Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kisah Belum Usai
MENU
About Us  

Sekembalinya aku ke Ibukota, tak banyak yang berubah dari kota ini. Setiap sudut kota ini masih mampu membawaku pada sejumlah kenangan yang melekat. Kepergianku dua tahun lalu ketika memutuskan untuk melakukan pengabdian mengajar di luar pulau, bukanlah tanpa alasan yang kuat. Tentu saja aku sangat senang dapat merasakan indahnya dunia mengajar. Semua orang-orang disekelilingku tak percaya, ketika aku si anak manja ini memutuskan untuk mengabdi selama dua tahun di luar pulau. Mereka hanya sekadar tahu bahwa alasanku ingin menjelajah tempat, menjadi sosok yang mandiri dan alasan yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

--

Kini aku sudah berada kembali di kamarku, merebahkan diri sembari menatap berbagai tulisan impian yang tertempel di dinding kamar. Aku tahu setelah selesainya masa pengabdianku, aku harus bersiap atas segala kemungkinan pertemuan yang mungkin dapat terjadi antara aku dengannya.

--

Farez, seperti itu aku memanggilnya. Ia adalah sosok teman yang selalu menemaniku. Aku dan Farez adalah teman satu jurusan, banyak orang yang mengira bahwa aku dan Farez sudah kenal sejak lama. Padahal kami berdua baru akrab setelah dua tahun masa perkuliahan dijalani. Aku masih selalu ingat setiap detail permulaan kami berdua bisa menjadi seorang teman dekat.

Bagiku Farez adalah salah satu sosok terbaik dalam hidupku, ia selalu ada disaat tersulit sekalipun. Aku pernah mendengar bahwa memang tak ada pertemanan yang murni antara pria dan wanita. Ketika itu aku tak setuju dengan pernyataan tersebut, buktinya saja aku dan Farez bisa berteman tanpa ada perasaan saling jatuh cinta di dalamnya.

Namun ternyata waktu sepertinya ingin membuktikan bahwa anggapanku justru salah. Perasaanku berubah padanya, tiba-tiba saja aku merasa canggung berada di dekatnya. Marah bila ia dekat dengan wanita lain. Aku benar-benar merasa khawatir atas segala perasaan ini, merasa tidak siap atas segala kemungkinan patah hati yang akan kuterima.

Aku memang bodoh, perlahan aku mulai menjaga jarak dengan Farez. Aku tak akan mampu untuk menyatakannya pada Farez yang selalu saja tertawa mendengar hal-hal kecil yang kubicarakan padanya. Aku tak akan mampu membayangkan perasaanku tak terbalas. Sungguh, perasaan kalutku kala itu, membuatku memilih untuk menjauh darinya. Tanpa sepatah katapun aku pergi darinya.

--

Beberapa hari setelah kembali ke Jakarta, aku memutuskan untuk bertemu dengan teman-temanku. Berkumpul bersama, berbagi lika-liku kehidupan yang dijalani. Tak ada satupun dari mereka yang membahas mengenai Farez, sepertinya mereka sangat paham bahwa hal apapun yang berkaitan dengannya bisa membuatku bersedih.

Setelah pertemuan tersebut, aku memutuskan untuk pergi ke toko buku. Toko buku tersebut cukup ramai. Aku berkeliling toko buku, membaca beberapa sinopsis novel yang menarik perhatianku. Pikiranku sedang terfokus pada novel yang ada dihadapanku.

‘’Shera...’’ suaranya terdengar tercekat, tapi suara itu sungguh tidak asing bagiku.

Aku terdiam beberapa saat, mematung dan meyakinkan diri sosok yang ada didepanku saat ini.

‘’Farez....’’ aku membalasnya sembari tersenyum lirih.

Ia masih sama seperti terakhir aku bertemu dengannya, wajah teduhnya membuatku ingin mendekapnya, mengatakan maaf atas segala kebodohanku selama ini. Sialnya aku adalah wanita cengeng. Air mata menggenang dipelupuk mataku.

Aku tak tahu, pertemuan ini akan berakhir dengan membahagiakan atau justru membuat hatiku menerima kenyataan untuk terluka.

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Curhatan Jomblo IT
602      330     2     
Short Story
Jika saja di dunia ini tersedia software hati. Pasti akan aku install ulang hati ini.
Kenyataan
411      290     1     
Short Story
Lelaki dan perempuan, sudah dipastikan akan bersama. Bagaikan sebuah takdir yang sudah tertulis dan tidak akan bisa terpisahkan. Namun hidup tetaplah hidup. Juga tidak akan lepas dari sebuah kenyataan, baik kenyataan pahit maupun manis. Alice, si gadis yang menerima suatu kenyataan pahit tentang sosok yang membuat hidupnya teralihkan. Kisahnya dimulai!
Burn In Tears
210      187     0     
Short Story
Semua tanda bahwa kita pernah saling tergila-gila nyaris tandas dibakar air mata. Aku, jadi tanda yang paling lama menghadapi mati dan hilang.
Mungkin
610      351     5     
Romance
Mungkin dia datang.. Atau mungkin dia hanya menghampiri, Hampir datang. -Karena terkadang kenyataan tak seindah mimpi-
Secret Love Song
377      268     1     
Short Story
Cinta tidak untuk dijalani dengan cara saling menyakiti. Tetapi yang lazim terjadi, ia tumbuh melalui sesuatu yang terkadang sulit dipahami oleh hati. Seperti yang kami alami.
Angan di Atas Awan
1002      481     6     
Short Story
Mimpi adalah angan, manakala takdir tak merestui. Vanya hanya bisa mendekap sendu, di antara kegembiraan dua insan yang bersatu. Dan ikhlas, semudah itukah kata terucap?
Tidak Ada Senja Untuk Hari Ini
242      203     1     
Short Story
Senja memberi nyawa dan imajinasi bagi Ferdian. Tidak ada hari yang terlewati tanpa menatap senja. Dan, Jika aku punya pacar, dia juga harus suka dengan senja, katanya. Apakah cita-citanya akan tercapai?
P O T E K
450      293     1     
Short Story
Aku memang menyukainya, tapi bukan berarti aku rela menyakiti hatiku sendiri.
Aku Kamu dan Kenangan
381      267     2     
Short Story
Aku, kamu dan kenangan. Meskipun waktu telah berlalu nyatanya kita tak mampu menghapus kenangan
Sebuah Jawaban
408      296     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.