Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asa dan Ara
MENU
About Us  

Saat malam kian larut. Ara mengetik pesan resah.

 

A: “Maafkan aku. Namun, semuanya harus jelas. Sekarang maunya kita gimana?”

D: “Menurutmu?”

A: “Aku butuh jawaban.”

D: “Sejujurnya, di dalam hatimu apa, Ra?”

A: “Aku sudah siap, apapun keputusanmu.”

D: “Beri aku waktu.”

A: “Kenapa gak sekarang?”

D: “Sudah larut malam, Ra. jam segini, hati dan pikiran pasti ngelantur. Aku gak bisa menyakiti seseorang, kehilangan dia yang berharga untukku.”

A: “Menunggu ataupun meninggalkan itu sama-sama menyakitkan. Tapi, lebih menyakitkan saat tak mampu memilih antara menunggu atau meninggalkan."

A: "Apa tak ada pilihan lain, untukku?”

 

Pesan itu tidak dibalas, mungkin juga tidak dibaca oleh penerimanya.

Ara menatap langit malam yang bersih tanpa bintang dibalik jendela kamarnya. Disana seolah sedang mencoba menggambarkan rasa hatinya.

Ia menghembuskan napas panjang.

Napas ini adalah napas kelelahannya menahan gejolak. Sekilas, ada wajah seseorang yang dicemaskannya. Ia tersenyum sejenak karena wajah itu, ia belajar banyak hal, seperti, Apa itu, cinta?

Namun, kali ini sesak rasa di dada. Tak mampu ia menahan terlalu lama. Lalu, apa yang harus ia lakukan?

***

Bulir embun dan kesegaran yang dibawa pagi menjadi tema pagi ini. Meski kadang mendung menerjang atau bahkan hujan sudah berbondong-bondong sejak sebelum subuh, bukan penghalang bagi manusia untuk melakukan aktivitas rutinnya, termasuk Ara dan Nur.

“Ra, kita harus dapet video wawancara hari ini. Kameranya sudah siap, kan?” Nur menoleh kepada Ara.

Yang ditoleh mengangkat kamera di tangannya, “Sudah.”

“Bagus. Aku pergi menemui gurunya dulu. Kau tunggu di sini.” Ucap Nur, lalu meninggalkan Ara dengan kameranya.

Bel istirahat di sekolah itu bernyanyi keras. Murid-murid disana berhambur keluar kelas, menyambut senang nada tersebut.

“Ra, mau ke kantin bareng aku atau mau nitip aja?”

Ara mengingat jelas pertanyaan itu. Mendengar nada suara yang selalu ada di sisinya. Ia menghembuskan napas panjang.

Di sini bukan saja sebagai tempat penelitian untuk tugas kuliahnya. Namun, di tempat ini juga menjadi sebuah kenangan masa putih abu-abunya. Dan di tempat ini juga, Ara tahu, ada sebentuk rasa yang ia rindukan.

Berduyun-duyun kenangan itu hendak berlalu di hadapannya. Seperti film lama yang diputar ulang. Maka, begitu film selesai dan diputar kembali hari ini, debar jantung itu nyatanya lebih kencang terasa.

“Ra, ngapain?” tanya Nur, bola matanya juga melirik kearah yang dituju Ara.

“Menikmati film lama yang sedang diputar ulang.”

Nur memutuskan duduk di sebelahnya, “Kau, ini. Masih memikirkannya?”

Ara mengangguk.

“Ra, apa kata pepatah, hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biar waktu yang menjadi obat.”

“Aku sudah mencobanya, Nur. Tetap saja, rasanya.....”

“Ra. sekecil apapun harapan tersebut, saat ini, kau hanya perlu menggenggamnya erat-erat. Meski, yah. Laki-laki emang gak peka, ya.” Pesan Nur, separuh menyindir.

Ara tersenyum canggung. Hingga saat ini, ia tidak bisa mengidentifikasi rasa di hatinya. Apakah semua akan berakhir secepat ini? Atau baru saja akan dimulai kisah baru?

Namun, ia ingin sekali percaya kalau semua ini akan indah pada waktunya. Maka, begitu puzzel hati di tempat ini kembali di susun, pada sosok sederhana bernama Dimas, ia pun tak hendak berlari. Menetapkan langkah seurut waktu yang akan menuntunnya.   

***

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sad Symphony
375      272     0     
Short Story
Aku ingin kamu ada dalam simfoni hidupku. Tapi kamu enggan. Aku bisa apa?
Ruang Nostalgia
353      256     1     
Short Story
Jika kita tidak ditakdirkan bersama. Jangan sesali apa pun. Jika tiba-tiba aku menghilang. Jangan bersedih, jangan tangisi aku. Aku tidak pantas kamu tangisi. Tapi satu yang harus kamu tau. Kamu akan selalu di hatiku, menempati ruang khusus di dalam hati. Dan jika rindu itu datang. Temui aku di ruang nostalgia. -Ruang Nostalgia-
Tak lekang oleh waktu
263      225     0     
Short Story
Thanea menyukai seorang pria yang selalu datang lewat mimpi nya dan pada suatu ketika dia bertemu secara tidak langsung, hanya lewat layar kaca.Namun apalah daya jika dia hanya seorang upik abu dan sang ibu yang sangat galak selalu mengomelinya. Namun dia tak putus asa, malah semakin sering berimajinasi untuk mendapatkannya
Te Amo
447      304     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
I am sorry
218      180     0     
Short Story
Terkadang untuk memilih itu susah.Memilih yang ini salah,memilih itu salah.Akibatnya,sering terjadi yang namanya keliru ke jalan yang lebih buruk.
Penenun Nasib
960      566     14     
Short Story
Hari kasih saya tak terbatas untuk sepasang kekasih. Hari kasih sayang berhak termiliki siapapun yang mengagungkan cinta. Kupersembahkan kisah ini untukmu, wahai pemintal mimpiku ... (True Story)
Tenggelam
393      287     2     
Short Story
Percayakah kalian dengan seorang babu yang jatuh cinta pada majikannya? Cinta seorang babu itu tabu. Menggebu-gebu sampai akhirnya menjadi belenggu. Belenggu itu berwujud abu. Abu yang akan hilang bersama kelabu. Bagaimana perasaan cinta si babu? Entahlah, mungkin akan berdebu.
ANAGAPESIS #ffwc2
463      312     1     
Short Story
Ini berawal dari harapan yang dipupuk kebiasaan. Oh, sebuah rutinitas yang mengesankan. Harapanku tumbuh, menjulang menantang akanan. . Hingga suatu ketika kenyataan menamparku agar putar halu. Ini tentang kamu.
Bukan Untukku
340      235     2     
Short Story
Tak selamanya orang yang kita cintai adalah takdir.
Dia yang Bukan Aku
414      297     0     
Short Story
“Berhentilah menganggap aku tak bisa menafsirkan aksara yang kau rangkai untuk dia.”