Author POV
"Kau...kenapa kau ada disini?"
"Aku ingin mengajakmu jalan. Bukankah kau setuju?"
Gadis itu hanya bisa menghela napas pasrah. Ternyata ia salah paham. Ternyata bukan Go Han Mel yang datang. Harusnya dia bertanya pada kakaknya, atau pada ibunya dahulu.
Namja tinggi itu memberikan buket bunga pada Sis Kae.
"Nih ambil. Buat kamu" kata Kai.
Kim Sis Kae meraihnya, tapi tak berlangsung lama. Setelah bunga itu ada ditangannya, Kai langsung menarik Sis Kae hingga bunga itu terjatuh didepan rumah gadis itu.
"Yakh! Apa-apaan ini Kai?" ujar Sis Kae mencoba melepas genggaman Kai.
Rupanya namja tinggi itu tidak memperdulikan kata-kata Sis Kae. Sekeras apapun gadis itu teriak, tidak akan mampu melawan Kai.
Kedua manusia itu kini berada dalam mobil. Tanpa mau mendengar apapun lagi dari Sis Kae, lelaki itu langsung menginjak pedal gas dan mobil melaju.
"Kau mau bawa aku kemana?"
Sudah dua kali Sis Kae naik mobil Kai. Dengan cara yang sama pula. Penuh paksaan.
"Kau akan suka nanti" Kai mengedipkan sebelah matanya pada Sis Kae. Membuat gadis itu sedikit terlonjak.
"Gila" gumam Sis Kae.
"Aku bisa mendengarmu" ujar Kai.
"Diam atau aku cium kau?" Kenapa kai suka sekali berkata seperti itu pada Sis Kae. Atau memang itu kata-kata andalan Kai. Molla.
"Mana bunganya?" Kai mengedarkan pandangannya sebentar pada Sis Kae.
Gadis itu tak menjawab. Diam saja seakan tak mendengar apapun.
"Jawab aku. Dimana bunganya?"
"Kau bilang aku harus diam" balas Sis Kae.
"Terjatuh didepan rumah" katanya dengan ekspresi datar.
"Mwo? Bagaimana bisa?"
"Ya bisalah. Kamu narik-narik nggak jelas. Bunganya jadi jatuh kan"
Kai malah tersenyum mendengar jawaban Sis Kae. Apa Kai sudah gila?
"Wae? kenapa malah tersenyum begitu?" tanya Sis Kae takut-takut.
"Aku senang kau marah karena bunga pemberianku jatuh. Tenang, aku akan berikan yang lain untukmu",jawab Kai percaya diri sekali. Sis Kae hanya membalas dengan wajah datar. Daripada terus meladeni Kai. Gadis itu memilih untuk menetapkan pandangannya pada jendela.
Selama perjalanan Kai masih saja berbunga-bunga. Ia sudah terlanjur senang mendengar Sis kae marah karena bunganya terjatuh. Itulah kenapa saat ini wajahnya masih berhiaskan senyuman. Ea....
Mobil BMW berwarna merah yang dikendarai Kai memasuki sebuah taman bunga yang terkenal di Korea. Kai memarkirkan mobilnya lalu buru-buru keluar dan membukakan pintu untuk Sis Kae.
"Ayo Turun" ajak Kai mengulurkan tangannya. Namun ditepis oleh Sis Kae.
"Nggak perlu gandengan segala. Emang kita mau nyebrang apa?" cetus Sis Kae. Salah jika kalian membayangkan Kai marah dan sakit hati. Nyatanya lelaki itu masih tersenyum dan langsung mendahului Sis Kae.
Bunga-bunga yang begitu indah dan warna-warni menyambut mereka saat pertama kali memasukinya. Meski sedang sedikit bersalju bunga-bunga itu tak terlihat kedinginan. Taman everland merupakan salah satu taman terbaik yang terletak di Provinsi Gyeonggi-do tak jauh dari Seoul.
Gadis bermarga Kim itu tak henti-hentinya dibuat takjub oleh pemandangan didepannya. Ini pertama kalinya bagi Sis Kae datang ke Taman Everland ini. Andai saja ia pergi dengan seseorang itu.
Kai berjongkok ditengah-tengah bunga-bunga. Ia mencabutinya satu persatu. Sis Kae heran melihat tingkah Kai. Tapi, gadis itu malas menggubris Kai.
Tak lama kemudian Kai menghampiri Sis Kae dan mengulurkan rangkaian bunganya. Indah memang dan Romantis. Namun Sis Kae ternyata lebih suka jika orang lain yang memberikannya. Bukan Kai.
"Nih untukmu. Yang ini asli aku sendiri yang bikin" Sis Kae sebenarnya senang Kai memeberinya bunga. Tapi, ia takut dirinya dikira memberi kesempatan untuk Kai.
"Pelanggaran!" Bentak Sis Kae. Vadis itu kemudian menunjuk sebuah papan berwarna putih dengan tulisan berwarna hitam. Disana jelas terbaca 'Dilarang Memetik Bunga'.
"Nggak ada yang tau juga" ujar Kai.
"Aku tau"
"Jadi kau tak mau menerimanya?" tanya Kai.
"Silheunde..."
"Yakh!! Aku marah. Aku akan makan saja bunga ini" teriak Kai frustasi. Sis Kae mengerutkan keningnya. Wajahnya yang semula terlihat marah, kini menjadi terlihat ketakutan. Apa Kai sudah gila? Pikir Sis Kae.
***
Go Han Mel melihat pesan yang baru saja masuk diponselnya. Ia bingung akan membalas atau tidak. Ia belum ingin memberitahukan siapapun tentang hubungannya dengan Sehun. Sekalipun itu sahabatnya.
Sehun yang semula sedang makan. Mau tak mau melihat Go Han Mel yang masih mematung dengan ponsel ditangannya.
"Kau kenapa Han Mel?" tanya Sehun.
"Tidak kenapa-kenapa" Jawaban gadis itu tidak begitu saja dapat dipercaya. Bagaimana mau percaya jika kalimat yang diucapkan saja terdengar tidak bersemangat seperti itu.
"Kau ada masalah. Iya kan?" tebak Sehun. "Go Han Mel, mulai sekarang ceritakan padaku apapun masalahmu. Percayalah padaku"
Go Han Mel menatap kedua manik mata Sehun. Mungkin benar, seharusnya mereka saling berbagi masalah. Bukankah mereka sepasang kekasih sekarang?
Go Han Mel mengangguk lalu tersenyum.
"Aku belum memberitahu Sis Kae tentang hubungan kita"
Sehun terdiam tak bergeming untuk sesaat.
"Dia sahabatmu. Dia akan menerima apapun keputusanmu. Aku yakin itu. Aku juga masih ingin merahasiakan ini dulu. Maksudku..lebih baik kita..." lidah sehun mendadak kaku. Apa yang harus ia katakan sebagai alasan.
"Sehunnie...aku mengerti dirimu. Mian meragukanmu. Aku akan mengatakannya nanti jika kau memperbolehkanku" Go Han Mel sangat percaya pada Sehun. Ia rela mengabaikan pesan sahabatnya demi Sehun.
Sehun meraih tangan Go Han mel.
"Gomawo Go Han Mel"
"Ne sama-sama. Ayo kita makan lagi"
Han Mel dan Sehun melanjutkan makan hingga hidangan hampir habis. Setelah itu barulah mereka keluar dan masuk kedalam mobil.
***
Hanya melihat pantulan wajah dicermin dan menerawang entah memikirkan apa. Gadis itu berdiam diri dan membiarkan dua orang yeoja melakukan apapun pada wajah dan rambutnya.
Sedari tadi ponselnya berdering dan menampilkan nama orang yang masih setia mencoba menelpon dirinya. Namun, gadis itu putus asa. Gadis itu tak perduli apapun lagi.
"Rye Hyun-ssi tersenyumlah. Lihat kau sangat cantik saat ini" ujar salah satu perempuan.
"Yeppeun-a..."sahut yang lain.
Rye Hyun memang tidak mengeluarkan air mata. Ia sudah lelah menangis dengan masalah yang sama. Namun hatinya begitu keras menjerit kesakitan.
Kedua yeoja itu selesai mendandani Rye Hyun. Mereka membereskan kembali peralatan.
Tiba-tiba saja ibu Rye Hyun masuk ke salon tersebut dan menyeret Rye Hyun keluar. Pegangan tangan wanita paruh baya itu begitu keras membuat pergelangan tangan Rye Hyun merah. Langkahnya pun cepat hingga Rye Hyun harus mengimbanginya. Namun tetap saja terseok-seok.
Beberapa kariawan salon itu memang sudah sering melihat adegan itu. Tapi, tetap saja membuat mereka merasa iba. Nyonya kim dan Rye Hyun merupakan pelanggan tetap mereka.
Rye Hyun dan ibunya kembali memasuki mobil, lalu pergi ke sebuah Hotel milik keluarga Kyungsoo. Hotel paling mewah di seoul. Pantas saja Rye Hyun harus ikutan dalam bisnis.
"Kau tunggu disini jangan kemana-mana" kata eomma. Rye Hyun tidak mengangguk maupun berkata.
"Kalian awasi Rye Hyun. Jangan sampai dia pergi. Mengerti?"
Bodyguard nyonya Kim serempak mengelilingi Rye Hyun. Sungguh rasanya sangat memuakkan.
Ponsel Rye Hyun kembali bergetar dan masih menampilkan nama yang sama.
Membuat eomma yang semula ingin pergi berhenti sejenak melihat ponsel anak gadisnya.
"Kau tidak mengangkat panggilan Oppa mu?" Tanya Eomma.
Rye Hyun menatap mata Ibunya. Biar saja dikira durhaka. Toh, Rye Hyun hanya berani menatap tanpa berkata ataupun melawan.
"Dasar anak tidak tau diuntung" gumam Nyonya Kim dan melenggang pergi.
Rye Hyun mematikan ponselnya. Menaruhnya ditas.
Jika saja saat ini ia tidak dikelilingi para Bodyguard ibunya, sudah jauh ia berlari keluar hotel. Ia benci ikut dilibatkan dalam bisnis.
๏ฟผ
.
.
.
.
.
.
.
.
Yuk voment guys....
Taman everland kuy ๐๐๐
Penget bingitss...
Tbc