Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sepi Tak Ingin Pergi
MENU
About Us  

Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.

Ada suatu keadaan dimana aku merasakan sakit. Tentu saja, karena manusia memiliki hati. Namun apa jadinya jika disakiti berulang-ulang? Sakit itu tentu saja akan tetap terasa. Manusia tidak pernah puas, mereka selalu ingin terlihat sempurna. Begitu juga dengan aku. Aku ingin terlihat sempurna, tak bercela dihadapan orang lain. Untuk itu, aku membuat lubang yang sangat besar dihatiku, agar sebanyak apapun kesakitan yang orang berikan untukku, tak akan aku masukan kedalam hati. Toh, hatiku sudah berlubang bukan?

Namun, apa yang terjadi jika hati itu terlalu sering dibiarkan berlubang? Andaikan saja hati itu sebagai terowongan jalan. Apa yang terjadi dengan terowongan tersebut? Meskipun mobil sering berlalu-lalang di dalamnya, ia tetap gelap setelahnya, yang terpenting, sepi. Demikian juga aku, terlalu sering melubangi hatiku membuat aku merasa sepi, tak peduli sebanyak apapun orang-orang yang berdiri disekelilingku. Dan satu-satunya hal yang menyebabkan semua ini adalah sahabatku sendiri.

Tepatnya, bermula saat Sekolah Menengah Atas. Aku dan sahabat wanitaku –Rere namanya, telah berteman baik semenjak SMP. Saat SMA, kami berbeda sekolah, namun kami masih menyempatkan waktu untuk jalan-jalan sore disekitaran komplek rumah kami yang kebetulan berdekatan. Bagiku, sore adalah saat terbaik untuk bercerita. Bukankah hari yang melelahkan lebih baik ditutup dengan sebuah cerita? Itulah kegiatan yang rutin aku lakukan dengan Rere. Menurutku, senja membuat segalanya menjadi intim, sepi, cahaya jingga, angin bertiup, dan suara kami yang saling merespon.

Saat itu, aku ceritakan kepadanya, ada lelaki yang sedang aku sukai. Handi namanya. Hampir semua tentang Handi, aku ceritakan pada Rere. Sampai saat tak sengaja aku bertemu dengan Handi di sebuah alun-alun, Rere cepat mengenalinya. Handi membagikan makanan pada anak-anak jalanan bersama komunitasnya, dan entah mengapa, Rere tertarik untuk bergabung dalam komunitas itu. Rere mengajaku untuk ikut bergabung juga, namun karena kesibukanku, aku menolak tawarannya.

Handi menjadi dekat denganku semenjak kejadian alun-alun. Kami sering bertukar pesan, bahkan berujung pergi mencari angin. Teman-temanku berpikir aku akan berakhir menjadi wanita-nya Handi. Aku pun berpikir demikian hingga pada suatu senja, Rere memberi kabar bahwa ia adalah wanita-nya Handi. Mulai dari saat itu, senja membuat lubang dihatiku semakin besar. Sejak saat itu, keberadaan mereka meniupkan sepi kedalam tubuhku.

Aku menjatuhkan bokongku disalah satu bangku kantin yang lumayan ramai. Waktu menunjukan pukul 6. Seharusnya aku kembali ke rumah yang kusewa bersama temanku yang lain, namun disinilah aku berada, dengan kepala yang kuletakan diatas meja kantin. Mengingat kejadian itu membuat aku semakin sepi dan kosong, untuk itu aku mencari keramaian. Kurasakan seseorang menyentuh kepalaku. Kudongakan kepalaku, dan kutatap lurus-lurus pelaku tersebut. Handi.

“Temenin gue balapan yuk?” Aku masih terus menatapnya tepat pada bola matanya. Lantas mengangguk meng-iyakan. Aku masih tidak bisa menolak apapun ajakannya, karena pada dasarnya, rasa itu tetap sama.

“Kos-an gue dulu ya? Ganti baju sama nyimpen buku.” Handi tak menjawab, tetapi langsung menyambar telapak tanganku untuk digandengnya.

                                                                                                                                        

“Kemana cewek lo?” Kataku dengan berteriak. Handi menatapku sekilas namun tajam, lalu kembali memfokuskan pandangannya kedepan dan segera menginjak pedal gas sekencang mungkin untuk menuntaskan balapan hari ini. Aku mengerti dengan jelas arti tatapannya, Rere adalah sahabatku, dan baru saja aku menyebutnya seakan asing dengan keberadaannya.

“Nggak berani naik mobil secepet ini.” Aku mengerti, ia kesepian. Tak enak menjalani semuanya sendiri, apalagi dia harus bertaruh nyawa, tanpa seseorang disisinya. Aku tahu pasti rasanya seperti apa.

“Lo nggak ada niatan buat balik ke rumah lo aja apa? Buat apa sih pake nge-kos segala. Kan ada gue bisa anter jemput lo ke kampus.” Biar saja, Handi tak mengerti apa yang aku rasakan. Memangnya, aku sekuat apa hingga bisa melihat Rere mengunjungi rumah Handi –yang tepat disebelah rumahku, hampir setiap hari? Apalagi dengan notabene Rere yang merupakan sahabatku, membuat aku tak mau harus terus terjebak diantara mereka berdua. Dan mereka seakan tutup mata dengan kesakitanku.

“Lo tau adek lo sakit?” Sial! Hal ini kukira cukup mengusikku dan membuat aku merutuki diriku sendiri dalam hati. Bagaimana bisa aku tidak tahu? Bagaimana bisa ibu tidak memberi kabar? Dan benar, sepertinya aku harus pulang hari ini.

“Iya gue pulang.” Tangan Handi bergerak mengusap lembut suraiku. Sesekali menyingkirkan rambut yang menutupi wajahku akibat terpaan angin.

“Lo ngejauh, dari gue, dari Rere.” Aku membeku, tak mengerti harus menjawab apa. Hatiku bergemuruh, memenuhi seluruh rongga dadaku. Apa jika aku ungkapkan, sepi ini akan pergi? Apakah lubang dihatiku akan tertutupi?

“Gue punya hati Han.” Aku tatap matanya lurus-lurus, agar ia tahu aku mengatakannya dengan jujur, terlebih agar ia tahu kesakitan dan kesepian yang aku rasakan.

“Lo datang ke gue, deketin gue, baperin gue, tapi jadian sama sahabat gue sendiri. Lo punya hati? Gue pikir seenggaknya otak lo jalan, nyatanya nggak.” Tatapanku belum lepas, biar saja ia melihat semuanya, biar ia lihat seberapa ‘baik-baik saja’ aku. Matanya memerah, aku bisa lihat dia merasa bersalah, iba, dan sakit disaat bersamaan.

“Nggak pa-pa, seenggaknya gue masih punya otak buat nggak ngerusak hubungan lo.” Aku mengalihkan pandanganku saat kulihat matanya mulai berair. Aku tak tega melihatnya seperti itu, yang ada, aku membuat diriku tenggelam dalam tangis.

“Gue sayang lo, gue sayang Rere.” Aku menghela nafas sejenak. “Gue nggak mau nyakitin kalian berdua, karena itu gue jaga jarak. Sekarang lo ngerti kan?”

“Kenapa, lo nggak bilang? Kenapa harus lo yang berkorban disaat lo sendiri adalah korban?”

Aku tersenyum, sambil menatapnya sekilas. “Udah gue bilang bukan? Gue sayang sama lo, takutnya gue malah rebut lo dari Rere.”

Aku turun dari atas kap mobil dan berjalan kesamping pintu mobil. Tanganku bergerak membuka pintu, namun masih terkunci. “Bukain dong Han, ayo kita balik. Anterin gue ke-“ “HANDI!”

Rere tersenyum lebar, berlari menghampiri Handi yang sudah berdiri dan memeluknya erat. Aku memalingkan pandanganku, rasanya hatiku pedih melihat mereka seperti itu. “Hai Re.”

“Yaampunnn, lo kemana aja sih? Kangen tau! Diajakin nggak pernah bisa, sok sibuk lo!”

“Gue sibuk beneran kali.”

Setelahnya, aku tak tau mereka membicarakan apa, yang pasti, aku masih tetap di posisiku yang hendak membuka pintu. “Lo ditinggal disini gapapa? Gue sama Rere ada urusan.”

 Aku tersenyum kecut, lantas mengangguk. Di jalanan yang gelap ini, dengan beberapa lampu jalanan yang remang-remang, aku menemukan diriku dalam keadaan paling kosong. Sampai mobil meninggalkanku, aku tahu rasa sepi itu tak pernah pergi. Aku pikir semua sudah tuntas saat aku mengungkapkannya. Namun, kurasa tidak. Sepi yang sebelumnya pulang dan pergi, entah mengapa kini sepi itu tak ingin beranjak pergi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    Nyesek nggak sih? Need more. It seems that Handi juga PHP in si 'aku'. Tp saya lebih gemes sama Rere, ya kita g bisa maksain cinta sih. But so sad i think. Mampir tempatku kalau luang. . 😄

Similar Tags
The Flower And The Bees
3738      1600     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...
Communicare
12334      1746     6     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...
Lazy Boy
6926      1644     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...
Solita Residen
1459      808     11     
Mystery
Kalau kamu bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa... bukan berarti kau harus menunjukkannya pada semua orang. Dunia ini belum tentu siap untuk itu. Rembulan tidak memilih untuk menjadi berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat yang tak kasatmata, mendengar yang tak bersuara, dan memahami sunyi lebih dari siapa pun. Dunia menolaknya, menertawakannya, menyebutnya aneh. Tapi semua berubah seja...
Love Invitation
572      403     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?
Danau Toba and My English Man
671      420     0     
Romance
Tentang Nara dan masa lalunya. Tentang Nara dan pria di masa depan.
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
1210      805     2     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina
DanuSA
31725      4842     13     
Romance
Sabina, tidak ingin jatuh cinta. Apa itu cinta? Baginya cinta itu hanya omong kosong belaka. Emang sih awalnya manis, tapi ujung-ujungnya nyakitin. Cowok? Mahkluk yang paling dia benci tentu saja. Mereka akar dari semua masalah. Masalalu kelam yang ditinggalkan sang papa kepada mama dan dirinya membuat Sabina enggan membuka diri. Dia memilih menjadi dingin dan tidak pernah bicara. Semua orang ...
Accidentally in Love!
442      292     1     
Romance
Lelaki itu benar-benar gila! Bagaimana dia bisa mengumumkan pernikahan kami? Berpacaran dengannya pun aku tak pernah. Terkutuklah kau Andreas! - Christina Adriani Gadis bodoh! Berpura-pura tegar menyaksikan pertunangan mantan kekasihmu yang berselingkuh, lalu menangis di belakangnya? Kenapa semua wanita tak pernah mengandalkan akal sehatnya? Akan kutunjukkan pada gadis ini bagaimana cara...
Senja (Ceritamu, Milikmu)
6625      1648     1     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...