Author POV
Sis Kae masih enggan membuka mulutnya. Sekedar membalas sapaan lelaki yang menabraknya itu seolah menjadi larangan. Hatinya masih mencuak. Ia marah, sangat. Jika saja dia bisa memukul untuk menumpahkan segala kekesalannya, sudah ia lakukan sejak tadi.
Umin berubah
Aku kecewa
Lalu marah
Dia malah ketawa
Pikirannya masih terus menerawang sejauh matanya menatap kedua manik milik namja didepannya.
"Wae?..bicaralah kenapa harus diam begitu?" biarpun Xiumin menyebalkan tetap saja gadis itu tidak mungkin bisa marah padanya.
"Nggak ada yang perlu dibicarakan" protes Sis Kae.
Xiumin melirik rumah disebelah rumahnya. Pikirannya kembali menerawang ke pertanyaan baru. Apakah sahabat lamanya tinggal di sana?
"Kamu tinggal dirumah itu?" tunjuknya langsung. Sis Kae menoleh, lalu mengangguk cepat. Seulas senyum terbit diwajah Xiumin.
Sis Kae meleleh, masih sangat manis senyum itu. Tidak pernah berubah bagi Sis Kae. Tidak bisa, ia masih marah pada namja ini.
"Memang kenapa?" tanya Sis kae ketus kembali.
"Selamat. Kita sekali lagi tetanggaan" Sis Kae hampir saja melompat-lompat seperti kanguru. Saat ini kembali hatinya berbunga-bunga. Penantiannya untuk kembali bertemu dengan sahabatnya, cinta pertamanya, menjadi kenyataan.
"Umin. Kenapa kamu nyembunyiin sesuatu tentang kita sama temen-temen kamu? kamu malu ya kenal sama aku?" Sis Kae berbicara sangat pelan. Kalau saja Xiumin tidak fokus mendengarkannya sudah pasti dia tidak tahu apa yang gadis itu katakan.
Xiumin menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pasrah. Keningnya berkerut, kedua matanya menatap nanar kedua manik milik Sis Kae. Saat ini dirinya merasa sangat bersalah. Tidakkah tindakannya itu membuat gadis itu kecewa?
"Mianhe Sis kae-yah .Untuk sementara lebih baik jika di sekolah kita bermain drama"
Sis kae masih terdiam. Dia bingung maksud Xiumin. Baginya sulit menyetujui permintaan Xiumin. Padahal dia murid baru di sekolahnya, mendapati teman lamanya juga sekolah disana harusnya Sis Kae merasa lega karena punya kenalan. Tapi itu malah berdampak sebaliknya.
Akhirnya setelah lama bergelut dengan pemikirannya. Setelah menarik nafas dia memberanikan diri menatap kedua mata Xiumin. Alisnya terangkat bersamaan dengan senyum yang mengembang dibibirnya.
"Drama? aku suka. Tapi aku punya syarat" sekali lagi Sis Kae membuktikan dirinya selalu kalah dari Xiumin.
Xiumin kembali mengerutkan keningnya. "Boleh. Apaan?"
"Yang pertama kali ketauan harus memenuhi keinginan yang menang. Gima--"
"Setuju" potong Xiumin lantang. Membuat Sis Kae sedikit terlonjak kaget. Lalu keduanya tertawa bersamaan.
Ternyata mudah memaafkan orang spesial dihati kita. Sebenci apapun kita padanya. Tidak akan bisa mengalahkan rasa sayang kita pada orang itu.
Setelah pertemuan itu Sis Kae pulang ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter saja. Tapi sebelum masuk ke rumah ia melihat seseorang yang sedang berjalan menuju rumah Xiumin. Lama Sis Kae memperhatikan. Makin dekat makin jelas. Sangat jelas. Dia...
"Kai" dia menengok lalu berbalik dan menjauhi tujuannya.
Sis Kae yang masih berada disekitar halaman rumah Xiumin memberanikan diri mendekati Kai. Ia penasaran kenapa Kai berjalan ke rumah Xiumin sambil mengendap-endap begitu.
"Kamu ngapain disini?" tanya Kai.
"Hahahha....tuh rumah aku" Sis Kae menunjuk rumah bercat putih miliknya itu. "Kamu tuh yang ngapain?" lanjutnya.
"Rumah kamu?" Sis Kae mengangguk.
Celaka ini mah...---batin Kai.
"Aku nyasar. Bye! Mau balik" secepat kilat Kai berlari setelah mengatakan itu.
"Ih...namja gila. Aneh banget sih"
***
"Woy! Dari mana aja ?"
"Berasa rumah sendiri ya, Byun. Nggak ada pemiliknya"
Xiumin terkekeh. Ia baru ingat ternyata lama meninggalkan teman-temannya yang masih asyik bermain PS di kamarnya. Kedua namja itu memang sudah sering ke rumah Xiumin. Mereka sudah bersahabat dari pertama masuk SMA.
"Sorry guys... tadi gue ngeliat sesuatu yang sangat indah. Jadi gue lama deh" Xiumin mengatakannya sambil membayangkan pertemuan keduanya dengan Sis Kae.
Bugh !
Sebuah bantal mendarat tepat di kepala Xiumin. Dia mengaduh sesaat. Lalu melempar kembali bantal tersebut pada si pelaku. Dia sudah sangat kenal. Ini pasti kelakuan Baekhyun. Dia memang suka seenaknya saja bertingkah. Tidak seperti Chen meski jail, dia lebih terlihat cool.
"Apa sih Byun?" geram Xiumin.
Baekhyun nyengir kuda. Lalu merebahkan dirinya diatas kasur Xiumin. Kemudian dia memegangi perutnya.
"Baekki laper..."
Sontak serempak Chen dan Xiumin menggeplak tubuh Baekhyun.
"Alay banget nih anak" sergah Chen.
"Hehehe....kaya baru kenal aja" balas Baekhyun tak mau kalah.
Xiumin lalu keluar dari kamarnya mengambil cemilan untuk teman-temannya. Terutama yang tadi merengek kelaparan. Persis seperti bocah yang minta dibelikan permen. Satu lagi kebahagiaan Xiumin hari ini. Punya kedua sahabat yang sangat berharga.
Sekembalinya Xiumin dari dapur langsung disambut girang oleh Baekhyun. Selanjutnya permainan PS kembali dimainkan tapi oleh Xiumin dan Chen. Karena Baekhyun sedang asyik dengan cemilannya.
"Suho sering minta kamu buat nganterin adiknya sejak kapan Min?" tanya chen di sela-sela permainannya.
"Sejak dia jadi ketos"
Baekhyun langsung lompat dan berada di tengah-tengah Chen dan Xiumin.
"Lagi gosipin Suho ya?" tembak Baekhyun.
"Dasar kuping gajah" itu Chen.
"Kok gajah. Aku kan imut harusnya kelinci dong" bela Baekhyun.
"Serah Byun" Chen akhirnya pasrah. Pemenangnya selalu Baekhyun.
Xiumin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua sahabatnya itu. Sering sekali beradu mulut.
***
Xiumin POV
Hari ini sedikit gerah, apalagi setelah mengerjakan ulangan bahasa Inggris ditambah praktikum biologi. Pusingnya kemana-mana.
Aku berjalan beriringan dengan Chanyeol teman sekelasku. Dia langsung ngajakin ke kantin begitu mendengar suara bel berbunyi.
Dia langsung pesen minuman dan membawanya ketempat duduk yang sudah aku pilih.
"Gila hari ini gerah banget ya" Chanyeol berargumen.
"Iya bener banget Yeol. Mana pusing lagi habis ulangan"
Aku menyesap minumanku lalu menatap kesekeliling kantin. Pandanganku berhasil menangkap Sis Kae. Dia berjalan bersama temannya. Dia menyadari tatapanku lalu tersenyum sesaat. Dia masih memegang janjinya untuk bermain drama.
"Senyumin siapa sih?" sebelum Chanyeol menoleh Sis Kae sudah berhasil pergi dari sana karena pesanannya memang sudah siap. Huft...aku lega.
"Bukan apa-apa ko" Chanyeol mengangguk, untung dia percaya.
Kami melanjutkan percakapan kami. Membicarakan tentang musik dan bola. Karena kami memang terjebak dalam hobi yang sama.
"Hei. Aku nggak sekalian dipesenin nih" Suho sudah ada di tengah-tengah kami.
"Tau ah yang sibuk mah" Chanyeol mendesis.
"Eh, thanks ya" kata Suho padaku. Aku mengerti maksud ucapannya. Dia ingin berterima kasih karena aku telah mengantar adiknya pulang.
"Kaya sama siapa aja" balasku santai.
"Btw, Lagi nggak sibuk nih Ho? Tumben main ke kantin" ujar Chanyeol.
"Iya" jawab Suho singkat.
Drrt...drrt...
Suho mengambil ponsel disaku jasnya. Lalu melihatnya dan menunjukkannya pada Chanyeol.
"Dia anak kelas X yang sering bikin onar. Karena ini aku sering sibuk. Dia udah bolos tiga kali diminggu ini tau nggak" jelas Suho. Aku menelan ludah berat. Tahu kemana arah pembicaraan Suho.
Chanyeol masih ternganga.
"Gila, hebat banget nih bocah ya" Chanyeol berpendapat.
"Namanya..." Aku memotong ucapan Suho.
"Mian, aku mau ke toilet. Duluan ya" aku berjalan cepat menghindari mereka. Sementara itu aku sangat yakin mereka curiga dengan sikap anehku.
Berjalan menuju kelas sendirian. Saat melewati kelas Rye Hyun aku berhenti karena dia meminta ku untuk berhenti.
"Kamu kenapa? ko kaya gelisah gitu" tanyanya padaku.
"Nggak kenapa-kenapa. Cuma buru-buru aja pengen ke kelas. Ada tugas dikit. Hehe" kekeh ku mencoba menghilangkan kegelisahan.
"Oh...gitu"
"Hmm" aku mengangguk.
Baru saja aku akan melanjutkan langkahku. Tiba-tiba....
"AWAS....WOY...AWAS...MINGGIR......" teriak seseorang yang aku tahu berasal dari arah belakang.
"Xiumin awas--" Rye Hyun mendorongku hingga dirinyalah yang kena tabrak sepeda. Aku langsung menghampirinya. Ku lihat tangan Rye Hyun tergores akibat terkena rantai sepeda.
Aku berdiri dan menatap lelaki itu dan dia juga menatapku. Kami saling tatap namun dengan kebencian yang sama. Kebencian yang selalu hadir dimatanya. Aku merutuki penunggang sepeda gila yang mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi di koridor sekolah. Dan kenapa orang itu harus dia.
Dia nyengir kuda.
"Sunbae...." katanya menyadarkanku. Dia masih mau memainkan drama ini? Syukurlah
Karena bagiku hal ini masih misteri. Begitulah hidupku. Tak perlu orang lain tahu lebih dalam.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Yuks voment 👍