Kala itu seluruh penghuni kelas diam, wajah mereka menunduk takut. Tidak ada yang tidak ditakuti selain laki-laki itu Adrian. Dia adalah ketua osis yang paling ditakuti di SMP, tapi hari ini ada seorang gadis yang berani menentang kebijakan apa yang dibuat ketua osis itu. gadis ini memang dikenal oleh guru-guru dengan kepandaiannya dan sikap keras kepalanya di kelas yang selalu mengatakan dia adalah yang paling benar dan tidak ingin disalahkan. Gadis itu sering kali mewakili sekolah untuk lomba pidato dan debat bahkan olimpiade OSN.
Gadis itu kini tertunduk takut, ia tidak pernah menyangka jika ia akan mendapati kemarahan sekejam ini. Ibunya mungkin sering memukulnya, tapi ibunya tidak pernah membentaknya. Lihatlah betapa seram Adrian saat ini. Adrian menatapnya dengan rasa benci, bahkan Adrian tak segan-segan membanting apa yang dipegangnya termasuk penghapus dan spidol di hadapan gadis itu.
"Tidak ada yang boleh membelanya, jika ada yang berani membela gadis ini maka akan aku pastikan ia mendapat hal yang lebih dari gadis ini." semua penduduk kelas gelisah, mereka diam tak ada satupun yang berani menatap Adrian, bahkan teman sebangku gadis itu meringkuk ketakutan.
"Atas dasar apa kamu menentang kebijakanku," gadis yang tadi menunduk takut, mengangkat kepalanya tanpa takut tapi nyatanya tidak berhasil kegugupan yang tidak pernah ada pada dirinya datang memeluk tubuhnya. Tubuhnya gemetar hebat, tapi melody berusaha menggendalikannya.
"Karena tidak ada yang pernah berani mengatakan jika kebijakan yang kamu buat menyusahkan kami, tidak pernah ada yang berani menyangkal dan-" belum kalimat itu selesai Adrian melempar semua buku milik melody ke lantai, bahkan ia tak segan-segan menggebrak meja. Melody tergugu, jantungnya berdebar ia tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini dari laki-laki manapun bahkan ayahnya tidak pernah membentuknya tanpa Melody sadari airmatanya tumpah membasahi pipi. Melody terisak dengan derasnya. Adrian terus membentaknya, tanpa Adrian sadari jika ia membuat gadis itu menggigil ketakutan
Melody menangis, ia hanya sendiri tidak ada yang membelanya, tidak ada yang mendukungnya. Bahkan teman-temannya yang menyuruhnya untuk berbicara kepada ketua osis mereka hanya diam. Melody merasa dikhianati. Hatinya menangis bahkan bibirnya mengeluarkan rintihan.
"Saya yang berkuasa di sekolah ini, dan kamu hanyalah siswa biasa yang tidak bisa menolak titah ketua osis. Jika saya dengar sekali lagi kamu bersuara terhadap apa yang saya lakukan. Saya akan melakukan hal yang lebih dari ini." Adrian mengucapkan dengan nada tajam, tidak ada kata maaf dari laki-laki itu, gadis itu tergugu, ia tidak berani lagi berbicara sejak saat itu gadis itu tidak pernah bicara.
Ia kehilangan kepercayaaan dirinya, ia tidak berani lagi menentang apapun, dia tidak berani lagi bicara bahkan hampir lebih dari 3 bulan gadis itu tidak bicara pada siapapun. Gadis itu kehilangan kemampuannya untuk berinteraksi dengan siapapun, gadis itu selalu dipenuhi rasa ketakutan. Banyak sekali guru-guru yang bingung melihat perubahan gadis itu, hanya wajah sendu dan tanpa suara yang dimiliki gadis itu.
****
Melody menarik nafas, bayangan itu kembali menghantuinya. Sudah bertahun-tahun ia melupakannya tapi bayangan mengerikan itu masih melekat di ingatannya. Tubuhnya menggigil, ia meringkuk menangis di atas kasur ia ketakutan, ia mencoba memeluk dirinya sendiri tapi tak juga ia temukan kehangatan akhirnya ia terisak kencang, isakan yang siapapun mendengarnya akan ikut menangis.
Waktu masih malam, tapi ia tidak bisa memejamkan mata. Hatinya kelabu, yang ia bisa lakukan hingga saat ini menangis mencoba melupakan masalalunya. Ia menangis, ia tidak menyangka jika laki-laki itu bisa membuatnya trauma untuk bicara, ia tidak menyangka walaupun laki-laki itu tidak ada dihadapannya tapi ia tetap bisa membuatnya hidup dalam ketakutan. Melody menangis sejadi-jadinya, di gelapnya malam. Melody berharap tidak bertemu pria itu lagi.
Baru baca Prolog Adrian udah marah? humh apa yang terjadi selanjutnya, aku perlu cari tau..
Comment on chapter Prologtulisanmu udah rapi, diksinya juga bagus.
kamu boleh kasih saran ke ceritaku, judulnya WHEN HE GONE. trims