Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hidden Words Between Us
MENU
About Us  

Suara riuh teriakan yel-yel para penonton memenuhi seisi lapangan basket indoor SMA Nusa Bakti. Kursi-kursi penonton penuh dengan siswa-siswi SMA Nusa Bakti yang menyaksikan pertandingan basket antara dua tim andalan sekolah yang sedang bermain di lapangan. Skor tim A sedang unggul 9 poin dari tim B.

      "Semangat, Jo!!!" teriak Elsa penuh semangat, meski tahu sekeras apa pun suaranya tidak akan terdengar juga oleh orang yang disemangatinya. Elsa duduk di barisan bangku penonton terdepan sebagai pendukung tim B.

      Di sampingnya, Mike, salah satu sahabatnya, sedang fokus menonton pertandingan sambil mengangkat banner bertuliskan "Tim B, FIGHTING!❀" tinggi-tinggi. Kedua matanya mengikuti arah lari sang kapten tim B yang sedang men-dribble bola ke ring lawan. Sang kapten melempar bola, namun gagal masuk. Tubuh Mike yang sebelumnya tegang mendadak lesu. Sampai kemudian dia menyadari tangannya masih mengangkat banner hasil kreasi Elsa itu. Tadinya, Mike benar-benar tidak ingin memegangnya. Lagipula, 'kan, ada Elsa. Kenapa harus cowok yang berperan mengangkat banner yang dihias penuh cinta itu?

      "Elsa, gantian lo yang pegang. Tangan gue pegel, nih," keluh Mike seraya menyodorkan banner itu. Padahal sebenarnya, dia hanya malu memegangnya lebih lama.

      Elsa yang sebelumnya fokus menonton pertandingan akhirnya menoleh. "Lo, 'kan, cowok, masa pegang gitu aja udah capek?"

      "Gue udah pegang dari sejam yang lalu."

      Elsa melirik, kemudian menerimanya dengan terpaksa. "Yaudah."

      Mike akhirnya merasa tidak tega. Selalu saja begini. "Gak jadi, gue masih kuat." Mike menariknya kembali seraya menyengir lebar. Mike hanya melakukannya karena Elsa.

      Tak berselang lama, tiupan peluit dari wasit terdengar, menandakan waktu pertandingan telah selesai. Pertandingan berakhir dengan skor tim A yang unggul dari tim B. Elsa dan Mike segera berjalan menghampiri sang kapten tim B yang berjalan ke tepi lapangan.

      "Harapan kalian belum dikabulkan Tuhan," ucap Jo setelah menyadari kedatangan kedua sahabatnya itu. Dengan sigap Jo menangkap handuk kecil yang dilempar Mike.

      Elsa melipat tangan di dada seraya tersenyum. "Nggak apa-apa .... Lo masih bisa menang di pertandingan berikutnya," ujar Elsa optimis.

       Ucapan Elsa membuat Jo merasa tenang. Cewek itu memang selalu berhasil memotivasi Jo. Karena Elsa juga, Jo ingin menang. Tapi dengan kekalahannya yang sudah terhitung tiga kali berturut-turut sejak pertandingan-pertandingan sebelumnya membuat Jo bahkan sulit menatap Elsa. Sebagai kaptem tim, Jo merasa malu.

      "Gue tahu." Jo merangkul Elsa kencang-kencang. "Gue pasti bisa kembaliin kemenangan tim gue."

      "Pede banget lo," celetuk Mike seraya memukul kepala Jo dengan handuk setelah merebutnya dari tangan cowok itu.

      Elsa segera melepaskan diri dari rangkulan Jo, memasang wajah jijik karena tangan cowok itu dipenuhi keringat. Dia melangkah mundur menjauhi Jo. "Jangan pegang-pegang gue," ucapnya waspada.

      Jo sedang menjahili Elsa ketika tiga orang tiba-tiba menghampiri mereka dengan kamera di tangan.

      "Nah, ini dia putra-putri SMA Nusa Bakti! Kita mau minta foto, dong, buat majalah sama mading sekolah." Salah seorang dari mereka sudah siap memotret Elsa, Mike, dan Jo.

      Elsa hanya menahan tawa, membiarkan dirinya dipotret, sementara Jo yang berdiri di sampingnya menatap bingung. Sesaat kemudian dirangkulnya kembali Elsa dan ikut berpose. Tapi bukan Jo namanya kalau tidak berpose konyol jika difoto. Mike yang berdiri tidak jauh di belakang mereka hanya menyaksikan sambil bersedekap. Mike menghela nafas. Seharusnya gue yang ada di situ ....

      Menyadari ada yang tidak beres, orang itu menurunkan kamera dari wajahnya dengan kening berkerut. "Hmm ... Jo, lo bisa minggir dulu nggak? Gue mau ngambil fotonya Mike sama Elsa, nih."

      Elsa lantas menoleh, menatap Mike dan Jo bergantian. Sampai kemudian sebuah ide terlintas di pikirannya. Ditariknya Mike untuk berdiri di sisi kirinya, sedangkan Jo tetap pada posisinya di sisi kanan Elsa. Kedua tangan Elsa merangkul lengan kedua cowok itu.

      "Gini aja lebih bagus," kata Elsa sambil nyengir lebar.

      "Tapi ... kita butuhnya cuman lo sama Mike doang untuk berita kemenangan kalian di ajang pemilihan Putra-Putri SMA Nusa Bakti kemarin."

      "Yah ... tapi gue maunya foto bertiga. Kalau nggak bisa nggak apa-apa, sih. Lagian gue nggak berharap jadi topik berita."

      Setelah beberapa saat berdiskusi dengan rekan timnya yang lain, akhirnya cowok itu mengangguk menyetujui. "Oke. Kalian bisa foto bertiga."

      Cowok itu sudah siap membidik ketika Elsa menyahut lagi, "Tapi janji, ya, fotonya nggak boleh di-cut."

      Cowok itu menurunkan kameranya lagi. Dari ekspresi wajahnya, Elsa yakin tebakannya benar. Mereka pasti berniat memotong bagian Jo dalam foto itu. Elsa tersenyum penuh kemenangan.

      "Iya, iya." Orang itu akhirnya menyerah juga. "Fotonya lengkap, nggak ada yang di-cut."

      Elsa, Mike, dan Jo kompak tertawa jahil. Mereka kemudian berpose seperti biasa, Elsa yang tersenyum ceria merangkul Mike dan Jo, Mike mengacungkan jempol dengan kedua sudut bibir terangkat, dan Jo mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sambil tersenyum percaya diri.

      Samar-samar Elsa mendengar gumaman salah satu anggota tim jurnalistik itu. "Yah ... orang cantik mah bebas."

      Dan senyuman Elsa kian melebar karenanya.

 

πŸ’–


Sejak memenangkan ajang pemilihan Putra-Putri SMA Nusa Bakti dan beritanya tersebar di majalah sekolah, nama Elsa, Mike, dan Jo yang sebelumnya sudah terkenal makin tenar lagi di satu sekolah.

       Pemilihan Putra-Putri SMA Nusa Bakti memang selalu diadakan setahun sekali sebagai perayaan ulang tahun sekolah. Acara itu adalah salah satu acara paling populer di antara banyaknya acara-acara lain dalam seminggu. Pasalnya, dengan kontes itulah siswa-siswi yang gila ketenaran akan bersaing dalam bidang fisik, bakat, dan pengetahuan. Jika berhasil menang, mereka akan diakui dan menjadi berita utama dalam majalah sekolah. Tentu saja, kepopuleran mengikuti.

      Berkat dorongan teman-teman sekelas dan wali-wali kelas, Elsa, Mike, dan Jo akhirnya mengikuti kontes itu. Walau mereka tidak mengharapkan apa-apa, tapi kemenangan berpihak pada Elsa dan Mike, sedangkan Jo menempati posisi juara 3. Elsa tidak heran, sih. Mereka bertiga memang sudah menyita perhatian siswa-siswi termasuk para senior setelah menjadi murid di sekolah itu. Bahkan Elsa pernah mendengar seseorang berkata begini, "Mereka bukan cuma Putra-Putri, tapi Dewa-Dewinya SMA Nusa Bakti!"

      Bukan tanpa alasan orang-orang menyetujuinya. Elsa memang terlahir cantik dan Elsa menyadarinya. Elsa ceria dan ramah, tidak gampang baperan juga. Intinya, wajah, prestasi, dan sifat Elsa sama bagusnya. Di mata orang-orang, sosok Elsa hampir tidak memiliki cacat sama sekali. Mungkin, Elsa itu definisi cewek sempurna dalam kamus para cowok.

      Kemenangan Elsa di kontes Putra-Putri SMA Nusa Bakti juga berefek besar dalam kehidupan sekolahnya. Para senior dengan terang-terangan mendekatinya dan semua orang ingin berteman dengannya. Orang-orang menyapanya dan bahkan memberikan kado di hari Valentine dan ulang tahunnya. Selama setahun belakangan sudah ada belasan cowok yang berani menembak Elsa secara terang-terangan, beberapa lagi secara pribadi lewat chat LINE. Sisanya hanya berakhir di fase pdkt, karena mereka tahu, tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Mike dan Jo dalam hidup Elsa.

      Mike mengenal Elsa sejak cewek itu berumur 4 tahun. Karena orang tua mereka bergelut di bidang yang sama, olahraga bela diri, Mike jadi sering bertemu dan bermain dengan Elsa. Selama 5 tahun Mike hidup sebagai anak laki-laki kecil yang polos, Mike mengakui Elsa adalah teman perempuan pertamanya yang tampak sangat cantik, ceria, dan berani. Elsa pulalah yang selalu berinisiatif mengambil langkah untuk mendekati dan berteman dengan Mike kecil yang dingin dan pemalu. Tapi di sisi lain, Mike kecil selalu ingin melindungi Elsa ketika gadis kecil itu ketakutan, terutama pada serangga dan binatang-binatang kecil menyeramkan lainnya, meskipun Mike sebenarnya hanya ingin terlihat berani.

      "Mike takut juga?" Elsa menatap Mike dengan ekspresi tak percaya. Pasalnya, Mike berdiri di dekat kolam penuh katak dekat rumah dengan tubuh gemetaran. Terlihat jelas dari kedua tangannya yang bergetar memegang sebuah ranting untuk mengusir katak yang terus mengejar Elsa. Sementara Elsa sendiri masih memegangi lengan baju Mike dari belakang.

      Karena Mike laki-laki, dan karena papa pernah bilang melindungi perempuan adalah salah satu kewajiban laki-laki, maka Mike harus berani. "Nggak. Mike nggak takut, kok. Mike cuma nyari waktu yang tepat untuk serang kataknya."

      Oke, itu dulu. Waktu Mike masih kecil dan sok berani.

      Mike kemudian berbalik menghadap Elsa. "Tenang. Mike bakal melindungi Elsa."

      Dengan mata berbinar, Elsa tersenyum. "Janji?" Elsa mengulurkan kelingkingnya.

      Mike menautkan kelingkingnya. "Janji."

      Beranjak remaja hingga masuk SMA, Mike sama terkenalnya dengan Elsa. Meskipun bersikap dingin, tapi Mike tampan, pintar, dan jago bermusik. Mike bahkan sudah beberapa kali memenangkan kontes piano di sekolah. Dari banyaknya cewek yang berusaha mendekatinya, Elsa adalah satu-satunya alasan mengapa mereka menyerah. Bagi Mike, Elsa tetap menjadi prioritas utamanya. Mike sayang Elsa, mungkin ... sebagai sahabat.

      Persahabatan Mike dan Elsa berjalan tanpa gangguan awalnya, sampai setahun kemudian setelah Mike mengenal Elsa, Jo datang sebagai tetangga baru mereka. Orang tua Jo rupanya berteman baik dengan orang tua Mike dan Elsa.

      Bagi Mike, kehadiran Jo mengganggu--Jo bilang alasannya karena dia kesepian. Tapi Elsa menerima Jo sebagai teman dengan terbuka. Kehadiran Jo membuat persahabatan mereka jadi lebih menyenangkan karena sifatnya yang terkadang konyol dan berani, jauh berbeda dengan Mike. Tapi, satu hal yang membuat Mike mempertahankan pertemanannya dengan Jo, setelah dia mengetahui cowok itu juga belajar dan menekuni piano.

      Bagi Jo, Elsa lebih dari sekadar sahabat. Elsa adalah cewek pertama yang entah bagaimana bisa membuat jantungnya berdebar. Jo ingat dengan jelas momen itu ketika dia baru beberapa bulan mengenal Elsa. Momen di mana Elsa meraih tangannya dan menggenggamnya erat-erat untuk masuk ke dalam wahana menyeramkan di taman hiburan.

      "Kan, ada Elsa. Ada Mike juga. Kenapa mesti takut? Mereka bukan hantu beneran, kok. Mereka cuma manusia yang dandan kayak hantu!"

      Jo memperhatikan tangannya yang digenggam erat gadis kecil itu.

      "Tapi, aku takut."

      "Kata mama, kita harus ngelakuin hal yang bagi kita menakutkan, untuk menjadi seorang pemberani. Jo mau jadi penakut terus?"

      Karena Elsa, Jo akhirnya memberanikan diri.

      Jo tahu, dia masih sangat kecil saat itu. Dia masih polos dan tidak mungkin mengerti tentang perasaan. Tapi entah mengapa setelah momen itu, keberadaan Elsa jadi sangat berarti.

      Beranjak dewasa, Jo tahu semuanya tidak akan sama lagi. Jo memutuskan untuk mengabaikan perasaannya terhadap Elsa, karena dia tahu, ketika Jo mengungkapkannya, Elsa mungkin akan meninggalkannya. Jo sudah merasa cukup hanya dengan Elsa yang terus berada di sisinya sebagai sahabatnya.

      Bagaimana pun juga, persahabatan mereka adalah yang paling penting.

πŸ’–


"Jo! Ternyata lo di sini!" seru Elsa bahagia setelah akhirnya berhasil menemukan Jo di lapangan basket samping sekolah, padahal dia sudah mencari cowok itu di satu gedung sekolah tapi tak kunjung menemukannya. Elsa berlari dengan semangat menuju bangku panjang di tepi lapangan untuk menonton Jo bermain.

      Jo memang sering ke sana untuk latihan bersama rekan-rekan setimnya sepulang sekolah. Tapi, ini adalah pertama kalinya cowok itu berlatih seorang diri.

      Jo menjeda aktivitasnya untuk menoleh ke belakang. Tahu bahwa itu Elsa, Jo lantas melempar bola basketnya ke sembarang arah lalu berlari kecil menghampiri Elsa yang baru dua detik duduk. Elsa nyaris memekik ketika cowok itu langsung berbaring dan menaruh kepalanya di atas paha Elsa. Sementara Jo menyengir tanpa dosa, Elsa memukul bahu cowok itu dengan jengkel.

      "Lo keringetan! Jangan tidur di paha gue!" pekik Elsa.

      "Gue capek."

      Teriknya matahari sore membuat wajah Jo yang dibasahi keringat jadi memerah. Kedua matanya terpejam. Kemeja seragamnya juga basah kuyup. Nafasnya tak beraturan. Melihat kondisi Jo yang tampak mengenaskan itu membuat Elsa tidak tega. Jadi, dia membiarkan Jo tidur beralaskan pahanya. Meski sempat ragu, akhirnya Elsa menundukkan kepalanya untuk menghalangi wajah cowok itu dari terpaan sinar matahari. Diam-diam Elsa tersenyum melihat wajah tampan Jo yang penuh keringat dari jarak sedekat itu.

      Tapi, senyuman Elsa segera menghilang.

      "Baju lo basah gini ... besok mau pake baju apa?" omel Elsa.

      Jo yang masih memejamkan matanya menjawab, "Baju gue banyak. Satu lemari aja nggak cukup."

      Elsa memutar bola matanya seraya menarik lengan baju Jo. "Gue nanya tentang seragam lo ini. Jangan bilang lo masih mau pake kemeja lo yang basah kuyup ini besok. Jangan harap bisa dekat-dekat sama gue."

      Jo menunjukkan cengirannya. "Cuman lo yang jauhin gue kalau gue bau keringat. Kalau cewek-cewek lain ada di posisi lo sekarang mereka pasti histeris," ujarnya percaya diri.

      Elsa mendecak sebal. Jo memang terkenal di kalangan siswi-siswi di sekolah sebagai playboy. Dia merayu lebih dari satu cewek sekaligus pada saat yang sama walaupun sebenarnya cewek-cewek itu sendiri yang membuka kesempatan lebar-lebar untuk kehadiran Jo. Bisa dibilang, Jo itu tipikal badboy pujaan para cewek seperti dalam cerita-cerita fiksi remaja.

      "Terus, lo berharap mereka gantiin posisi gue sekarang?"

      Pertanyaan Elsa membuat cengiran Jo perlahan menghilang. Kedua matanya yang sejak tadi terpejam kini terbuka. Sepasang mata miliknya dan milik Elsa bertemu. Wajah Elsa tepat berada kurang dari satu meter di atasnya. Jo lupa kapan terakhir kali jantungnya berdebar untuk Elsa seperti yang dirasakannya sekarang. Rupanya perasaan itu masih ada.

      Lo tahu ... selama belasan tahun gue mengenal lo, seberapa banyak cewek lain yang yang gue kenal, yang gue temui, yang gue dekati, nggak ada yang bisa gantiin posisi lo di hidup gue, Elsa. Atau, gue berharap, gue hanya belum berhasil nemuin orangnya.

      "Kenapa nyari gue? Mike mana?" Jo segera bangun dan duduk di samping Elsa.

      "Biasa ... dia pulang duluan, Om Mario udah nungguin dia," jawab Elsa dengan muka cemberut. Tapi kemudian berubah cerah lagi. "Mike nitipin gue ke lo."

      Jo mengernyit. "Emang gue tempat penitipan barang?"

      "Emang gue barang?"

      "Terus kenapa nitipin lo ke gue?"

      "Lo nggak mau?"

      "Tanpa dia nitipin lo, lo tau harus nyari gue dan gue harus ngantar lo pulang."

      Senyum Elsa merekah sembari dia berdiri dengan semangat. "Kalo gitu, ayo pulang!"

πŸ’–

 

Sesampainya di tempat parkir motor, Jo mengeluarkan jaket pink dari jok lalu melemparkannya pada Elsa yang berdiri di belakangnya. Seakan sudah hafal dengan kebiasaan cowok itu, Elsa segera menangkapnya dan tersenyum bangga pada diri sendiri atas kesigapan tangannya.

      "Gue udah terlatih." Elsa memakai jaket miliknya itu yang memang selalu disiapkan oleh Jo di jok motornya. Elsa menyimpan satu jaketnya lagi di motor Mike karena nyaris setiap hari Elsa harus dihadapkan pada pilihan Jo? atau Mike? yang membuatnya bingung setengah mati untuk memilih. Tapi karena sekarang hanya ada Jo, Elsa merasa lebih tenang.

      Jo tersenyum miring melihat tingkah cewek itu sambil mengambil helm pink untuk diberikan padanya. Biasanya, Jo akan melakukan hal yang sama--melempar helm--tapi kali ini niat itu urung, padahal Elsa sudah mengambil ancang-ancang untuk menangkapnya. Jo akhirnya mendekati Elsa dan memasangnya di kepala cewek itu.

      "Kenapa nggak dilempar?" tanya Elsa heran.

      Jo menepuk-nepuk helm yang menutupi kepala Elsa. "Gue takut kepala lo pecah karena lemparan gue. Mike bisa bunuh gue kalau sampai hal itu terjadi."

      "Lo takut sama Mike? Mungkin lo perlu belajar bela diri dari Om Mario," canda Elsa. Dia tahu, Jo hanya takut lemparan helmnya bisa membuatnya celaka, meski Elsa telah terbiasa dan terlatih untuk menangkapnya.

      "Naik."

      Elsa segera naik di boncengan setelah Jo menyalakan mesin motor. Setelah menepuk-nepuk pundak Jo sebagai tanda bahwa Elsa sudah siap, motor ninja merah milik Jo segera melaju meninggalkan parkiran.

      "Pegangan yang erat!"

      "Jangan ngebut!!!"

πŸ’–

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • yurriansan

    waah baper liat persahabatan Elsa, Mike dan Jo. keren,lanjutin nih!

    oh ya, kamu juga boleh kasih kritik dan saran di ceritaku yang judulnya WHEN HE GONE. trims

    Comment on chapter A Wish
Similar Tags
Mystique war
430      289     6     
Short Story
The world is in total destruction, what will the powerful sorcerers do?
Kutu Beku
379      254     1     
Short Story
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang berusaha dengan segala daya upayanya untuk bertemu dengan pujaan hatinya, melepas rindu sekaligus resah, dan dilputi dengan humor yang tak biasa ... Selamat membaca !
Wannable's Dream
40688      5991     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Ojek Payung
548      395     0     
Short Story
Gadis ojek payung yang menanti seorang pria saat hujan mulai turun.
Stars Apart
640      448     2     
Romance
James Helen, 23, struggling with student loans Dakota Grace, 22, struggling with living...forever As fates intertwine,drama ensues, heartbreak and chaos are bound to follow
Secuil Senyum Gadis Kampung Belakang
468      358     0     
Short Story
Senyumnya begitu indah dan tak terganti. Begitu indahnya hingga tak bisa hilang dalam memoriku. Sayang aku belum bernai menemuinya dan bertanya siapa namanya.
She's (Not) Afraid
1965      867     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
Rain Murder
2562      678     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Catatan Takdirku
1274      743     6     
Humor
Seorang pemuda yang menjaladi hidupnya dengan santai, terlalu santai. Mengira semuanya akan baik-baik saja, ia mengambil keputusan sembarangan, tanpa pertimbangan dan rencana. sampai suatu hari dirinya terbangun di masa depan ketika dia sudah dewasa. Ternyata masa depan yang ia kira akan baik-baik saja hanya dengan menjalaninya berbeda jauh dari dugaannya. Ia terbangun sebegai pengamen. Dan i...
After Feeling
5997      1929     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...