Read More >>"> Kata, Kita, Derita
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kata, Kita, Derita
MENU
About Us  

Asa membentuk lara, menggores luka abadi pada hati yang rapuh. Katanya waktu adalah pengobat terbaik, namun mengapa malah kian terasa sakit?

 

Robby menghela napas, sembari menatap nanar pada recehan di atas meja kasir. Setumpuk laporan tak dihiraukan, padahal sejam lagi waktu kerjanya habis. Impian telah diraih, menjadi seorang manajer keuangan perusahaan retail terbesar se-Indonesia. Namun setiap kesuksesan mestilah diiringi pengorbanan besar, dan disinilah ia sekarang. Menyesal atas masa lalu yang tidak bisa terulang.

 

“Pak, kapan uangnya mau diambil? Swalayan kita sudah mulai ramai,” sahut salah seorang pegawai.

 

Robby tertegun sejenak, lantas bergegas melaksanakan tugasnya. Dan sekali lagi, memori itu terbayang. Sebuah kenangan, tentang dilema berkepanjangan.

 

*

 

“Totalnya dua puluh lima ribu rupiah, terimakasih.”

 

Robby baru saja keluar dari toilet, tatkala mendapati sesosok gadis keluar dari toko tempat dirinya bekerja. Gestur tubuh, cara berjalan, dan gaya berpakaian muslimah yang kasual. Apakah ini kebetulan?

 

“Eh, Rob. Udah kelar buang airnya? Sekarang shift lu jaga, gue mau balik.”

 

Perkataan Bara tak ia dengar, sebab pandangannya sibuk mengekori pelanggan itu menuju keluar. Perlahan dirinya mendekat pada pintu, meraba-raba kaca bening yang setengah jam lalu baru dibersihkan.

 

“Lu kenal sama yang barusan?” tanya Bara seraya menepuk pundak Robby, yang reflek membuatnya terkejut. “Lu kenapa, sih?”

 

“Itu, rasanya gue kenal.”

 

Suka cita bersambut, wajah perempuan tersebut terlihat dari muka toko—tengah menunggu angkutan. Dengan cepat Robby menggunakan kesempatan emas yang takkan mungkin datang dua kali, mendekat bak pujangga mengejar cinta.

 

“Syifa?”

 

Heran dan muram. Dua hal yang ditangkap Robby dari raut tak senang Syifa—teman masa SMA-nya dahulu. Nampak berbeda, kain cadar menutupi setengah wajahnya yang ayu. Gurat malu-malu menyelimuti gerak-gerik wanita itu. Suaranya lembut membuai, “Kak Robby, ya?”

 

“Iya, dek. Wah, sudah lama sekali yah.”

 

Jabatan tangan pemuda itu direspon dengan anggukan pelan, mata Syifa meyipit menandakan keramahan. “Afwan, Kak Robby. Apa kabar?”

 

Robby menggaruk kepalanya gelisah, Syifa benar-benar telah menjadi alim dan pendamping idaman. “Hahaha, iya dek. Alhamdulillah, kabar Kakak baik. Adek sendiri gimana?”

 

Syifa merogoh tas gendong yang ia bawa, lantas mengeluarkan isinya. Sebuah undangan, “alhamdulillah, kak. Insya Allah Syifa akan menikah bulan depan. Kebetulan sekali bertemu kakak disini. Syifa tidak tahu harus mengantarkan undangan ini kemana.”

 

Lemas. Perih menyambangi kalbu. Terasa bagai tikaman pedang tepat pada jantung. Harap diri dapat mengulang asmara lama, malah kandas hanya dengan sebuah kertas dengan dua inisial itu. Syifa telah lebih dahulu dipersunting, sementara kesendirian Robby hanyalah untuk menunggu moment ini terwujud. Kini telah terjadi, dan dirinya hanya mematung atas tamparan yang menggoncang jiwa.

 

“Kak Robby datang, ya. Ummi pasti senang melihat Kakak kembali, setelah lima tahun tidak bersilaturahmi ke rumah. Assalamualaikum.”

 

Apalah daya, Robby hanya bisa memandangi buah tangan dari kekasihnya dahulu. Sebuah oleh-oleh yang tak pernah diharapkan, setelah masing-masing memutuskan pergi untuk mengejar impian. Mapan, tujuan utama yang diraih untuk menghalalkan sang pengisi hati. Sekarang perjuangannya terasa sia-sia. Padahal tinggal sedikit lagi, angan yang dulu dibangun akan terwujud. Nyatanya, takdir hanya mempertemukan. Tidak berkenan untuk menyatukan.

 

Tags: ffwc2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Penenun Nasib
885      506     14     
Short Story
Hari kasih saya tak terbatas untuk sepasang kekasih. Hari kasih sayang berhak termiliki siapapun yang mengagungkan cinta. Kupersembahkan kisah ini untukmu, wahai pemintal mimpiku ... (True Story)
Search My Couple
491      265     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Dia yang Bukan Aku
361      258     0     
Short Story
“Berhentilah menganggap aku tak bisa menafsirkan aksara yang kau rangkai untuk dia.”
From Ace Heart Soul
535      314     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
Mungkin
544      302     5     
Romance
Mungkin dia datang.. Atau mungkin dia hanya menghampiri, Hampir datang. -Karena terkadang kenyataan tak seindah mimpi-
ANAGAPESIS #ffwc2
407      268     1     
Short Story
Ini berawal dari harapan yang dipupuk kebiasaan. Oh, sebuah rutinitas yang mengesankan. Harapanku tumbuh, menjulang menantang akanan. . Hingga suatu ketika kenyataan menamparku agar putar halu. Ini tentang kamu.
Kamu&Dia
217      167     0     
Short Story
Ku kira judul kisahnya adalah aku dan kamu, tapi nyatanya adalah kamu dan dia.
The Second Lady?
404      286     6     
Short Story
Tentang seorang gadis bernama Melani yang sangat bingung memilih mempertahankan persahabatannya dengan Jillian, ataukah mempertahankan hubungan terlarangnya dengan Lucas, tunangan Jillian?
Di Sudut Jalan Yang Sama
362      231     0     
Short Story
Sekarang, aku masih melewati jalan yang sama.
Bukan Untukku
294      198     2     
Short Story
Tak selamanya orang yang kita cintai adalah takdir.