Disudut kantin, tampak tangan Jihan secara periodik memakan kentang goreng hingga potongan terakhir untuk menentukan siapa di antara Gilang dan Bayu yang harus dia pertahankan atau harus menerima cinta yang tidak diinginkannya. Tinggal satu kentang goreng di piring dan itu membuat Jihan menghela nafas dan kecewa.
"Bayu," celetuk Mirna ketika menyomot potongan terakhir kentang goreng lalu memakannya. "Lebih baik elo terima cinta Bayu. Cowok juga butuh kepastian kali," tambahnya.
"Masalahnya gue gak cinta sama Bayu, Mir," jawab Jihan telak.
"Mata hati elo udah dibutakan sama cinta semu yang malah ngebuat elo ngegalau tidak karuan. Sebenarnya cinta itu gak rumit. Yang rumit itu elo gak bisa melihat mana cinta yang nyata dan yang semu. Cinta yang elo kejar buat Gilang itu tak lebih dari rasa penasaran. Udah berapa banyak cewek yang patah hati lantaran cinta mereka yang tidak terbalas. Dan dengan bodohnya elo malah ikut-ikutan kaya mereka," ungkap Mirna.
Jihan semakin larut dalam ketidakpastian untuk menetapkan pilihannya. Jika kedalaman laut masih bisa diselami dan luasnya angkasa masih bisa dijelajahi, maka cinta Gilang sulit untuk dijangkau. Dan Jihan menyadari dia tidak punya mantra yang bisa membuat cowok berambut spike itu jatuh cinta padanya.
"Nona manis jangan melamun saja. Nih buat elo, Han," ucap sebuah suara yang membuat Jihan dan Mirna menoleh pada sumber suara yang sudah meletakkan jus mangga dihadapannya. Belum juga mendapat ucapan terima kasih, Bayu berjalan meninggalkan mereka.
"Elo bakalan tambah bodoh kalau elo gak nerima cinta Bayu. Kejar dia, Han," suruh Mirna memprovokator.
Atas desakan logikanya tentang cinta yang tidak bisa membutakannya, Jihan mengejar Bayu yang sudah meninggalkan kantin.
"Tunggu Bay," panggil Jihan membuat langkah Bayu terhenti. "Jus mangganya..." lirihnya ketika dari arah berlawanan dia melihat Gilang berjalan hendak ke kantin. Jihan terdiam ketika cowok yang ditaksirnya itu melewatinya dengan cuek.
"Sama-sama Han, kalau kata terima kasih yang mau elo katakan," kata Bayu yang mampu menyadarkan Jihan yang terus melihat Gilang.
"Eh, bukan sekedar itu Bay. Gue..."
"Kalau itu soal ngebalas perasaan gue, seharusnya sedari awal gue tahu kalau elo sama kaya cewek di sekolah ini yang naksir sama Gilang. Yang berlomba-lomba menjadi siapa yang bisa naklukin hati dia. Jadi pantas aja kalau selama ini cinta gue ditolak," ungkap Bayu menohok uluhati Jihan dan dia hanya bisa melongo ngelihat kepergian Bayu.
"Cinta Bayu enggak elo dapatkan dan cinta Gilang semakin sulit buat dikejar," celetuk Mirna yang sudah berdiri disamping Jihan. "Meski cinta Bayu akhirnya jadi sia-sia, seenggaknya elo masih dapat bonus dari dia, jus mangga. Nih, sabar ya," ledeknya sembari menyodorkan jus mangga pada sahabatnya itu.
Jihan hanya menatap pasrah melihat kepergian Bayu lalu menoleh kearah kantin di mana Gilang tadi melewatinya dengan sikap cueknya. Tanpa Jihan sadari, Mirna pun hanya bisa menghela nafas melihat Gilang yang diam-diam ditaksirnya juga. Karena dia sadar, dia menjadi cewek bodoh yang perasaannya akan ditolak juga.
Sejatinya cinta itu tidak pernah salah. Yang datang pada siapapun tanpa permisi. Yang salah adalah saat kita mengabaikan cinta yang tulus untuk mendapatkan cinta semu yang dibalut oleh rasa penasaran ingin memiliki.
-Tamat-