Setelah beristirahat tubuh Xiumin jadi semakin sehat. Dadanya pun sudah tidak sakit lagi. Itu terbukti karena ia tidak batuk terus-terusan.
Saat ini ia sedang makan malam berdua saja dengan ayahnya. Dari pagi Kai tidak terlihat. Rasanya aneh, tapi bukankah memang selama ini selalu berdua? tambah aneh kalau misalkan ada Kai.
"Xiumin tahu dimana Kai?" Tanya Appa ditengah-tengah aktivitas makannya.
"Anni" jawab Xiumin singkat.
"Kemana dia ya? dulu Appa tidak khawatir karena jika anak itu tidak pulang pasti tidur dirumah eomma nya. Tapi sekarang?" Appa meletakkan sumpitnya dimeja. lalu mengambil gelas berisi air putih.
Xiumin menatap Ayahnya dalam-dalam. Ia memang selalu dapat melihat kekhawatiran pada ayahnya.
"Kai pasti pulang, Appa" kata Xiumin.
***
Kim Sis Kae POV
Perjalanan pulang kenapa terasa sangat lama ya. Apa Kai memang menyetir pelan-pelan atau jaraknya yang memang jauh. Aku hanya memainkan ponselku mencoba mengusir kejenuhan. Malas rasanya jika mengajak Kai mengobrol. Lagipula semenjak aku menolak bunganya, namja itu jadi jarang bicara. Dia ngambek?
Aku melirik Kai sekilas lalu menatap jalanan. Aku yakin pasti ada kaitannya Kai diam dengan kejadian di taman Everland.
Aku menghela napas. Sekali lagi untuk memastikannya aku melirik Kai disebelahku. Tiba-tiba saja Kai menoleh padaku. Sambil menyetir ia mengejutkanku.
"Hayoo ..." teriak Kai memekakkan telingaku. Sumpah ya Kai ini memang sudah benar-benar gila.
"Ngapain liatin terus. Naksir ya" Kai menaik turunkan alisnya.
"Yakh! Kau itu benar-benar sudah gila ya? Aku pikir kamu marah, tapi kayanya emang otakmu itu tinggal setengah doang" Aku marah sekarang.
"Mau marah juga nggak berhak kan?" kata Kai.
Aku yang sedang memperhatikan jalan tiba-tiba menatap wajah Kai yang sedang sibuk menyetir. Kalimatnya membuat aku sadar bahwa Kai memang tersinggung padaku. Tapi, dia baik. Maksudku dia tidak langsung marah padaku. Dia membuat lelucon agar kekesalannya tersamarkan.
"Nggak papa aku nggak marah" ujar Kai
Aku tidak bisa berkata apapun lagi. Kai benar, dia tidak punya hak marah padaku. Begitupun diriku yang juga tidak punya hak baik padanya. Mian !
Ciit...
Suara gesekan antara ban mobil dengan jalanan menyadarkanku bahwa aku harus segera pergi. Aku mengeratkan pegangan pada tas.
"Gomawo sudah mengajakku ketempat yang indah" ucapku berterima kasih pada Kai. Meskipun sedikit dengan wajah murung.
"Kau tidak tersenyum. Untuk apa berterima kasih. Harusnya jika kamu senang kamu tersenyum. Sudah sana pergi"
"Ini untuk yang..."
"Nggak ada kata terakhir. Meskipun kau menolak aku akan tetap mengejarmu" Kata Kai langsung memotong kalimatku.
Seketika aku teringat kejadian teror sekolah itu. Ini waktu yang pas untuk menanyakannya.
"Kai. Kenapa kau bisa tau akan terjadi sesuatu di Lab?"
Kai termenung sesaat. Pandangannya semakin tajam mengarah padaku. Aku jadi takut, badanku gemetar menahan rasa takut.
"Kau tidak perlu tau. Tak perlu tau itu bahaya. Biar aku saja. Ne..."
"Wae? Kau kan pelakunya? kenapa kau tega melakukan hal jahat seperti itu? Hentikan Kai, atau aku akan melaporkanmu" nada bicaraku sedikit naik. Kai benar-benar membuatku marah.
"Kau tidak punya bukti. Diam saja kumohon. Ini bahaya"
"Cukup. Aku tidak akan pernah percaya padamu"
Aku segera membuka pintu mobil dan keluar. Lalu menutupnya dengan malas. Setelah itu kai menghilang dari pandangan. Saat itulah aku masuk kerumah.
Aku berjalan menuju lantai atas, kamarku.
"Sis Kae, bunganya sudah eomma letakan dikamarmu sayang" eomma berteriak dari ruang tengah. Menghentikan aku yang sedang menaiki beberapa undakan anak tangga.
"Kenapa eomma ambil bunga itu?harusnya eomma buang saja"
"Sis Kae, hargai dong pemberian orang. Lagipula itukan dari temanmu sendiri"
Setelah kata-kata eomma itu aku tak menghiraukannya. Aku membuka pintu kamar dan menutupnya sedikit keras. Kenapa hari ini begitu menyebalkan. Aku kesal dengan semua yang menimpaku saat ini. Tentang Xiumin dan Go Han Mel. Kenapa harus ditambah dengan Kai. Aku tahu niat namja itu baik mau menghiburku. Tapi, aku tak pernah bisa merasakan kesenangan jika bersamanya. Sikapnya yang sering memaksaku membuat aku kesal padanya. Terlebih lagi tentang kecurigaanku pada Kai dengan semua kelakuannya.
Kai dalang dari semua teror di sekolah. Kai penyebab Xiumin masuk rumah sakit. Tapi, kenapa Kai membiarkanku selamat? kenapa dia selalu mengkhawatirkanku jika teror terjadi? Aku akan laporkan semuanya, Kai.
***
Aku membuka tirai penutup jendela. Malam ini langit begitu gelap.kemana semua penghuninya? sembunyi dibalik awan? apa enaknya sembunyi? aku saja kesal harus mengalaminya.
Diantara kegelapan ternyata masih ada satu bintang yang bersinar sendirian. Meskipun sinarnya sedikit redup tapi ia masih bertahan. Aku akan menjadi sepertinya sabar dan bertahan.
Dari atas aku bisa melihat halaman rumah Xiumin. M elihat kamarnya yang masih terang. Berarti Xiumin belum tidur.
Drrt...drrt...
Ponselku bergetar, segera kuambil. Ternyata Xiumin memberi pesan. Meskipun aku belum membalasnya ia masih berusaha menghubungiku.
From : Umin-ku
Lihat ke bawah
Aku kembali mendekati jendela kamar. Saat ku melihatnya, sudah ada Xiumin dibawah. Ia berdiri disana sambil melambaikan tangan padaku.
Sama seperti bintang diatas yang masih setia kepada bumi. Aku yang masih setia kepada Umin. Aku tersenyum kepadanya, melupakan semua lukaku.
Xiumin menggerak-gerakkan tangannya memberi kode bahwa aku harus turun. Sejurus kemudian aku keluar kamar dan menuruni tangga.
"Mau kemana?" tanya Lay Oppa diruang tengah.
Aku masih berjalan saat melihat Lay Oppa menatapku.
"Keluar bentar Oppa"
"Jangan lama-lama. Oppa tunggu loh" sahutnya lagi.
Aku melangkah perlahan-lahan saat sudah berada diluar. Semakin aku mendekati Xiumin aku makin jelas mendengar sebuah lagu. Xiumin bermain gitar, duduk dibangku taman rumahku. Aku tersenyum mendapati sikapnya yang sanagt manis itu.
"You are the one love is you geu moseup joha modeun geolda malhaejullae saranghandago nappunirago haejwo"
Suara Xiumin begitu indah terdengar sampai keulung hati. Aku menghampirinya dan mengambil tempat disampingnya. Saat ini aku berharap bintang-bintang dilangit sana juga akan bertahan sama sepertiku. Xiumin Aku selalu menyukaimu.
"Kau marah padaku?" tanya Xiumin saat aku memandanginya.
Aku menggeleng dan tiba-tiba saja teringat kata-kata Kai.
"Aku marah juga tidak punya hak kan?" kataku.
"Kau benar-benar marah padaku. Kata-kata mu begitu menyindir" raut wajah Xiumin murung seketika. Aku suka itu.
"Aku tidak punya hak sedikitpun marah pada umin. Aku cuma punya hak untuk bahagia bersamamu"
Xiumin meraih tanganku. Duh, aku malu banget. Kenapa juga mengatakan itu. Bagaimana jika terdengar menggodanya?
"Jinjja?" sahut Xiumin.
Aku memalingkan wajahku yang memerah. Aku yakin Xiumin pasti bakal melihatnya.
"Liat aku Sis Kae-yah"
Aku malu...
"Liat aku" kedua tangan Xiumin menangkup wajahku dan mengarahkannya menjadi berhadapan. Hingga jarak kepala kita semakin dekat.
"Kau malu? wajahmu merah"
"Umin diam"
"Malu yaa..." kekeh Xiumin menggodaku.
"Umin udah sehat?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan agar Xiumin tidak menertawakan aku lagi.
"Sehat banget sekarang setelah melihat mu" Xiumin kembali memeluk gitarnya.
"Aku akan bawakan ..."
Belum sempat aku selesaikan kalimatku Xiumin langsung menutup mulutku dengan jari telunjuknya.
"Jangan kau bawakan bunga lagi. Aku sukanya kamu bukan bunga"
"Suka?" ulangku samar-samar.
"Suka pengen nyubit"
Xiumin tiba-tiba saja menarik pipiku hingga aku meringis. Meskipun pelan tapi sakit. Hatiku yang sakit di PHP-in.
"Sakit Umin..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Sunday guys....pagi minggu harus semanis kisah mereka dong...
Yuks Voment setelah baca...
Salam
PemimpiEXO
Tbc