Sejak peristiwa itu takdir seakan mempertemukan keduanya, kebetulan yang tak terduga mereka harus disatukan dalam SMA dan kelas yang sama dengan tempat duduk bersebelahan. Mereka sekolah di SMA Permata kelas XI IPA 3
Pada awalnya Adrian hanya cuek dan tidak mempermasalahkan hal itu, sampai Adrian menyadari jika gadis itu hanya diam saja tidak bicara pada siapapun termasuk dia orang yang duduk disebelahnya. Adrian merasa ada yang salah dengan Melody, kadang ia berpikir apa itu semua karena dulu ia pernah membentak Melody dengan kejam. Tapi untuk apa ia peduli dengan gadis itu.
Seperti saat ini ketika pelajaran fisika yang membahas materi listrik dengan kerumitannya dimana ia harus mencari voult dan kawan-kawannya, tidak ada satupun siswa yang berani maju untuk mengerjakan soal itu, karena pada nyatanya soal itu sulit, Adrianpun juga tidak mampu menjawab. Kadang hal inilah yang dibencinya ia tidak terlalu pandai dalam akademik, tapi Adrian beruntung ia terlahir kaya.
Adrian melirik Melody, ia sedikit tercengang melihat tangan mungil itu menggoreskan angka di bukunya dengan cepat seolah-olah tak ada kesulitan di dalamnya.
Gadis itu sangat pintar, Adrian memujinya tapi kenapa gadis ini tidak maju ke depan mengerjakan soal itu. Lumayan bisa mendapatkan nilai tambahan.
Akhirnya Adrian membuka suara setelah lama mereka tak saling berbicara, "Kamu tidak ingin mengerjakan soal di depan," gadis itu diam hanya menoleh sebentar kearahnya, lalu menggeser tempat duduknya menjauh. Seakan-akan ia adalah wabah yang harus dijauhi. Adrian bisa menangkap sedikit rasa takut yang terpancar dimata hitam itu. Tapi lagi-lagi super egonya tidak bisa mengkontrolnya dan yang Adrian rasakan adalah penghinaan. Ia marah pada gadis itu.
"Melody, kamu tidak ingin maju." Ujar Adrian sekali lagi. Namun Melody bertingkah jika Adrian tidak ada di dekatnya.
Adrian tercengang melihatnya, what the hell!! yang benar saja Gadis ini baru saja mengabaikannya umpat Adrian.
*****
Adrian tidak tahu apa yang membuatnya mengikuti langkah gadis itu. Saat ini jam istirahat biasanya ia akan makan di kantin bersama teman-temannya tapi ia malah memilih mengawasi Melody. Gadis itu tidak menyadari jika ia diikuti.
"Apakah gadis itu tidak lelah berjalan menunduk seperti itu?"
Melody hanya menunduk dengan buku dipeluknya. Ia sendiri tanpa satu teman. Banyak yang mengatakan jika ia sombong karena tidak ingin berteman padahal ia melakukan itu karena takut. Takut tidak ada yang membelanya bahkan mengkhianatinya.
Melody pergi ke perpustakaan. Ia ingin langsung mengerjakan PR yang tadi di berikan di kelas Biology. Ia menuju rak biologi. Melody tidak sadar jika ada Adrian mengintip di balik celah rak belakangnya.
"Apa yang gadis itu lakukan?" Adrian mengernyit melihat buku yang diambil Adrian. Sepertinya gadis itu ingin mencari materi untuk mengerjakan PR. Padahal PR itu ditumpuknya masih lama sekitar satu Minggu lagi.
"Rajin sekali dia."
Setelah menemukan buku tentang bagian-bagian organ tubuh manusia. Melody mengambilnya dan membawanya ke meja. Ia membuka bukunya dan sibuk mencatat pengertian dan fungsi dari organ tersebut.
Adrian duduk tepat di hadapan Melody dengan buku yang menutupi wajahnya. Gadis itu sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Adrian menghela napas. Tapi rasanya menyenangkan walau hanya mengamati gadis itu dalam diam. Dia merasa tidak bosan.
Gadis itu terlihat sudah selesai dengan kegiatannya. Adrian langsung menaruh buku itu asal. Mengikuti setiap irama langkah Melody. Adrian menggelengkan kepala merasa takjub dengan gadis itu. Karena dia hanya diam dan menunduk sepanjang koridor bahkan tidak menyadari orang-orang yang mengamatinya. Apalagi ada dia yang mengikuti gadis itu terlihat mencolok. Membuat orang-orang bertanya.
Melody duduk di kursinya yang berada di dekat pojok tembok. Lalu menaruh bukunya di tas. Bel istirahat belum berbunyi. Gadis itu seperti terlihat lelah karena dia menaruh kepalanya di meja sambil memejamkan mata.
"Nampaknya dia tidur." Adrian mendekat, ia duduk di kursi sebelah Melody yang merupakan kursinya.
Adrian melakukan hal yang sama. Hal yang seperti Melody lakukan. Ia menaruh kepalanya di atas meja. Menghadap ke arah Melody. Waktu seperti berhenti berputar. Gadis cantik itu terlihat begitu cantik. Adrian tanpa sadar merapikan poni gadis itu. Gerakan itu membuat mata Melody terbuka.
Ada rasa terkejut di mata gadis itu, ketika matanya bertemu dengan Adrian. Gadis itu tanpa sadar mundur menjauh ketakutan bahkan memalingkan wajahnya tanpa mau menatapnya. Adrian diam mengamati semua ekspresi itu. Apakah sebegitu takutnya gadis itu dengannya?
Adrian mendesah, "Melody," panggil Adrian pada akhirnya.
Gadis itu diam tidak menjawab. Tepat saat itu bel berbunyi. Membuat Adrian menyerah. Sepertinya dia harus menggunakan cara lain. Dia harus berhasil membuat gadis itu mengeluarkan suaranya. Ia harus berhasil membuat gadis itu berbicara.
*****
Baru baca Prolog Adrian udah marah? humh apa yang terjadi selanjutnya, aku perlu cari tau..
Comment on chapter Prologtulisanmu udah rapi, diksinya juga bagus.
kamu boleh kasih saran ke ceritaku, judulnya WHEN HE GONE. trims