Semakin sore cuaca langit korea semakin gelap dan udara semakin dingin. Duduk sendiri menunggu seseorang disaat seperti ini adalah sebuah tantangan yang amat berat. Setiap janji yang kita sepakati tidak baik diabaikan begitu saja. Karena akan ada hati yang terluka.
"Umin pasti datang" hanya sebuah kalimat yang terdiri dari tiga kata itu yang selalu Sis Kae ucapkan. Padahal sesekali air matanya terlihat meluruh tapi gadis itu tak perduli. Meskipun bibirnya pucat karena kedinginan sekalipun Sis Kae akan meyakinkan dirinya bahwa Xiumin pasti datang.
"Tenang Sis Kae, masih pukul tiga. Benar kau sudah menunggu selama enam jam. Bukankah kau siap dengan ini...hiks" Sis Kae menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang dingin. Ia tidak tahu apa yang ada di fikiran nya sampai mampu bertahan selama itu. Bagaimana jika yang ditunggu tidak datang?
Sesungguhnya Sis Kae tidak perduli, ia hanya memikirkan bahwa semua akan baik-baik saja.
***
Xiumin POV
"Rye Hyun-ah mianhee aku harus pergi sekarang"
"Oh...gwenchana pergi saja. Aku bisa pulang sendiri"
"Andwae aku akan mengantar mu. Bagaimanapun kita kesini bersama"
Rasanya kepalaku pening. Gila saja aku meninggalkan seorang gadis sendiri untuk menemui gadis lain. Sepertinya aku memang gila.
Sis Kae-yah tunggu aku
Rye Hyun menyusul ku masuk kedalam mobil. Tanpa banyak menunda waktu aku pun segera menyalakan mobil lalu berlalu meninggalkan restaurant.
"Ayo besok habiskan waktu sehari denganku"
"Aku akan menunggumu di taman"
Oh damn! Aku melihat arloji dipergelangan tangan kiriku.Tanpa melihat pun aku sudah tahu sekarang sudah sore. Bagaimana aku bisa melupakan janji itu.
"Kau terlihat gelisah. Apa kau sedang terburu-buru?"
Bukan hanya sekedar buru-buru. Ini menyangkut kepercayaan juga. Aku tidak bisa membayangkan seberapa sakitnya hati Sis Kae. Aku mencintai gadis itu, tapi sering membuatnya sakit hati.
"Aku ada janji dengan Ayahku"
Pengecut sekali kan aku? Tidak sanggup mengatakan kebenarannya.
"Mianhee Xiumin. Kau tidak akan kelupaan soal janjimu kalau aku tidak memintamu datang. Tapi, Gomawo aku tidak tahu apa yang akan terjadi tanpamu"
Aku hanya mengangguk saja mendengar Rye Hyun bicara. Jujur, aku tidak sebaik itu. Jujur, aku merasa diriku adalah monster.Aku benci kenyataan ini. Semua terjadi karena diriku. Jika ada yang bilang aku orang yang sebaik itu ada bisikan dihati kecilku yang mengatakan bahwa aku adalah pembohong besar.
***
Aku melompat dari mobil dan berlari mengitari taman bermain yang sudah sering aku kunjungi itu. Taman itu sudah terlihat sepi karena hari sudah mulai gelap. Aku menghampiri sebuah ayunan yang biasa diduduki Sis Kae. Tapi, dimana gadis itu? aku tidak melihatnya. Apa aku sudah terlambat?
"Sis Kae-yah kau dimana?"
Udara disini sudah mulai dingin. Tidak, ini memang sangat dingin. Mungkin Sis Kae memang sudah pergi.
"Umin Annyeong " aku berbalik dan mendapati gadis itu melambaikan tangannya padaku.
Mata Sis Kae merah, apa dia habis menangis? Wajahnya begitu pucat, apa dia sudah menunggu terlalu lama? kenapa dia harus menunggu orang sepertiku. Aku malah berharap dia marah dan pulang. Kenapa dia harus sebaik itu.
"Mianhee" dia tersenyum dengan wajah yang selalu tulus. Kenapa aku harus selalu menyakitimu Sis Kae.
"Anni.jangan terlalu sering mengucapkan kata itu Umin. Tidak baik heheh..." apa dia tertawa? kenapa dia tertawa? apa dia bahagia bertemu denganku. Bukankah seharusnya dia marah dan memukulku.
Aku dan Sis Kae berjalan menelusuri jalan raya yang lumayan jauh dari taman. Entahlah kita akan kemana. Sis Kae yang membawaku. Mungkin dia ingin menikmati udara malam dengan pemandangan kota yang bercahaya itu.
"Kau tahu Umin. Aku sangat senang saat tau kita bertemu lagi" kurasa kau tidak senang setelah aku berpura-pura tidak mengenalmu.
"Membayangkan akan melakukan banyak hal denganmu. Menonton film,mendengarkan kau bermain gitar untukku, mendapat bunga darimu dan berjalan-jalan denganmu di sungai Han"
Semua itu ku rasa tidak membuatmu bahagia Sis Kae. Aku bukanlah diriku, tidak! Aku monster, pembohong dan tidak peka. Aku tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanmu mengikuti kemauanku. Berpura-pura tidak mengenalku dan tidak terbuka padamu. Entahlah, Aku mencintaimu.
"Ada satu hal yang ingin aku lakukan bersamamu"
"Apa itu?" tanya ku.
"Duduk dihalte dan menunggu bus datang"
Kenapa perasaanku tidak enak. Kenapa aku merasa sangat sedih. Bukan karena permintaan Sis Kae yang sederhana itu. Tapi aku rasa Sis Kae akan pergi dariku.
"Aku tahu ini sangat tidak berfaedah. Hanya saja, ku rasa ini hal yang sangat manis. Duduk berdua memandang setiap kendaraan yang lewat dan menanti bus datang"
Aku melihat ke arah Sis Kae yang juga sedang menatapku.
"Aku..." kini mata Sis Kae mulai mengeluarkan air mata. Apa yang telah aku lakukan hingga membuatnya menangis?
"Mian Umin. Aku tidak bisa berperan lagi. Aku rasa aku hanya bisa menyulitkan dirimu dengan memberi beban bahwa kau ingin menyembunyikan ku. Aku akan diam saja mulai sekarang .Kau adalah tokoh utamanya kau berhak memilih endingnya Umin, bukan aku"
Kakiku lemas dan dadaku nyeri. Apa aku baru saja ditolak. Ini jauh lebih menyakitkan daripada ditolak. Aku bahkan belum memulainya tapi Sis Kae sudah memagari hatinya.
Sekarang aku tidak sanggup berkata-kata lagi. Seberapa banyak pun aku memikirkannya. Aku adalah penyebab dari keadaan ini. Aku yang memintanya untuk diam.
"Aku sudah tau kalau kau ternyata seorang Hyung. Andai saja kau yang mengatakannya lebih dulu..."
Deg!
Sudah sejauh mana Sis Kae mengetahui semuanya. Aku baru saja akan mencoba jujur. Tapi gadis ini sudah lebih dulu tahu kebenarannya.
"Mari kita akhiri drama ini Umin. Aku akan berhenti dan tidak berperan lagi. Terima kasih sudah datang hari ini. Aku menunggu dari pagi tidak menyesal. Gomawo Umin" meskipun menangis seulas senyum sedang tercetak di wajah cantik gadis dihadapanku ini.
"Kau tau Sis Kae-yah" Dia melihat ku dengan isakan kecil karena menangis.
"Aku tidak punya hak untuk menahanmu. Kau bukan beban bagiku. Justru akulah yang selalu menyulitkanmu. Kau benar bahwa aku tokoh utamanya. Tapi,mungkin ini endingnya.Aku juga tidak bisa menahanmu tetap disisiku. Tapi jika kau berubah pikiran dan kembali menengok kebelakang. Aku selalu ada disana. Aku hanya akan menunggumu"
"Waeyo?"
"Karena aku Umin"
Tiba-tiba sebuah bus berhenti dihadapan kami. Sis Kae pun berdiri dan masuk kesana sendirian. Aku hanya bisa memperhatikan wajahnya dari jendela mobil.
Hingga bus itu menghilang dari pandanganku. Kakiku terasa masih lemas dan tak sanggup meninggalkan halte.
Aku tidak bisa membuat Sis Kae terus terlibat dalam hal yang menyusahkan dirinya. Biarkan Sis Kae bahagia dan tidak perlu berbohong lagi.
***
Author POV
Ada banyak bintang bertabur menemani malam yang diam. Menemani bulan yang sendiri. Memperjelas sang sunyi berdarah dingin. Dengan demikian, benar-benar memperjelas cerita hati yang sedang tercecer itu.
Di sebuah kompleks perumahan disudut kota Incheon dengan suasana siang yang begitu dingin, dua buah ayunan bergerak manja seiring dengan gelak tawa.
"Hahah...berhenti membuat wajah seperti ikan kembung. Perutku sakit Umin"
Anak laki-laki berumur tujuh tahun itu tidak perduli pada rengekan gadis kecil disampingnya.
"Kau sudah bisa mengirim email kan?nanti jangan lupa kirimi aku fotomu setiap saat. Harus"
Si Gadis akhirnya berhenti tertawa karena tiba-tiba ia harus di ingatkan dengan perpisahan. Bibirnya yang mungil dimajukan beberapa senti, merajuk.
"Aku pergi saja. Umin jahat"
"Geurae kau pasti akan kembali"
"Waeyo?"
"Karena aku Umin"
Sis Kae kecil kembali tertawa kala mendengar kalimat andalan Xiumin. Gadis itu pasti akan merasa terhibur seketika. Karena seberapapun Ia dan Umin itu bertengkar, Sis Kae pasti akan kembali pada Umin.
Dibandingkan dengan kehidupan dulu dengan sekarang sebenarnya sangat berkaitan. Xiumin dulu tidak pernah terfikirkan untuk memberitahu Sis Kae bahwa ia punya adik yang ikut dengan ibunya. Xiumin hanya menceritakan tentang hubungan ayah dan ibunya yang selalu bertengkar. Andaisaja dulu Xiumin mengatakan hal itu, Sis Kae pasti tidak akan berhenti.
"Aku memang jahat" gumam Xiumin seraya menatap langit malam dari balkon kamarnya. Sebenarnya sesekali juga lelaki itu melirik jendela kamar Sis Kae yang terlihat sudah gelap. Kenapa sih ia harus berurusan dengan kebohongan?
"Hyung" Xiumin berbalik dan mendapati Kai sudah berada disampingnya. Kai dapat melihat jelas raut wajah kakaknya yang sangat lesuh.
"Sejak kapan kau ada disitu?" tanya Xiumin.
"Sejak kau mengatakan kalau kau jahat"
Tanpa ingin melanjutkan ucapannya, Xiumin mengalihkan pandangannya pada jendela kamar Sis Kae.
"Waeyo? ada masalah?"
"Jangan terlalu sering mengendap masalah sendiri Hyung, kemarin ada artikel orang mati karena menyembunyikan masalah sendirian padahal sangat sepeleh"
Tampaknya Xiumin terkekeh karena lelucon Kai yang begitu garing. Bahkan Xiumin sudah sering mendengar kata-kata seperti itu.
"Aku ingin mengakhiri drama ini Kai?"
Kai terkejut dengan kalimat Xiumin yang begitu dadakan. Ia tahu bahwa Xiumin merasa sedih jika harus mengatakan kebenaran. Ternyata apa yang Kai pikirkan benar. Xiumin sedang menyimpan masalah sepeleh yang begitu berisiko pada kakaknya itu. Ya...selama ini Kai memang menuruti apa saja yang diminta Xiumin. Bukankah itu salah satu kewajiban seorang adik?
"Hyung kau yakin? Aku...aku---"
"---selama ini meski harus berpura-pura itu tidak masalah bagiku. Apa pun yang kau pikir adalah rahasia bagiku juga rahasia"
"Dengan membiarkan orang gila itu terus meneror sekolah?"
Kai diam seribu bahasa dalam sedetik. Akhirnya Xiumin mau membuka pendapatnya tentang masalah itu.
"Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Dia bukan saja melukaiku tapi juga mengancam orang-orang terdekatku. Rye Hyun, Chanyeol, Chen. Dia juga membuat orang yang begitu berarti bagiku menjauhiku" suara Xiumin begitu menyimpan luka. Saat akan menyebut orang berarti dia merasakan kerinduan dan penyesalan. Gadis itu adalah Sis Kae yang beberapa saat lalu mengatakan berhenti dengan drama ini.
Andai saja dulu Xiumin tidak membuat kesalahan itu
Tidak, Andai saja Xiumin tidak menganggap orang itu temannya
Tidak, Andai saja Xiumin tidak bertemu dengan orang itu.
Xiumin menghembuskan napasnya untuk menenangkan pikirannya. Dirinya masih tidak habis pikir bagaimana mungkin dia kalah karena seorang.
"Aku hanya takut jika Orang itu tau aku adalah adikmu dia tidak akan memberitahukan lagi teror padaku. Hyung, aku takut dia akan melukaimu"
"Nyatanya dia memang mengejar ku. Buktinya dia berani membakar lab waktu itu"
"Maaf Hyung waktu itu aku pikir kelasmu tidak ada praktek"
"Lagipula bukankah kau bolos" Xiumin menatap Kai yang sudah mati kutu. Sedetik kemudian Xiumin tersadar akan ucapan yang aneh dari Kai sebelumnya. Karena tidak fokus ia baru menyadarinya sekarang.
"Kai-yah...---"
"---Kau dekat dengan Kyungsoo?"
.
.
.
.
.
.
.
Hayoooloh..Kai terbongkar...
Oke chingu jangan lupa Vote dan Comment yaa jangan sungkan untuk melakukannya...
Tbc