Loading...
Logo TinLit
Read Story - BUMI TANPA MENTARI
MENU
About Us  

"Tar, lo udah berjuang sejauh ini, apa nggak sebaiknya lo tunggu―”

“Gue nggak bisa menunggu lebih lama, Wi. Cinta bukan hal yang bisa diperjuangkan satu arah, dan karena itu gue pilih menyerah.”

“Bumi pasti sedih kalau lo pergi tanpa pamit gini.”

“Bumi akan selalu baik-baik aja, tanpa gue."

Cengkeraman tangannya pada kaleng bir menguat. Bodoh! Tahu darimana lo kalau gue bakal baik-baik aja?

Rekaman terhenti bersamaan dengan bunyi kursi yang digeser. Bumi melirik ke sosok di sebelahnya. “Lo ngapain sih ke sini?!” hardik Bumi.

“Gue nggak izinin lo masuk koran karena overdosis bir kalengan.” Matanya menatap dua kaleng kosong di atas meja.

Bumi tersenyum sinis. “Sok peduli lo.”

“Nah, ini nih yang bikin Mentari minggat!”

Mata Bumi menyipit, tak suka dengan ucapan Ghani barusan. “Maksud lo apa?”

“Lo itu…” Ghani menunjuk wajah Bumi yang tengah memelototinya, “nggak pernah menghargai perhatian yang orang kasih buat lo. Lo selalu menganggap mereka pura-pura. Padahal di dalam hati kecil lo, lo tahu kalau gue dan Mentari itu tulus .”

Dia benar! Bumi menandaskan kaleng ketiga birnya malam ini.

Ghani gemas dengan sikap sahabatnya. “Lo tahu kenapa Tiwi kirim rekaman percakapan dia sama Tari dua tahun lalu? Itu karena Tiwi tahu lo cinta sama Mentari!”

Bumi melengos. Dia bangkit dari kursi meja rapat dan berjalan mendekati jendela besar ruang kerjanya. Memandangi pemandangan malam ibukota yang dipenuhi gemerlap cahaya. Tapi bukan sinar itu yang Bumi inginkan. Bukan sejuta lampu yang dia ingin nikmati. Namun senyum itu. Suara itu. Wajah itu.

Bumi rindu mataharinya. Mentari-nya.

“Dua tahun, Mi. Lo nyia-nyiain dia dua tahun.” Ghani kembali bersuara. “Lo tahu Mentari di mana. Dia bukannya menghilang dari bumi.”

Bumi mengacak rambutnya, frustrasi.

“Susul dia, Mi. Jangan biarin dia nunggu lebih dari ini.”

Bumi menatap bayangan dirinya yang terlihat samar. “Mungkin dia udah―”

Did you call her?”

Bumi menggeleng.

“Idiot. Darimana lo tahu dia udah punya pasangan atau belum?”

“Tapi kalau dia kembali…”

Ghani menatap punggung sahabatnya, menunggu kelanjutan ucapan Bumi.

“Gue nggak akan biarin dia berjuang sendirian. Gue akan perjuangkan dia.”

“Kenapa harus tunggu dia balik?” Ghani bersedekap dengan mata melirik ke pintu masuk.

“Supaya gue tahu, perihnya menunggu.” Bumi menatap langit yang tak bertabur bintang. “Gue gelap tanpa dia. Tapi harga diri gue juga menolak untuk susul dia. Jadi, gue akan tunggu dia pulang.”

Ghani menghela napas sebal. “Mi, did you love Tari?”

Bumi terdiam sesaat. “I did. And will always.”

“Terimakasih untuk kejujurannya, Bumi.”

Bumi terperanjat, dia membalikkan tubuh dan mendapati sosok mungil berambut hitam sebahu itu berdiri di depan pintu. Bibir Bumi terkembang sempurna.

“Tapi aku nggak sepandai itu dalam menunggu.”

Senyum Bumi sirna.

“Aku kembali hanya untuk kasih ini.” Mentari berjalan ke arah meja rapat dan meletakkan dua undangan. Dia menatap Bumi datar. “Aku harap, kamu dapat seseorang yang lebih pandai menunggu daripada aku.”

Mentari langsung berbalik dan melangkah pergi.

Damn!” Ghani berdiri panik, “lo nggak susul Tari, Mi?!”

Bumi tersenyum pedih pada Ghani. “Gue memang bodoh, Ghan. Kebodohan terbesar gue adalah membiarkan matahari gue tertutup awan, dan tenggelam diam-diam.”

Tags: ffwc2

How do you feel about this chapter?

0 0 3 0 0 1
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    gemes saya bacanya,
    this was the end ? I need more. So so sad..

Similar Tags
Kesempatan
311      197     0     
Short Story
Pada dasarnya, manusia itu penakut. Seringkali menghindari situasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman. Pada dasarnya, manusia itu selalu menginginkan kebahagiaan atas dirinya sendiri. Dan seringkali melupakan kebahagiaan orang lain.
Under The Night Sky
377      261     0     
Short Story
Di bawah langit malam ini kita bertemu namun, di bawah langit malam ini juga kita berpisah.
Ungkapan
623      413     1     
Short Story
Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku tak ingin menjadi pengamat yang hanya melihatnya dari jauh sambil tersenyum. Aku juga tak ingin menjadi penyimpan rahasia besar dengan diam-diam menyukainya.
365 Hari, Aku Bertanya pada Kalian?
612      386     3     
Short Story
Aku akan menceritakan kisahku pada kalian semua. Tidak, tidak. Aku tidak meminta belas kasihan kalian. Wanita seperti ku tidak perlu dikasihani oleh kalian. Karena setelah mendengar ceritaku ini, mungkin kalian akan memberiku kalimat penyemangat yang terdengar basi dan empat menit kemudian kalian sudah melupakanku. Jadi, aku tidak perlu itu semua. Aku hanya ingin bertanya kepada kalian, Apak...
Throwback Thursday
1188      585     8     
Short Story
Kenangan masa muda adalah sesuatu yang seharusnya menggembirakan, membuat darah menjadi merah karena cinta. Namun, tidak halnya untuk Katarina, seorang gadis yang darahnya menghitam sebelum sempat memerah. Masa lalu yang telah lama dikuburnya bangkit kembali, seakan merobek kain kafan dan menggelar mayatnya diatas tanah. Menghantuinya dan memporakporandakan hidupnya yang telah tertata rapih.
Curhatan Jomblo IT
598      327     2     
Short Story
Jika saja di dunia ini tersedia software hati. Pasti akan aku install ulang hati ini.
Dia
636      398     12     
Short Story
Dialah perasaan itu. Dia,dia,dia aku.
I'm A Sunset
386      277     3     
Short Story
Banyak hal yang tidak bisa dipaksakan. Salah satunya adalah cinta.
Asa dan Ara
440      321     1     
Short Story
Menunggu ataupun meninggalkan itu sama-sama menyakitkan. Tapi, lebih menyakitkan saat tak mampu memilih antara menunggu atau meninggalkan
Search My Couple
555      318     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.