Loading...
Logo TinLit
Read Story - Usai
MENU
About Us  

"Pergi ke mana kamu kemarin sore?" tanyaku pada Raras sambil mengepalkan tanganku di atas meja makan. Kopi buatan Raras terasa sangat pahit, seolah tak cukup rasa pahit yang kudapat kemarin sore. Tiba-tiba saja, aku ingin menampar Raras. Gadis mungil dengan rambut hitam sebahu ini, membuat tidurku tidak nyenyak semalaman. Pikiranku melayang akan kejadian kemarin sore. Mengapa, bagaimana, dan apa, tiga tanya itu kutujukan pada diriku sendiri. Bukan main lelahnya ragaku memikirkan segala jawaban. Mataku masih terasa berat, rasanya sangat ingin tidur sekarang. Tetapi, aku tak bisa tidur. Raras menata piring di rak dekat meja makan, "Aku pergi bersama Tasya, ia baru saja pindah rumah. Aku memasak dengannya untuk syukuran rumah barunya. Kamu sudah makan? Aku masak nasi goreng ya untukmu?"

Aku tak menggubris tanyanya, "Dari jam berapa kamu di rumah Tasya?" tanyaku membandingkan dengan yang kulihat kemarin.

"Sebentar saja, hanya 2 jam. Dari jam 5 hingga jam 7 malam. Kenapa kamu menanyakan hal itu?

Aku meremas koran yang berada di dekat secangkur kopiku. Raras menyadarinya lalu ia mendekati dan merengkuh wajahku, sangat dekat hingga aku hampir tersihir pekatnya bola mata hitamnya dan lentik bulu matanya, "Ceritalah padaku Arya. Aku akan mendengarkan," ujarnya tenang.

Aku menepis tangannya lalu berdiri dari kursi kayu jati miliknya. Dengan napas yang berat aku berujar, "Kita sudahi saja, Ras."

"Menyudahi apa? Maksudmu apa, Ar?" tanya Raras.

"Sudahi saja hubungan ini. Aku pamit pulang, Ras. Semoga bahagia dengan pria kemarin soremu itu," ujarku padanya. Raras menangis. Ia meraih tanganku, "Kamu salah paham, Ar. Aku tidak memiliki hubungan spesial dengan Boni."

"Oh, jadi nama pria hidung belang itu Boni! Bagus, selamat berbahagia dengan Boni!" ucapku dengan nada tinggi. Raras masih menggenggam tanganku ketika aku mulai melepaskannya. "Arya, dengarkan aku dulu!"

"APA YANG HARUS KUDENGAR, RAS?!! Ras, ini bukan kali pertama aku memergokimu dengan Boni. Apa jawabmu saat kutanya tentang Boni? Kamu ingat tidak?"

Raras menangis . Isakannya semakin keras, agaknya ia kesulitan memberi jawaban untuk tanyaku. "Tidak ingat? Ya, memang semua yang berkaitan denganku tidak pernah kamu ingat. Aku pulang, Ras, " ujarku terakhir kali padanya. Satu tahun bersamanya, tak pernah kubuat dia menangis begini. Aku bergegas keluar dari rumahnya sebelum tangisannya mengubah niatku untuk putus dengannya. Tapi kurasa keputusanku tepat, ia tak mengejarku.

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Terserah
398      284     1     
Short Story
Don't Leave Me
438      296     0     
Short Story
Dia selalu bersamaku, selalu menemani hari-hariku. Tapi, maaf, aku harus pergi dengan yang lain. -Clara-
Search My Couple
588      341     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Ruang Nostalgia
394      292     1     
Short Story
Jika kita tidak ditakdirkan bersama. Jangan sesali apa pun. Jika tiba-tiba aku menghilang. Jangan bersedih, jangan tangisi aku. Aku tidak pantas kamu tangisi. Tapi satu yang harus kamu tau. Kamu akan selalu di hatiku, menempati ruang khusus di dalam hati. Dan jika rindu itu datang. Temui aku di ruang nostalgia. -Ruang Nostalgia-
Far Different
824      500     28     
Short Story
Sebagai seorang gadis biasa yang lahir di Guang'An, Guo Yun merasa bahwa mendapat kesempatan untuk bekerja di perusahaan Microsoft Guangzhou merupakan keberuntungan besar.
Secret story : ketika akhir cerita tak sesuai keinginan kita.
1639      979     19     
Short Story
Baca ceritanya dan temukan kejutannya. Enjoyyyyyyyyyy.
Angan di Atas Awan
1057      519     6     
Short Story
Mimpi adalah angan, manakala takdir tak merestui. Vanya hanya bisa mendekap sendu, di antara kegembiraan dua insan yang bersatu. Dan ikhlas, semudah itukah kata terucap?
Asa Menggenggam Kata
640      364     2     
Short Story
Kalbuku tersayat, mengenang kesalahan yang tak dapat kuperbaiki. Hatiku bimbang, kemana kaki harus melangkah?
Hujan Terakhir Bersamamu
351      266     1     
Short Story
"Kamu tak punya alasan untuk tidak menyukai hujan," katamu waktu itu. Namun sekarang aku punya banyak alasan untuk membencinya.
TEMAN tapi NAKSIR
486      325     3     
Short Story
Josh, seorang kapten basket yang digandrungi gadis-gadis, baru bergabung dengan genk Katarina terdiri dari 5 orang–Katarina, Hadi, Cyanne, Hendra dan Sylvia–anak-anak pintar dan tidak populer. Bukan tanpa maksud, Josh bergabung dengan mereka. Hatinya terpikat pada Katarina sejak SMA 1. Akankah cintanya bertepuk sebelah tangan?