Suho mengunyah roti berselai coklat kesukaannya pelan-pelan sambil memperhatikan adiknya yang sama sekali tidak melihat dirinya. Suho yakin dia masih marah. Karena itu selalu Rye Hyun lakukan jika belum melupakan kekesalannya.
"Suho" panggil eomma yang baru datang dari kamarnya.
"Jangan lupa perkataanku. Eomma harus pergi sekarang" perempuan paruh baya itu pergi tanpa sarapan bersama--lagi.
Rye Hyun menatap wajah Suho begitu ibunya berlalu. Ia mendengar perkataan ibunya yang membuat rasa khawatir jadi sedikit menyelinap kedalam hatinya.
Suho tersenyum mendapati adiknya mau menatapnya begitu. Tatapan Rye Hyun terlihat penuh tanya. Bahkan gadis itu lupa ada noda selai strawberry di ujung bibirnya. Kebiasaan gadis itu jika mengoles selai selalu banyak.
Suho dengan segera mengulurkan tangan kananya dan mengelap selai dibibir adiknya.
"Gadis cantik ko makannya belepotan sih" pekik Suho.
"Oppa" panggil Rye Hyun. Gadis itu bahkan masih memasang wajah datarnya. Ia masih teringat jelas bagaimana Suho berlarian membawakan payung untuknya saat umurnya 7 tahun. Ia juga ingat saat Suho menggendongnya ketika ia jatuh dari sepeda. Rye Hyun sama sekali tidak bisa membayangkan harinya tanpa Suho.
"Wae?" balas Suho meminta lanjutan.
Rye Hyun menghembuskan nafas sesaat sebelum kembali berkata.
"Jangan pergi Oppa" katanya begitu lirih.
"Siapa yang akan pergi?" Suho berkata sambil tersenyum.
"Berjanjilah padaku oppa tidak akan pergi"
Suho mengulum bibirnya sebelum kemudian ia mengangguk.
"Ne Oppa akan mengingatnya. apa kau begitu menyayangi Oppa mu ini, hingga takut jauh darinya?"
"Bagiku itulah mimpi buruk Oppa"
Suho menangkap raut kecemasan yang begitu mendalam dari adiknya. Tertegun ia mendengar janjinya sendiri. Bagaimana jika Rye Hyun marah padanya?
Mianhee...Rye Hyun-ah...---batin Suho.
Rye Hyun meraih gelas didepannya dan meneguk isinya.
"Aku sudah selesai" Rye Hyun mengerlingkan matanya dengan senyuman.
"Kau sudah bisa tersenyum padaku?Itu berarti kau memaafkanku" ujar Suho.
"Susah marah padamu" kata Rye Hyun. Jujur meskipun berulang kali ia ingin kesal pada kakaknya ia malah berfikir itu hal konyol yang diperbuatnya.
"Bantu Oppa menghabiskan ini" Suho mengangkat rotinya dan memaksa Rye Hyun membuka mulut.
"Aaa..."
Suho berdiri supaya tangan kirinya bisa menekan pipi adiknya dan berhasil memasukkan roti miliknya kedalam mulut gadis itu.
"Hahah...." sontak tawa Suho bergemuruh. Rye Hyun terpaksa menelan walaupun perutnya sudah penuh.
Setelah Suho benar-benar sudah menghabiskan sarapannya, ia menggandeng Rye Hyun hingga memasuki mobil. Lalu merekapun berangkat ke sekolah. Suho mengendarai mobilnya dengan cepat agar dapat sampai disekolah pagi-pagi.
***
Pagi ini suasana langit kota Seoul sedang bersahabat. Awan diatas sana terlihat begitu cerah dan teduh, namun tidak bersalju.
Semilir angin rupanya mengantar desas-desus baru yang begitu cepat merambat ke seluruh sudut sekolah.
Kembalinya Siswi populer bernama Park Nopi sudah diketahui seluruh murid di Korean High School, khususnya kelas 2-3.
Kim Rye Hyun berjalan melintasi koridor sekolah bersama Suho sambil bergandengan tangan.
Senyuman tidak henti-hentinya pudar dari wajah gadis itu karena hubungannya dengan kakaknya sudah membaik.
"Rye Hyun-ah !" Sebuah suara menginterupsi kakak-beradik itu.Rye Hyun menoleh dan mendapati Irene berlari menghampirinya.
"Masih pagi Ren. Waeyo?"
Irene mengatur kembali nafasnya yang satu-satu akibat berlari.
"Park Nopi datang kau tau"
"Hahah...." tawa Rye Hyun sontak memberitahu bahwa ia memang telah mengetahuinya. Lantas kenapa Irene jadi seheboh ini.
"Aku sudah tahu, tadi malam dia menelfonku"
Irene menggembungkan pipinya. Wajahnya memerah menahan malu.ia melirik samping kiri Rye Hyun, ternyata ia baru menyadari ada Suho disana.
"Kau bersamaku saja kekelas ayo. Bye Suho" Irene menggamit lengan sahabatnya dan melangkah meninggalkan Suho.
"Kenapa jadi malah aku yang ditinggal. Ck!" Suho hanya bisa berdecak kemudian berlalu sendirian.
Irene dan Rye Hyun melewati koridor sambil terus berjalan meleok-leok seakan sedang menarikan tarian. Irene begitu senang menerima kenyataan kepulangan Park Nopi dari paris. Di sana Park Nopi sedang berlibur. Libur yang sangat lama,itu karena dia adalah anak dari pemilik sekolah ini. katanya bebas melakukan apapun. Toh, ini sekolahnya.
"Rye Hyun.....Irene.....kembali pada Eomma sayang" Park Nopi berlari merangkul bahu kedua sahabatnya. Gadis itu tidak berubah dan masih tetap suka teriak-teriak.
"Apa di paris kau juga teriak seperti ini? aku curiga kau sebenarnya bukan ke paris tapi ke hutan" ujar Rye Hyun.
Park Nopi terkekeh dan menarik kedua sahabatnya memasuki kelas. Mereka langsung duduk dibangku masing-masing dan memulai kembali pembicaraan.
"Siapa yang duduk disini selama aku tidak ada?" tanya Park Nopi
"Si Tao" sahut Rye Hyun.
"Uri-Eomma bawa apa dari Paris?" Irene mencolek lengan Rye Hyun untuk melancarkan idenya.
Park Nopi mengangkat alisnya dan memperlihatkan wajahnya seolah-olah melupakan sesuatu.
"Aku lupa..."
"Yakh!"
Irene dan Rye Hyun mengeluarkan suara mereka hanya karena bercandaan Park Nopi tentang oleh-oleh. Park Nopi ragu apa mereka pantas dipanggil sahabat?
Pantas. Karena sekarang Rye Hyun dan Irene malah tersenyum dan mulai menggelitiki perut Park Nopi.
***
Baekhyun membolak-balik halaman buku didepannya. Membaliknya dari kanan kekiri atau dari kiri kekanan. Wajahnya terlihat sekali ia sedang sangat cemas.
"Kau bisakah diam saja, Byun?"
aku Chanyeol.
"Tidak bisa Nyeolli" jawab Baekhyun.
Chen beranjak dan merebut buku yang menjadi sasaran kekesalan Baekhyun itu dengan kasar. Baekhyun tersentak.
"Chen-ah..Yakh!" teriak Baekhyun tidak terima.
Sekarang mau tidak mau Baekhyun harus melihat ketiga sahabatnya itu. Mereka sangat tahu kegelisahan Baekhyun.
Xiumin menjitak kepala Baekhyun. Sontak namja itu mengerang kesakitan.
"Antar saja Jisung. Dia adik mu bukan? huh?" Xiumin jadi sedikit tidak tega melihat wajah memelas Baekhyun yang merajuk bak anak dibawah lima tahun. Tapi hanya sedikit, catat ini penting.
"Hyung macam apa kau. Dia malu tuh kalo Jisung kalah pasti dia yang disalahkan" timpal Chen.
"Yakh! Masalahnya hanya aku yang tidak bisa ikut ke rumah Min Seok" mulut Baekhyun dimajukan beberapa centi membuat namja itu terlihat begitu imut.
"Panggil aku Xiumin!"
Alasan Baekhyun ngambek itu tidak bisa begitu saja diterima bagi Chanyeol, Xiumin maupun Chen. Dia marah karena tidak bisa ikut pergi kerumah Xiumin. Baekhyun harus mengantar adiknya bertanding basket.
Saat ini jam pelajaran sebelum istirahat tidak diisi oleh guru mereka. Jadilah sejak tadi keempat lelaki ini hanya mengobrol membicarakan hal yang kurang penting. Hanya satu memang, menenangkan Baekhyun yang sedang ngambek. Atau memarahinya?
Tiba-tiba Suho masuk kekelas dan menghampiri mereka.
"Guys. Kajja kita ke Kantin"
Baekhyun beringsut dan menghampiri pintu lebih cepat dari yang lainnya.
"Pantes, udah laper. Ternyata udah istirahat"
Kelima namja itu kini sudah berjalan memasuki kantin. Mereka segera mengambil nampan dan menyodorkannya untuk segera diisi.
Tidak ada yang mencurigakan seperti waktu itu.Baekhyun juga melihat Sis Kae makan dengan lahap. Ia yakin kantin sedang baik-baik saja. Ada sedikit rasa lega dihati Baekhyun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc