Bel berbunyi tiga kali..
Sudah waktunya semua murid meninggalkan sekolah. Darya berlari ke belakang sekolah. Di sana ada jalan pintas untuk pulang ke rumah.
Darya melihat ke kanan dan ke kiri. Ia sesekali memutar bahunya, mencari seseorang dengan resah.
Begitu ia menemukan orang yang ia cari, Darya langsung berlari sambil melambaikan tangannya. Seorang lelaki di hadapannya memberi kode. "Ayo pulang!" ajaknya.
Mereka berjalan hanya berdua. Melewati jembatan di sungai yang besar. Langit dan awan mulai berganti warna menjadi jingga.
"Kau menghalangi jalanku, Darya!"
Darya tidak menjawab, ia tetap berjalan di depan lelaki itu dengan jarak yang sangat dekat.
"Menyingkirlah!"
Darya tetap berjalan dengan kesal. "Tolong diam, Tuan! Saya tidak akan membiarkan Anda dihukum satpam lagi!"
Damian menaikkan alisnya dan memiringkan kepala. "Ah, sudah biasa. Kau tahu sendiri, aku hanya anak adopsi."
"Walaupun begitu, keluarga Anda adalah bangsawan!" Darya langsung berbalik dan meremas seragam tuannya.
Damian memasang raut wajah tanpa ekspresi. Nada bicaranya yang datar keluar lagi. "Aku tahu kau sangat kesal, tapi jangan mengambil kesempatan dengan meremas dadaku," keluhnya.
"Aku selalu babak belur setelah berbuat onar. Bukankah itu wajar?" Sang tuan memijat dahi, lelah dengan sikap pelayannya.
Menyerah, Darya cemberut. Namun ia tetap saja berjalan di depan Damian.
Walaupun Damian telah diadopsi dan tinggal di rumah baru, Darya selalu mengikutinya. Tiada hari tanpa melayani tuannya. Namun, Darya merasa sedih saat Damian menjadi sedikit nakal setelah ibunya meninggal. Seperti kejadian hari ini, Damian meruntuhkan barisan motor di tempat parkir.
Pernah suatu ketika, sang tuan bertunangan secara paksa. Darya tidak bisa melakukan apapun selain mengurung diri di gudang yang penuh debu. Hatinya terluka..
***
Sore hari telah tiba. Bel sekolah
berbunyi tiga kali. Semua murid sedang dalam perjalanan pulang.
"Hentikan, Darya! Membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke rumah kalau posisi kita seperti ini."
Darya berjalan mundur sambil menempelkan bahunya pada bahu tuannya. "Jika satpam mengejar dan menyerang kita, maka saya yang akan terluka terlebih dahulu. Dan saat itu tiba, pergilah! Lari, Tuan! Saya akan melindungi Anda."
Tiba-tiba datang seorang wanita dengan mobil mewah. "Apa yang kalian lakukan? Bodoh," cibirnya.
"Huh?" Damian memasukkan tangan ke saku celana.
"Nona Mila..?" Darya gemetar.
"Naiklah! Dengan mobilku, kau bisa sampai ke rumah dalam 1 detik."
Damian menaikkan bahu. "Aku menolak," ia membuang muka.
"Damian, ayah akan marah kalau kau pulang terlambat."
"Huh? Ayah? Bahkan kita belum menikah, tapi kau sudah berani memanggil ayahku dengan sebutan ayah."
Saat ingin bicara, supir Mila mengetuk kaca mobil. "Nona, orang rumah mengirim pesan. Mereka menunggu Anda."
Mila menarik lengan Damian. "Kau dengar itu, Damian? Ayo pulang!"
Terpaksa. Damian menunjukkan ekspresi menyesal karena tidak bisa membawa Darya pulang bersamanya.
***
Langit menjadi gelap. Bahkan bulan tenggelam di dalam awan. Hanya ada satu bintang di sana, seperti dia yang sedang sendiri.
Darya mengambil sebuah kotak kecil di dalam tasnya. "Mungkin sampai kapanpun saya tidak akan bisa memberikan hadiah ini pada Tuan.."
Jadi, Darya sengaja berjalan mundur untuk menyembunyikan hadiah valentine?
Wanita manis itu duduk di bebatuan sambil menatap awan yang menenggelamkan bulan.
Membekas di dadanya, sang tuan tidak bisa ia miliki..