Mrs. Late
“KKKKKKKRRRRRRRRRRRRRIIIIIIIIIIIINNNNNGGGGGGGG,,,,,,,,,,,,,,,” bunyi dari 5 jam weker Nadia, belum lagi nada alarm di hp-nya buat gaduh suasana subuh di rumahnya. “Naaaaaadddddddiiiiiiiiiiaaaaaaaaa berisik tau!!!!!! cepet matiin!!!!!!! teriak Kayla Kakak Nadia yang kamar tidurnya bersebelahan dengan kamar Nadia. Nadia cuman menghela nafas panjang lalu Dia bangkit dari tempat tidurnya dan mematikan semua jam waker serta alarm di hp-nya.
“Kamu gak tidur Nad?” kata Mamanya yang masuk kamar Nadia sambil membawakan susu hangat untuk Nadia. “Nadia gak bisa tidur mah takut kesiangan.” Jawab Nadia lesu seraya kembali menjatuhkan badannya di atas tempat tidurnya. “Hari ini ada kuliah pagi?” tanya Mama sambil mendekat dan menyerahkan segelas susu. “Iya Mah, dan Nadia selalu terlambat, kalau sampai terlambat lagi Nadia gak boleh ikutan mata kuliah ini dan yahhhhhhh... ada kemungkinan gak lulus buat mata kuliah ini.” Jelas Nadia ke Mamanya sambil menerima segelas susu dari Mamanya. “Ya udah,,,, kalau susunya sudah habis Kamu langsung mandi”, kata Mama sambil mengelus rambut Nadia yang panjang.
“Kak, Aku nebeng Kakak ya,,,kan Kampus sama Kantor Kakak searah”, mata Nadia berbinar memohon pada Kakaknya terbesit dalam benaknya untuk tidur saat perjalanan menuju Kampusnya. “Ogaaaahhh males yang ada ntar Kakak telat gara-gara bareng ma Kamu!!!”, jawab Kayla ketus, lalu dengan cepat bangkit dari kursi makannya dan berpamitan pada Mama dan Papa sementara Nadia baru akan menggeserkan kursinya hendak sarapan bersama Mama dan Papanya. “Kamu bareng Papa aja nak!” pinta Papanya Nadia. “Engga aaahhh Pah, Nadia berangkat sendiri aja, lagian Kantor Papa sama Kampus Nadia kan gak searah.” “Bener, Kamu mau berangkat sendiri?”. “Eemmm iya Pah, Nadia berangkat sekarang aja takut kesiangan lagi.” Nadia kemudian bangkit dan berpamitan pada Mama dan Papanya. “Kamu gak sarapan dulu?” tanya Mamanya dengan wajah sedih melihat Nadia. “Nanti aja di Kampus Mah, Nadia pamit”. Sambil tersenyum Nadia pun berlalu meninggalkan orang tuanya yang masih duduk di ruang makan.
Sampai di depan garasi Nadia terdiam. "Pake mobil atau motor"? Pikir Nadia dengan gayanya yang khas menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya, “Motor” kata Nadia sambil menjentikan jarinya, kalaupun macet bisa selip-selip, Nadia lalu mengikat rambutnya dan mengenakan Helm, motor Ninja 250cc hitam pun keluar dari garasi Rumah kediaman Nadia.
“Jalan macet!!!! ada kecelakaan!!!”, gerutu Nadia pelan sambil mengendarai motornya dengan secepat mungkin saat Dia berhasil keluar dari kemacetan karena kecelakaan yang sempat menghadang perjalanannya menuju Kampus. “Sepertinya Aku memang ditakdirkan untuk selalu terlambat!!!!”. Sambil menghela nafas Nadia melihat jam tangannya se-usai memarkirkan motor, Dia pun bergegas menaiki anak tangga dan menuju kelasnya. Sesampainya didepan pintu kelasnya Nadia menghela nafas panjang kemudian memberanikan diri mengetuk pintu kelasnya. “Permisi Bu,,,” Nadia dengan ragu-ragu masuk ke ruangan kelasnya. “Kali ini apa lagi alasan Anda?”. “ Iiittuu.. tadi ada kecelakaan jadi jalannya Macet”.
“Allaaassaaaannnn Bu,,, Dia emang Mrs Late”. Teriak Rino teman sekelas Nadia yang super duper nyebelin. “Saya minta maaf Bu, tapi Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terlambat”, sanggah Nadia dan mengacuhkan ejekan Rino. “Apapun alasannya Saya rasa Kita harus kembali pada kesepakatan awal yang sudah Kita buat, dan karena Anda terlambat, maka Anda harus menerima konsekuensinya, silahkan keluar dari kelas Saya.” Kata Bu Pur Dosen Mata kuliah Manajemen Publik Nadia.
Berargumen apapun Nadia rasa percuma, Dia membalikkan badannya dan berlalu meninggalkan ruangan kelas, sampai diluar Nadia menyandarkan tubuhnya ke dingding, lagi-lagi menghela nafas panjang, “Gimana nih”, lirih Nadia pelan sambil menutup kedua matanya. Dengan langkah gontai Nadia menuju kantin Kampusnya, setelah memesan kopi instan dan roti keju kesukaannya Dia berjalan menuju tempat favoritnya di bawah pohon di pojok Kampus, setelah menyandarkan badannya lalu Nadia mengambil buku Manajemen Publik dari tasnya, Nadia pun mulai membacanya diselangi memakan roti dan meneguk kopinya.
“Nad... bangun!!!!” Risma sahabat Nadia mengguncang pelan bahu Nadia agar Dia terbangun. Nadia pun membuka matanaya perlahan. “Kamu kenapa sich Nad??? lagian bisa-bisanya Kamu ketiduran disini, gak takut ada ulet atau binatang apa gitu”, mendengarkan ocehan sahabatnya itu Nadia cuman bisa garuk-garuk kepala. “Aku begadang tadi malem saking gak mau bangun kesiangan tapi malah tetep aja harus kesiangan alhasil diusir dari kelas terus kalau gak tidur mau apa lagi coba?” tanya Nadia pada Risma setengah hilang harapan. “Iya bener Nad,, Aku juga heran kenapa Kamu selalu terlambat? padahal Kamu dah berusaha buat dateng lebih awal?” kali ini Risma yang garuk-garuk kepala, Nadia hanya mengangkat kedua bahunya dan mencibirkan bibirnya. “Sekarang ada mata kuliah lagi kita jangan telat ayoooo Nad berdiri!!!!”ajak Risma sambil menarik tangan Nadia, dengan lesu Nadia pun berdiri mengikuti ajakan Risma.
“Kayaknya Aku bukan selalu telat masuk kelas Ris, tuh!!!”. Nadia menunjuk Fadli senior yang Dia taksir dari semester Awal bergandengan dengan Nara teman satu semester Nadia. Risma yang sadar sahabatnya merasa Down menarik Nadia lebih kuat dan mengajaknya untuk segera masuk ruangan kelas. “Gak apa-apa lah telat macarin orang yang kita suka asal jangan telat datang bulan aja!” gerutu Risma bermaksud menghibur sahabatnya. Nadia kemudian menghentikan langkahnya. “Telat datang bulan?” Nadia mengulang kata-kata Risma sambil mengerutkan alisnya. “Aaaaaahhaaaaaaa becanda, asal ngomong doang!” Risma kemudian berbalik dan mendorong Nadia untuk meneruskan langkahnya.
“Nad besok jadwal penelitian Kita ke Sumedang Kamu gak boleh telat!!!!, kata Pak Dito kalau Kamu telat rombongan bakalan pergi duluan dan Kamu nyusul pake Bus gak boleh pake kendaraan pribadi sebagai hukuman”, Jelas Risma saat Mata Kuliah selesai. Nadia cuman mengangguk lesu, melihat temannya sudah kehilangan gairah Risma menyodorkan secarik kertas pada Nadia. “Nih, firasat Aku, Kamu pasti telat jadi Aku catet alamatnya, kalau Kamu nyusul pake Bus kesana Kamu harus hati-hati coz banyak copet di Bus belom lagi ntar Kamu ngelewatin Jalan Cadas Pangeran yang terkenal angker”. Risma berharap sahabatnya punya antusias dengan cerita horor yang bakal Dia ceritakan. Nadia membaca tulisan alamat di secarik kertas itu lalu memasukannya ke saku celana jeansnya kemudian menyembunyikan kepalanya dalam lipatan tangan di meja.
Melihat respon Nadia yang alakadarnya Risma tak kehilangan akal untuk membuat Nadia merasa membaik, “Nad Aku nebeng Kamu dong pulangnya!!!”,rayu Risma. “Aku bawa motor dan gak bawa helm dua kalau ada razia emang Kamu mau Aku kasih ke Polisinya?”. “Yaaaaaa asal Polisinya cakep aja gak masalah kan bisa langsung nikah dah lulus kuliah. “Kebelet nikah banget ni anak”. Nadia kemudian bernjak dan membawa tas gendongnya. Dan berjalan keluar dari ruangan kelasnya. Nadia kemudian berbalik “Katanya mau nebeng???” tanya Nadia ke Risma yang masih duduk di kursinya sambil manyun menatap Nadia. “Helm????”, tanya Risma. “Ada Helm nganggur di ruang Hima”. Risma kemudian berlari mengikuti Nadia.
“Teeeeeeellllllaaaaaattttttt lagi!!!!!!!!” keluh Nadia dalam Bus Trans sambil tak berhenti menatap jam tangannya berkali-kali berharap waktu berhenti berputar untuknya. Setelah turun dari Bus Trans Nadia berlari secepatnya menuju Kampusnya, berharap rombongan penelitiannya belum berangkat bahkan Nadia pun mengabaikan sapaan Mang Ucup petugas Keamanan Kampusnya. “Rombongannya dah berangkat!!!!!” kata Nadia yang tak sanggup menahan lelahnya kemudian berjongkok sambil memegangi kepala dengan kedua tangannya. “Padahal cuman telat 10 menit!!!” keluh Nadia sampai ingin menangis, tiba-tiba Dia teringat kata-kata Risma, lantas mencari alamat yang diberikan Risma, Nadia pun bergegas menuju Terminal. “Neng Nadia!!!!!!” seru Mang Ucup dari Dalam Pos Keamanan yang melihat Nadia bergegas meninggalkan Kampus. “Iya Mang ada apa?” tanya Nadia mengehentikan langkahnya yang terburu-buru.
“Tadi teh Neng dipangil-panggil sama Emang meni gak ngedenger, Pak Dito ngasih ini ke Emang sebelum berangkat sama rombongan yang lain.” Nadia menerima kertas yang diberikan oleh Mang Ucup. Sama seperti yang diberikan Risma hanya saja lebih detail sampai alamat rumah Pak Camat tempat mereka menginap. “Kata Pak Dito kalau sekarang Neng naik Bus yang sejam lagi berangkat kemungkinan masih bisa nyampe ke tempat penelitian bareng sama rombongan,” tambah mang Ucup, seperti mendapat angin segar Nadia bersemangat lagi menuju terminal, “Makasih ya Mang”. Nadia kemudian berlari dan menuju Angkutan kota yang membawanya ke Terminal. Sampai di terminal Nadia segera mencari Bus dengan jurusan yang sesuai dengan petunjuk yang ditulis Pak Dito. “Ketemu!!!!!” kata Nadia dengan girang, tapi Bus itu terlihat sudah sesak dengan penumpang, dari pada terlambat Nadia memutuskan untuk tetap menaiki Bus itu “Paling berdiri sampai 2 jam, sebelom bisa duduk”, pikir Nadia.
Saat kaki Nadia hendak melangkah menaiki tangga Bus tas ranselnya di tarik, saking kuatnya Nadia hampir terjatuh, “Apaaaannnn sich nih???? kenapa narik-narik tas orang!!!!!!”, Amuk Nadia sambil membalikan badannya melihat orang yang hampir membuatnya terjatuh. “Sorry,,,,sorry Kamu gak apa-apa?” tanya seorang laki-laki kira-kira tingginya 180 cm mengenakan topi, jaket hoodie dan celana jeans komplit dengan sepatu vans nya. “Ngapain Kamu narik-narik? kalau mau naik Bus jangan nyerobot dong, Aku lagi buru-buru!!” Nadia mulai tak bisa mengontrol emosinya. “Kamu gak liat Busnya dah penuh banget gak baik kalau Kamu maksa masuk? emang mau duduk dimana?” balas laki-laki itu dengan santai. “Mau duduk di kursi atau di ban apa urusan Kamu!!!” Nadia membalikan badannya dan hendak berjalan memasuki Bus, tiba-tiba tasnya pun ditarik kembali kali ini lebih kuat sehingga Nadia lebih menjauh dari Bus yang akan Dia naiki.
“Nih orang minta dihajar!!!!!” geram Nadia dalam hatinya. “Mau Kamu apa sich????? kurang kerjaan banget ngurusin urusan orang!!!” Nadia menepis tangan lelaki itu dari ranselnya. “Aaaaaagggghhhhhh...” lelaki itu mengerang menahan sakit, “Kamu kuat juga”, katanya setelah mengurut-ngurut tangannya. “Kenapa Kamu gak naik Bus yang dibelakangnya aja? kan lebih nyaman, Kamu juga bisa duduk”, usul lelaki itu. “Aku bisa terlambat, Kamu gak tahu kan apa yang terjadi kalau Aku terlambat?” emosi Nadia meluap hingga matanya pun mulai berkaca-kaca. “Emang Kamu bakal tahu apa yang terjadi kalau Kamu terlambat?” dengan nada santai tapi tatapan tajam laki-laki itu memandang lekat ke mata Nadia.
Sesaat Nadia terdiam menanggapo kata-kata dari lelaki itu, “Bus-nya” kata Nadia yang kemudian tersadar dengan tujuan semulanya, sayang saat Dia berbalik hendak menuju Bus, Bus itu sudah berangkat. “Bus-nya,,,,,,,,,,,!!!!”, Nadia memegangi kepalanya kemudian berjongkok, “Kenapa harus telat lagi!!!!!!” pekik Nadia, kini air mata Nadia tak bisa terbendung lagi, laki-laki itu mulai panik melihat Nadia bertingkah seperti itu bahkan sampai menangis, saat sadar mulai banyak yang memperhatikan mereka, laki-laki itu melepas jaketnya dan mengenakannya pada Nadia membimbing Nadia untuk Berdiri dan menuju Bus yang selanjutnya.
“Ini minum dulu supaya lebih tenang!!", kata lelaki itu sambil menyodorkan sebotol air mineral saat mereka sudah duduk nyaman dalam Bus. Nadia lalu menerima botol air mineral itu, tanpa sepatah kata yang terucap, Dia hanya sesekali meyeka air matanya yang masih meleleh di pipinya, laki-laki itu kemudian mengambil kembali botol air mineral yang Dia berikan pada Nadia lalu membukakan tutupnya, dan menyerahkannya kembali pada Nadia, kali ini Nadia langsung meneguknya perlahan sambil memandang keluar jendela.
“Aku Anton, nama Kamu siapa tanya laki-laki itu pada Nadia. “Nadia”, kata Nadia singkat sambil terus memandang keluar jendela. “Kamu masih marah sama Aku?”. Nadia hanya menghela nafas panjang, Bus pun berangkat karena penumpang sudah penuh. “Aku mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kamu Kuliah atau Kerja?” Anton berusaha mencairkan suasana dengan membuat obrolan ringan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kuliah dan Kampus, Nadia hanya menjawab seperlunya, meliat respon Nadia kurang bersahabat Anton memutuskan untuk membaca buku Current Medical Diagnosis & Treatment yang ia keluarkan dari tasnya.
Karena Anton lama tak bersuara Nadia mulai penasaran dan akhirnya Dia mulai memberanikan diri untuk melihat kearah Anton, tanpa sadar Nadia pun memperhatikan Anton dengan seksama, “Cakep juga nih cowok, tinggi, putih, dan pastinya pinter secara Dia mahasiswa kedokteran di Universitas Negri di Bandung”, pikir Nadia yang tengah asik memperhatikan Anton. “Kenapa?”tanya Anton yang sadar jadi pusat perhatian Nadia, Nadia tergagap dan kembali menatap keluar jendela. “Masih gak percaya Aku mahasiswa kedokteran?” tanya Anton yang tetap mebaca bukunya. “Engga, aneh aja dari gaya bahasa Kamu sepertinya lebih cocok jadi Pengacara ketimbang jadi Dokter”, jawab Nadia dengan asal, alih-alih mengalihkan opini sebenarnya tentang Anton, Nadia melihat kearah Anton dia hanya tersenyum kecil “manis”, pikir Nadia.
Sejam perjalanan Anton tertidur dan tak sadar menyandarkan kepalanya pada bahu Nadia, sedikit risik pikir Nadia, saat Dia hendak membangunkan Anton, Nadia sadar masih mengenakan jaket Anton yang digunakan menutupi badan Nadia, dengan perlahan Nadia melepaskannya dan menyelimbuti Anton dengan Jaketnya, entah kenapa Nadia mengurungkan maksudnya yang hendak membangunkan Anton. Nadia kembali menatap keluar jendela, “Kenapa jalan yang Aku lewati selalu macet”, pikir Nadia yang melihat antrean panjang kendaraan.
“Aya Kecelakaaan” (ada kecelakaan)!!, kata seorang supir Bus yang berpapasan lewat dengan Bus yang Nadia tumpangi, sontak seisi Bus pun menjadi riuh dan mencari tahu kecelakaan seperti apa, awalnya Nadia tidak begitu tertarik, tapi melihat banyaknya mobil ambulans yang lalu lalang, petugas Polisi dan Masyarakat sekitar yang terlihat bergabung mengatasi kemacetan dan mondar-mandir menolong korban, Nadia ikut penasaran. Penumpang di Bagian depan Bus sudah berdiri sejak tadi untuk melihat Kecelakaan yang terjadi, dan banyak yang tak kuasa melihatnya. “Astagfirulloh,,,”. “Gusti karunya teuing” (Gusti kasian sekali)!!, mendengar semua perkataan duka dari penumpang di bagian depan Bus Nadia pun ikut beranjak dari duduknya untuk menyaksikan kecelakaan yang terjadi, sampai lupa bahunya dijadikan sandaran oleh Anton, dan karena terkejut Anton pun terbangun dan mengikuti gerakan Nadia.
Perlahan tampak jelas korban kecelakaan yang selamat di papah, digendong dengan kondisi berlumuran darah, banyak tandu yang membawa korban meninggal, jerit dan tangis para korban, terdengar jelas saat Bus Nadia mendekati lokasi kecelakaan, dan betapa terkejutnya Nadia saat melihat Bus yang awalnya hendak Dia tumpangi berada dibawah jurang dengan kondisi badan Bus setengah terbakar. Mata Nadia membelak tak percaya, bibirnya gemetar, air matanya kembali berderai, tampak sadar Nadia melangkah mundur, Nadia mebentur badan Anton yang sejak tadi berada didekatnya, Anton segera menutup mata Nadia dengan telapak tangangannya dan membalikan badan Nadia, Nadia memeluk erat Anton berusaha mengatasi ketakutannya.
Perlahan Anton membimbing Nadia untuk duduk kembali, “Seandainya Aku memaksa untuk tetap naik Bus itu apa yang terjadi sama Aku”, Nadia bergumam sendiri dalam ketakutan yang yang masih menyelimuti dirinya. “Tenang..., Alhamdulilah Kamu masih diberi kesempatan terhindar dari kecelakaan yang naas itu”, Anton berusaha memahami kondisi Nadia menepuk-nepuk bahu Nadia.
“Makasih ya,,!!!” Nadia menggenggam tangan Anton. “Untuk Apa???” tanya Anton bingung. “Kamu dah nyelamatin Aku”, kata Nadia sambil memandang Anton. “Aku hanya perantara semua ini sudah ada yang atur”, seperti biasa Anton selalu berbicara dengan nada santainya tapi kali ini jauh membuat hati Nadia lebih tenang.
Handphone Nadia terus berdering dari mulai Mama, Papa, Kak Kayla, Risma dan Pak Dito yang memastikan bahwa Nadia dalam keadaan baik-baik saja dan bukan termasuk salah satu korban kecelakaan tragis itu, Nadia pun menjawab dan menjelaskan dengan perlahan apa yang terjadi.
“Kamu turun disini Juga?” tanya Nadia pada Anton. “Iya,” Anton menjawab sambil membetulkan tas ranselnya. “Emang Kamu mau kedaerah mana? Aku orang asli sini, biar Aku anter”, Anton menawarkan bantuannya dan berharap Nadia tidak seketus saat awal bertemu. “Ini!!!”, Nadia menyerahkan secarik kertas yang Dia terima dari Mang Ucup. Anton menerimanya dan membaca tulisan dalam kertas tersebut, lalu Dia tersenyum. “Kenapa?” Tanya Nadia heran, “Tahu alamatnya???”, tambah Nadia. “Iya, Aku tahu, ayo keburu malem”, ajak Anton.
Nadia disambut didepan Rumah Pak Camat, Risma langsung memeluknya, Pak Dito dan rekan-rekan yang lain pun tak ada yang menyalahkannya karena dateng terlambat. Nadia pun menyalami semuan rekan-rekannya, tak lama Pak Camat dan Istrinya keluar dari kediamannya. “Pah, Mah kata Anton yang berada di belakang Nadia, Anton setengah berlari kecil mendekat Pada Pak Camat dan Istrinya lalu menyalami dan merangkul mereka. “Itttuuu,,,,,,”, Nadia yang Bingung menunjuk-nunjuk pada Anton karena pada awalnya Dia yang akan memperkenalkan Anton pada semuanya. “Mereka orang tua Aku” jelas Anton yang tak tahan melihat ekspresi bingung Nadia. “Apaaaaaaaaaa??????”.
Pada akhirnya Nadia sadar tidak selamanya terlambat merupakan hal yang buruk, ketika Kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki kesalahan, maka pada saatnya akan ada campur tangan dari Yang Maha Kuasa agar Kita bisa merasa telah menjadi baik dengan segala usaha Kita.