Sesuatu yang berharga untuk kita, tidak selamanya menjadi milik kita “diamond aren’t forever”. Seandainya aku adalah Orpheus pria yang diberikan kesempatan untuk menghidupkan kembali wanita yang dikasihinya, meskipun harus sirna pada akhirnya.
Rindu tak terbendung membuatmu menoleh kebelakang mengingkari persyaratan yang diberikan oleh Hades.
“Aku tau bagaimana perasaan mu itu Orpheus putra Apollo.”
Aku sama sepertimu, aku juga mempunyai wanita yang kusayangi seperti halnya Eurydice bagimu. Kami selalu menghabiskan waktu bersama dari saling ejek, berbalas senyum dan tawa, bernyanyi lagu bahagia yang diiringi suara gitar yang kumainkan, serta berbincang dari hal sepele hingga tingkatan serius yaitu pernikahan.
“Kamu cantik, itu alasanku suka padamu.”
“Kalau hanya cantik banyak yang lebih dariku, kenapa memilihku ?” kesal dan wajah cemberut yang dia tunjukan karena mendengar ucapanku.
“Kamu berbeda, cantikmu tidak cuma disini (wajah), tapi juga disini.”
“Di dada ?”
“Di hati, maksudnya” kataku sambil tersenyum
“Gombal ! Aku juga suka kamu?”
“Kenapa ?”
“Soalnya kamu selalu bikin aku tersenyum sendiri.” melempar senyum manis nya dan berusaha membalas ucapanku sebelumnya.
“Kezia, mau menikah denganku ?” ucapku ditengah percakapan,
Dia sepertinya tak mengira aku akan melamarnya malam itu.
“Serius kamu ?”
“Iya, aku serius, bahkan sejak awal aku kenal kamu, aku memutuskan memberikan separuh hatiku untukmu”
“Iya, aku mau” wajahnya memerah.
“Apa? Suaramu terlalu kecil!” kataku mengolok- oloknya
“Iyaaaaa! Aku mauuu!” dengan suara yang lantang hingga membuat orang disekitar melihat kearah kami.
Percakapan saat aku melamarnya malam itu. Aku penasaran dengan apa yang diucapkan Orpheus saat melamar Eurydice. “Mungkinkah dengan suara alunan musik yang indah, yang mampu membuat hewan buas menjadi jinak ?“.
****
“Dewa, besok kan hari pernikahan kita, aku takut terjadi apa- apa deh” kata Kezia cemas.
“Sudah, kita berdoa saja agar tak terjadi apa- apa nantinya.”
“Yasudah, mending kamu makan lalu istirahat, jangan memikirkan hal yang lain.”
“Oke, aku pamit mau keluar mau membeli makan. ”
“Mau aku yang beliin ?”
“Gausah, gapapa. Udah dulu ya, daah”
“Yasudah, kamu hati- hati ya.”
Kezia menelponku sehari sebelum hari pernikahan. Dia cemas kalau nantinya terjadi sesuatu. Dan benar apa yang dicemaskanya, pamitnya beli makan marupakan pamit terakhirnya kepadaku. Malam itu saat dia pergi untuk membeli makan, dia di ikuti oleh orang jahat yang berusaha merampas dompetnya. Karena berteriak dan meminta bantuan akhirnya orang tersebut panik dan menikam Kezia dengan pisau. Orang tersebut berhasil diamankan tapi tidak dengan nyawa Kezia.
Pernikahan gagal, tuhan memilih akhir cerita yang berbeda untuk kami. Aku menyesal, seharusnya malam itu aku langsung kerumahnya saat aku tau dia ingin membeli makan, bukan menanyakanya terlebih dahulu. Aku berharap kesempatan kedua yang pernah dimiliki Orpheus diberikan padaku.
"Kalau saja aku bisa membujuk tuhan dan malaikat maut dengan permainan musiku, sama seperti Orpheus yang membujuk hades, Akan kulakukan hingga kulit jariku mengeras! Untuk mengabulkan permintaanku agar Kezia bisa dihidupkan kembali.”
Sayangnya kesempatan itu tak akan pernah datang, hanya memori yang tersisa. Saat dia bernyanyi, tersenyum, dan tertawa bersamaku. Sekarang aku sendiri ditemani nada minor gitar yang kupetik. Tak ada lagi suaramu, senyummu, tawamu, dan tak ada lagi kamu disisiku.
keren ceritanya .... sukak