Maafkeun typo guys ✌
Sis Kae jadi merindukan bolos. Disaat sedang banyak-banyaknya tugas, pasti ia teringat betapa menyenangkannya bolos sekolah. Digelengkannya kuat-kuat kepala Sis Kae menepis pemikiran itu.
Han Mel yang melihat Sis Kae lagi-lagi mengabaikan buku didepannya mendengus dan menarik kepala Sis Kae agar tegak kembali.
"Kita di perpus untuk belajar bukan tidur"
"Ah...Han Mel, aku bosen. Aku cape tau belajar mulu" cicit Sis Kae. Sudah tiga hari berturut-turut masa istirahatnya selalu diganti dengan pergi ke perpustakaan.
"Kau tidak capek terus membaca?"
"Tidak" jawab Han Mel tanpa melirik Sis Kae.Gadis itu tiba-tiba memandangi seseorang yang datang ke perpustakaan. Dengan perawakan yang tinggi tengah berjalan menghampirinya. Bukan, lebih tetap menghampiri Sis Kae.
Sontak Sis Kae dan Han Mel saling berpandangan sejenak dan jangan lupakan kerutan didahi mereka.
"Kau...tidak salah tempat kan?" tanya Han Mel ragu.
"Kau...membaca buku?" Sis Kae melebarkan pupilnya melihat Kai membuka lembar demi lembar buku yang dibawanya.
"Jangan berisik! Han Mel, aku lagi baca. Dikelas tadi Sehun yang Mengganggu ku. Sekarang Kau" cicit Kai.
"Sis Kae juga. Kenapa kau malah marah hanya kepadaku. Cih.."
Kai menutup bukunya yang diberi pembatas dan menurunkan kaca matanya.Benar, semenjak diberi hukuman oleh Miss Anne kemarin, Kai jadi lebih sering terlihat memakai benda itu.
Mata Kai mengerling kearah Sis Kae.Wajah gadis itu, bikin Kai ingin memakannya.
"Sis Kae kan lain. Diam!"
***
Nafas Chanyeol memburu setelah berlari mengitari lapangan tiga kali. Keringat berjatuhan dari pelipisnya. Saat kembali ke bangku pinggir lapangan pemandangan yang dilihatnya membuat Chanyeol hampir muntah.
Tuhan begitu mengistimewakan Chanyeol.Saat pelajaran olahraga Chanyeol menambahkan hukuman bagi siapa yang kalah maka ketua tim nya akan berlari mengitari lapangan. Alhasil dirinya sendiri yang mendapatkannya. Seolah belum cukup, Chen dan Baekhyun ikut tertawa mengiringi kesialannya.
Kalau Xiumin? namja bernama asli Kim Min Seok itu sedang membaca buku super tebal.
"Kau beneran sampai mau membantu adikmu membaca ini semua?" Kata Chanyeol setelah menghabiskan minuman Baekhyun.
Lalu Xiumin menutup bukunya dan memandangi Chanyeol yang ternyata sudah ada didepan mata. Begitu fokusnya Xiumin, sampai-sampai tidak menyadarinya.
"Waktu itu Miss Ane juga pernah memberi hukuman yang sama pada Jaesuk waktu kita kelas sepuluh. Kau ingat?"
Baekhyun, Chen dan Chanyeol menggelengkan kepala mereka bersamaan.
"Lagipula ini karena aku kalah taruhan. Jadi aku harus membaca satu buku ini"
"Terus apa yang terjadi dengan Jaesuk?" Baekhyun merasa penasaran.
"Sebenarnya aku juga tidak tahu" Xiumin begitu polosnya malah menunjukkan cengiran kuda. Ingatkan Chanyeol untuk tidak menelannya.
***
Sepulang sekolah, Rye Hyun tengah menunggui Suho yang sedang mengobrol dengan beberapa pesuruh Ayahnya. Membiarkan adiknya sendirian didepan mobilnya.
Suho terlihat sangat sibuk sekali. Meski Rye Hyun melihat raganya memang di Korea. Kakaknya seperti meninggalkan arwahnya disana. Sejak saat itu, Rye Hyun merasa kakaknya gila bisnis.
"Rye Hyun...Hai" Baekhyun baru saja sampai parkiran dan melihat gadis itu sendirian disana. Senyum Rye Hyun mengembang kala Baekhyun mendekatinya.
"Mau pulang Baekhyun?" tanya Rye Hyun melihat Baekhyun akan menaiki motornya.
"Iya. Kenapa? heran ya aku sendirian. Biasanya keluar bersama Chen dan Xiumin. Atau Chanyeol. Hmm...kau mau menanyakan Xiumin ya? Dia sudah pulang lebih dulu dengan adiknya"
Rye Hyun terkekeh.Baekhyun hanya berbicara tapi itu malah terlihat lucu. Rye Hyun akan tanya apa kalau Baekhyun malah sudah menjawabnya. Gadis itu melihat Suho yang masih sibuk lalu kembali menatap Baekhyun.
"Aku tau Xiumin sudah pulang. Aku sudah lama diparkiran. Menunggu Tuan Suho selesai" Rye Hyun memutar bola matanya kala menyebut nama kakaknya.
"Mau ikut denganku?" tawar Baekhyun. Ini kesempatan baginya bisa pulang dengan Rye Hyun.
"Naik motor? berdua?"
"Kau mau kita menaikinya bertiga dengan Suho juga?"
Rye Hyun tersenyum konyol sembari menyibak rambutnya yang panjang kebelakang telinga. Baekhyun sampai harus menghela napas saat melihatnya.
"Aku ingin menemui Eomma. Kau mau?" Mendapat tawaran pergi dengan Baekhyun menyenangkan. Rye Hyun bisa terus tertawa jika bersamanya. Tapi takut kalau Baekhyun direpotkan.
"Kemanapun itu" mata Baekhyun mengerling. Kemudian Rye Hyun mengangguk dan membuka buku dari tasnya. Ia menulis sesuatu kemudian merobeknya. Sobekan itu ia tempel didepan mobil Kakaknya.
"Sudah siap?" tanya Baekhyun ketika Rye Hyun sudah duduk dibelakangnya.
"Sudah, Baekhyun" jawab Rye Hyun.
"Pegangan nanti jatuh" ujar Baekhyun mengingatkan. Lalu tanpa menjawab Rye Hyun sudah melingkarkan lengannya ke pinggang Baekhyun.
Setelah beberapa menit, Suho kembali mendekati mobilnya. Namun, ia tidak menemukan adiknya. Diambilnya sobekan diatas mobilnya, sontak tawanya menggelegar.
Tuan Suho yang terhormat. Rye Hyun pulang duluan. Jangan khawatir karena dia bersama teman baikmu. Bye...
"Xiumin selalu selangkah lebih maju"
Suho membuka pintu mobilnya dan memasukinya. Dia segera menyalakan mesin mobil kemudian pergi meninggalkan pekarangan sekolah.
***
Xiumin meneguk jus jeruk buatannya sendiri. Ia membawa dirinya hingga duduk disofa depan televisi.
"Hyung...minta" Kai datang dan merebut jus Xiumin. Ia mendudukkan diri disamping sang kakak. Xiumin mendengus menyaksikan gelasnya sudah tidak terisi.
"Sudah berapa buku?" tanya Xiumin.
"Hhh...Dua pun masih belum, Hyung. Hyung sudah menyelesaikannya?" terdengar deru nafas lelah dari kalimat yang Kai tuturkan.
Xiumin menggelengkan kepala. Jujur saja, ia membantu adiknya itu karena terpaksa. Jika tidak pasti Xiumin malas. Apalagi yang harus berhubungan dengan sejarah.
"Hyung..." panggil Kai.
"Hmm" sahut Xiumin tanpa menoleh. Sebab pandangannya tengah asik menonton acara Vaerity Show.
"Sis Kae atau Rye Hyun?"
"uh?" kaget Xiumin. Maksud adiknya apa? Xiumin harus memilih antara Sis Kae dan Rye Hyun?
"Hyung...Suka Sis Kae atau Rye Hyun?"perjelas Kai. Xiumin membeku ditempat. Bahkan acara televisi yang semula mampu menarik perhatiannya kini tidak lagi sanggup ditonton.
Melihat keterkejutan dari Kakaknya, Kai tentu paham Xiumin tidak mau menjawab. Tapi, apa alasannya?
"Wae? Diantara keduanya kau tidak ingin melepaskan salah satunya?"
Xiumin mengepalkan tangannya dan berdiri hendak pergi sebelum emosinya benar-benar meledak pada Kai. Tatapannya mengarah tepat kemanik mata milik adik kandungnya. Xiumin sudah berjanji pada dirinya untuk bersikap baik pada Kai.
Namun,tangannya dicekal oleh Kai.
"Hyung...jangan bohongi perasaanmu. Dan jangan sering-sering bersikap terlalu manis, ada sebagian yeoja yang suka baper"
Xiumin mengerutkan keningnya. Kenapa harus Kai yang menasihatinya soal cinta. Umur saja satu tahun lebih muda dari Xiumin. Dunia benar-benar sudah terbalik.
Dimana wibawa seorang Kakak dari diri Xiumin.
"Yang tau perasaanku ya cuma aku, Kai. Jangan ikut campur apalagi sok nasihatin" Xiumin melayangkan tatapan ancaman pada adiknya.
Kai tersenyum sinis. Berbeda dengan Kai yang biasanya. Dia jadi lebih ikut campur dengan Xiumin. Gelagat aneh itu memang sudah Xiumin temui setelah Kai dekat dengan Sis Kae.
Tiba-tiba Xiumin melihat sebuah darah mengalir dari hidung adiknya. Ia terlonjak dan mencengkeram bahu Kai agar berdiri.
"Kai kau mimisan. Kau sakit?" tangan Xiumin ditempelkan pada dahi adiknya. Kai hanya diam saat kemarahan Xiumin berubah menjadi rasa khawatir.
"Ayo kita ke rumah sakit"
***
Xiumin berjalan cepat dengan membawa sebuah amplop dari ruangan Dokter yang telah memeriksa adiknya. Ia terlihat gelisah ingin cepat-cepat menghampiri Kai yang masih berada dikoridor rumah sakit.
Brukk!
Xiumin menabrak seorang namja yang lebih tinggi darinya. Saat berusaha berdiri kembali Xiumin kehilangan amplop putihnya.
"Ini---"
"Iya ini punyaku. Gomawo" potong Xiumin meraih amplop putih yang disodorkan namja tersebut.
Kemudian Xiumin melanjutkan kembali langkahnya menuju tempat Kai berada. Ia tersenyum melihat adiknya sudah tidak lagi mimisan.
"Hyung. Eotteh?" Tanya Kai.
"Ini hasil lab dari darahmu ada disini. Kita bukanya nanti saja dirumah ya. Kurasa Appa khawatir" jawab Xiumin.
"Hyung bilang ke Appa? Ya ampun, Hyung. Kau sampai segitunya"
"Yakh! Aku Hyung mu. Jangan meneriaki aku" Xiumin mengatur napas agar tidak lagi tersulut emosi.
"Ayo pulang,Hyung. Aku mengantuk" Lirih Kai dengan sangat lemas. Xiumin yang kembali merasa iba, tidak tegaan melihat adiknya rapuh pun menggait lengan Kai dan menuntunnya berdiri.
***
Kai dan Xiumin turun dari mobil dengan tergesa-gesa karena melihat Sis Kae terjatuh dihalaman rumahnya sendiri. Gadis itu hanya terpeleset karena salah menginjak batu.
"Aww---" rintih gadis itu.
"Sis Kae" panik Kai.
Xiumin mengulurkan tangan kanannya.
"Gwenchana?"
Melihat kecemasan Xiumin membuat Sis Kae tersenyum. Ia bahagia kini Xiumin sudah tidak perlu berpura-pura lagi didepan Kai.
"Sis Kae.Ireona..." pinta Kai yang juga ikut mengulurkan tangannya.Tatapan Xiumin beralih kepada adiknya. Benar-benar ngajak saingan dia.
Sis Kae meraih telapak tangan Xiumin tanpa ragu. Membuat Kai mendengus sebal dan meninggalkan keduanya masuk ke rumah.
"Gomawo Umin"
Xiumin mengangguk. Dia menang dari Kai. Lalu, teringat amplop putih yang ada ditangan kirinya.
Xiumin harus menyusul Kai.
"Sis Kae-yah. Aku masuk dulu ya. Bye.."
"Ne. Bye Umin.."
Seakan masih ingin melihat wajah Sis Kae lebih lama, Xiumin sampai berjalan mundur. Ia melambaikan tangan sampai benar-benar memasuki rumah.
Diruang tengah ia tidak melihat Kai. Hanya ada Ayahnya yang menghampiri Xiumin kala melihatnya.
"Kai langsung ke kamar. Katanya Appa harus nanya sama kamu"
Ujar Ayah.
Xiumin memggaruk tengkuknya. Tidak habis fikir dengan sikap Kai yang berlebihan.
"Ini, Abeoji. Hasil pemeriksaan Kai" Xiumin mengulurkan amplop putih kepada Ayahnya. Tanpa ragu Kim Junho, Ayah Kai dan Xiumin membuka amplopnya.
Matanya membelalak kala membaca tulisan disana. Putranya, Anak keduanya yang ditinggal oleh Ibu tercinta. Tanpa sadar mata pria paruh baya itu berkaca-kaca.
Xiumin yang penasaran segera merebut kertas dari tangan Ayahnya.
"Kanker darah stadium akhir?"
Xiumin menyusul Ayahnya yang segera menaiki anak tangga hendak menuju kamar Kai. Mereka terdiam kala melihat Kai tengah duduk di kursi meja belajar dengan wajah kusutnya.
"Putraku" Kim Junho memeluk Kai dengan erat sembari mengelus punggung putranya penuh kasih. Kai memandang tanya pada Xiumin didepannya. Kakaknya itu juga terlihat bersedih.
"Appa...waeyo?" tanya Kai penasaran.
Perlahan-lahan Kim Junho melepas pelukannya dan menuntun Kai untuk duduk ditepi ranjangnya. Xiumin duduk disebelah kiri Kai dan Ayahnya duduk disebelah kanan Kai.
"Kenapa pada sedih? ada apa?" pertanyaan Kai lagi-lagi tidak digubris. Ini sebenarnya ada apa. Kai mulai menebak-nebak.
"Perusahaan Appa bangkrut?"
"Yakh!" Xiumin menjitak kepala Kai.
Plak!
Melihat Xiumin berlaku kasar.Kim Junho memukul bahu putra sulungnya. Xiumin merintis sembari mengusap kepala Kai. Bagaimana pun juga ia sayang pada adik kandungnya.
"Kai...kamu jangan syok ya nak. Sebenarnya hasil pemeriksaan mu mengatakan kalau kamu punya Kanker darah stadium akhir"
"Mworago?!"
.
.
.
.
.
.
TBC
Umin ❤