DRAMA
Panggung milik pelakon hati
Harusnya kau tahu, mahluk tak kasat mata itu bernama cinta. Dia hadir tanpa permisi lantas mendiami hati. Sering kali pergi tanpa peringatan dan menyisahkan benci. Sayangnya, kau anggap semua itu hanya atribut pendukung. Cinta bagimu sebuat kisah yang wajar dilupakan.
Harusnya kau tahu, saat tapak kakimu menuntunku pada garis kehidupan dan kematian. Aku tak bisa menegokan keduanya. Terkadang mati dan hidup susah kubedakan. Sekali waktu, plot kehidupan menjalinkan rasa nyaman, semarak bahkan menyandarkan diri pada citra surga bentukan dunia. Sayang, pada babak ini, kehidupan yang kau narasikan menumbalkan kewarasanku. Mencekikku hingga sulit bernapas. Menyulam bibirku sampai tak mampu tersenyum. Kehidupanku kau nikmati seperti halnya suguhan drama komedi yang bisa kau ulang dan terus kau tertawakan sesuka hati.
Harusnya kau tahu, sepintar apa kau menjalankan peran? Kau berlaku argon. Aku pemeran antagonis dan kau si protagonis. Semuanya serba terbalik. Puluhan sorot mata merajamku dengan hina. Kau membrandingku sebagai sosok picik dan pintar bersilat lidah.
Harusnya kau tahu, ketika kepingan terahir pada kolase kehidupanku kau letakkan, tertancap rasa sakit meski tak berdarah, meski tak berderai air mata, meski roh tercabut pun aku tak merasa.
Harusnya kau tahu, ketika babak baru dengan peran baru kau tulis, ada aku yang kau pasung sebagai jimat. Ada aku yang kau bingkai layaknya barang nista. Ada aku yang sepenuh hati mencintaimu, tapi kau tuduh berdusta.
Kini aku pun tahu, kau menemuiku karena birahi dunia. Kau menyelimuti karena tak ingin ego kelaki-lakianmu dipertanyakan. Dan, kau mumbual padaku akan protaris cinta.