Loading...
Logo TinLit
Read Story - Usai
MENU
About Us  

Sengaja aku tak mengejar Arya. Sempat tanganku tak bisa diajak kompromi. Tiba-tiba saja meraih tangan Arya, menggenggamnya erat. Padahal aku sudah janji pada diriku sendiri untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa merusak rencanaku dan Boni.

“Iya Bon, ada apa? Sudah, Arya baru saja pergi. Tidak, aku tidak menangis. Tenang saja rencana kita berhasil. Dalam sepuluh menit aku siap, kutunggu di rumah ya!” Aku menutup telepon sambil menghela napas. Kulihat semua foto mesraku dengan Arya masih terpajang di atas meja ruang tamu. Aku mengambilnya lalu mengeluarkan lembaran foto itu dari bingkainya. Dalam waktu sepuluh menit semua foto Arya harus disingkirkan sementara menunggu Boni tiba. Aku melangkah ke kamar sambil membawa kardus kosong, untuk mengumpulkan foto berdua kami.

“Hai, Ras! Sedang apa kamu?”

“Boni! Cepat sekali sampai di sini. Naik apa tadi?”

“Biasa, aku naik Kijang tadi. Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Boni seraya menghentikan aktivitasku memasukkan foto ke kardus.

“Tidak perlu, Bon. Aku ahli dalam meringkas barang-barang begini. Apa kamu sudah makan siang? Kalau belum mau kumasakkan apa?” tanyaku padanya. Boni menatapku lalu tersenyum, “Seharusnya kamu tidak perlu bertindak sejauh ini, Ras. Arya pengertian dan ia juga pasti akan menjagamu.”

Air mata yang telah kuseka kering, kini turun lagi, “Sudahlah, Bon. Aku sayang padanya jadi aku melakukan semua ini.”

“Tapi sayangmu buta, Ras. Lihat dirimu sekarang. Orang lain kamu sayang, tapi dirimu sendiri?” ujar Boni melanjutkan omelannya. Boni keterlaluan. Ia tidak tahu apa-apa soal aku dan berkomentar seenaknya, “Kamu tahu apa soal aku, Bon?!” bentakku di depannya. Boni diam. Ia masih menatapku dengan tatapan kasihannya itu. “Jawab Bon, tahu apa kamu tentang aku?!!” tanyaku dengan nada tinggi.

“Semua, Ras. Semua ceritamu soal Arya. Rasa cemburu padanya karena dekat dengan temanmu, rasa bahagiamu saat mendapat kado ulang tahun darinya, rasa kagum padanya karena jago main gitar, dan semua rasa yang pernah kamu ceritakan soal Arya.”

“Itu masa lalu, Bon. Tak usah diungkit lagi,” kataku sambil meletakkan kardus yang sudah penuh dengan foto di lemari bukuku paling atas.

Boni duduk di ranjangku dan menghela napas panjang. Boni yang selama ini kukenal sebagai orang yang kuat, kini berada di kamarku, duduk meringkuk. “Seharusnya dari awal aku tak pernah menyetujui ide gilamu, Ras.”

“Tidak apa, Bon. Aku akan coba membiasakan diri tanpa Arya,” ujarku menenangkannya. Aku menepuk bahunya pelan berharap setelah ini moodnya membaik.

“Dia semangat hidupmu, Ras. Beda denganku yang menjadi alat untuk membuat kalian berpisah.” Aku berlutut di hadapannya dan melihat setetes air mata jatuh dari pipinya. Aku mengusap air matanya lalu berkata, “Sudahlah. Kita harus ke RS sekarang untuk check-up. Jangan menangis lagi, ya,” kataku menenangkannya.

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kata, Kita, Derita
433      298     1     
Short Story
Aku hanyalah sepotong kenangan. Mengiba pada waktu untuk mencipta temu, meski aku tak sanggup memilikimu.
Under The Night Sky
375      260     0     
Short Story
Di bawah langit malam ini kita bertemu namun, di bawah langit malam ini juga kita berpisah.
SIREN [ RE ]
627      348     5     
Short Story
nyanyian nya mampu meluluhkan hati. namanya dan suara merdunya mengingatkanku pada salah satu makhluk mitologi.
Banyu & Binar
461      313     2     
Short Story
Di mana Banyu di antara biru? Di mana Binar di antara sinar?
The Last Ecounter
791      436     13     
Short Story
Mampukah kita menghalangi takdir?
Kesempatan
311      197     0     
Short Story
Pada dasarnya, manusia itu penakut. Seringkali menghindari situasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman. Pada dasarnya, manusia itu selalu menginginkan kebahagiaan atas dirinya sendiri. Dan seringkali melupakan kebahagiaan orang lain.
Menggenggam Harapan
403      272     0     
Short Story
Sampai kapanpun, dua hati yang tak pernah jujur akan perasaannya satu sama lain, berarti pemiliknya hanyalah menggenggam perasaan, menggenggam harapan.
Pilihan
365      242     2     
Short Story
Ketika hati harus menjatuhkan satu pilihan antara 2 cinta yang tak bisa ditinggalkan.
Curhatan Jomblo IT
597      326     2     
Short Story
Jika saja di dunia ini tersedia software hati. Pasti akan aku install ulang hati ini.
NATHANIA (The Name who I want)
408      274     0     
Short Story