Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perayaan Patah Hati
MENU
About Us  

“Sudah terlalu lama. Kapan kau akan menyerah?” tanya gadis di hadapanku. Suaranya samar di antara berondongan air di atap kamar. “Kau membuang dua tahun demi menanti sesuatu yang tidak pasti. Kaupikir dia peduli?”

Kubuang napas dari bibir yang belum dipoles lipstik. Sang bayu menyusup lewat celah pintu dan ventilasi, mengantar aroma tanah dan rumput yang tersiram hujan ke dalam sini. Hawa dingin membuatku refleks bergidik pelan, mengelus lengan.

“Satu atau dua, itu hanya angka. Cepat atau lama, itu juga cuma parameter manusia,” kilahku sambil tajam menatapnya.

“Tapi merayakan patah hati ...,” ia tertawa mengejek, “itu terlalu kekanakan.”

Geligiku beradu sebab kata ajaib itu. Ia menghunjam layaknya tikaman pada luka yang belum terobati. Laksana bola bergerigi tajam yang tertelan hingga mencabik jantung dan hati, menyisa anyir napas yang hanya kuhidu sendiri, melanggaskan atma dari raga ini.

Dada bergemuruh, serupa guntur yang kini memekak telinga. Kurapatkan bibir sambil mengepal. Kualihkan pandang ke luar jendela. Titik-titik air yang diterbangkan angin menggurati udara dengan warna putih. Seperti hari itu. Ketika dia membekukan waktu dengan ucap, “Maaf. Bukan aku tidak lagi menyukaimu. Aku hanya tidak tahan dengan sikapmu yang terlalu kekanakan.”

Aku menekuri makna satu kata itu, hingga realita menamparku. Aku melihatnya berjalan beriringan, tersenyum dari pipi ke pipi, mengait jemari dengan perempuan lain. Perempuan yang—di mata lelaki itu—lebih tidak kekanakan. Lebih segala-galanya dariku. 

Aku tertinggal sendiri, terimpit dalam lorong yang nyaris tanpa mentari. Memeluk hati yang terempas bagai sempuras. Mengigil, menggigit bibir hingga berdarah. Tenggelam dalam lautan tanya yang tak berujung pada jawaban.

“Aku kekanakan atau kau sengaja mengada-adakan alasan?”

“Kenapa harus menyandera hati dan melambungkan harap, jika akhirnya hanya menghadiahi perih?”

“Tapi kenapa ... kenapa setelah semua sakit yang berkejaran ini, aku kehilangan daya untuk ... membenci?”

Ya, sebut saja aku bodoh! Aku menikmati lara ini. Menghitung hari, berharap hatinya kembali kumiliki. Hari ini, hitungannya tepat 730 dan kaki masih menjejak di sini.

Aku memejam, menelan ludah. Merasai deru napas yang berangsur teratur di tengah pedih yang menjalari sukma. Kutatap lekat sosok di hadapan, menegaskan, “Aku tidak kekanakan.”

Kurapal berkali-kali, hingga akhirnya ia mengangguk. Hingga ia balas berkata, “Ya, kamu tidak kekanakan. Kita tidak kekanakan.”

Aku tersenyum. Kami tersenyum.

Kupulas bibir dengan warna merah bata. Kutepuk pipi, dagu, dan dahi dengan bedak sewarna kulit. Kusemprotkan parfum jasmine, mencipta aroma yang selaras dengan petrikor.

Aku tersenyum lagi padanya—pantulan diri dalam cermin berbingkai merah jambu.

Hujan tak sederas tadi, meski dingin masih enggan berlari. Perlahan seperti hujan, luka ini pun pasti mereda. Nanti.

Aku akan mendewasa ... nanti.

Kutinggalkan kamar setelah meraih payung di sisi ranjang. Air langit memercik dari tepian atap saat aku berjalan di teras, menuju pintu gerbang indekos ini.

Sayup terdengar lagu mengalun, entah dari kamar yang mana.

“Baby you look happier, you do
My friends told me one day I’ll feel it, too
And until then, I’ll smile to hide the truth ...”

Berpayung di bawah mendung yang menggelayuti langit sore, aku tersenyum.

Hari ini, sekali lagi, aku merayakan patah hati. 

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Patah Seketika
265      216     0     
Short Story
Selalu bersama bukan berarti memiliki rasa yang sama. Hanya saja, mungkin aku cukup pas menjadi pendengar setia, bukan sebagai seseorang yang selalu dia puja.
Burn In Tears
225      202     0     
Short Story
Semua tanda bahwa kita pernah saling tergila-gila nyaris tandas dibakar air mata. Aku, jadi tanda yang paling lama menghadapi mati dan hilang.
Cincin Untuk Tania
404      341     0     
Short Story
Argi yang akan segera ditinggal nikah oleh Tania berjuang keras untuk menjadi lelaki pertama yang memasangkan cincin di jari manis sang pujaan hati
1000 Origami Bangau
409      281     3     
Short Story
Origami bangau melambangkan cinta dan kesetiaan, karna bangau hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Tapi, jika semua itu hanyalah angan-angan belaka, aku harus bagaimana ??
He or Them?
663      397     4     
Short Story
Shouta terlihat pintar, tampan dan baik hati ... tapi, Amane merasa sangat sulit menaklukkannya. Sedangkan pria-pria yang tak diinginkan Amane berjejer di depan kelas membawa spanduk bertuliskan berbagai pernyataan cinta para pria itu untuknya. Mana yang akan dipilih Amane?
Itik Ingin Menjadi Angsa
1028      574     2     
Short Story
Sebuah kisah kanak-kanak yang membuatmu sadar bahwa ada hal yang tidak bisa diubah sekalipun dengan bersusah-payah.
Aku Kamu dan Kenangan
397      281     2     
Short Story
Aku, kamu dan kenangan. Meskipun waktu telah berlalu nyatanya kita tak mampu menghapus kenangan
300 Ribu
525      342     0     
Short Story
Yoga bimbang. Dengan uang 300 ribu dari ibu kosnya, jaminannya ia harus mencoblos pasangan capres nomor 3 itu, maka ia bisa mentraktir kekasihnya. Politikus adalah pembohong. Tetapi, apakah Yoga akan tahan godaan dari uang itu?
No One But You
415      271     5     
Short Story
Sudah seminggu sejak Bram dan Rokku menghubungiku untuk mengajakku kembali tampil bersama mereka. Ya, aku tahu aku keterlaluan dengan secara tiba-tiba menghilang dari Raven Band sejak dua tahun lalu. Tapi itu semua kulakukan bukan tanpa alasan.
Definisi Kebohongan
685      419     4     
Short Story
Apa kalian tau pemicu paling fatal yang mengakibatkan kehancuran terbesar dalam suatu hubungan?