ajak Adrian, namun Saffa masih bergeming di tempatnya, Adrian menaikkan sebelah alisnya keheranan,
"I-iya.. Kakak jalan duluan." ujar Saffa sambil tersenyum kikuk,
Adrian berdecak, lalu menghampiri gadis itu dan merangkulnya. "Kaku banget sih, dek. Ayo ah udah pada nungguin."
Saffa terbelalak, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi saat kakak kelas yang ia kagumi itu merangkulnya. Sungguh sebuah kejutan yang sama sekali tak terduga. Di perutnya sekarang sudah terasa seperti ada kupu-kupu berterbangan. Ah, sulit untuk di deskripsikan rasanya bagi Saffa.
A/N
Hola! Ini cerita baru aku, semoga kalian suka ya sama Saffa, Aslan dan Adrian. Hehe.
Jadi, ini masih di sekolah Cakra Bangsa loh gengs HAHAHA. Jadi kalian bisa nemuin tokoh-tokoh aku di cerita sebelah nantinya, asoy!
Dah ah segitu dulu, sampai jumpa di part selanjutnya😘
Salam
Azara Swift Mendes.
Yhaa