“Zig, ayo ke sini! kenapa kau malah ke sana?
“Niel!? Tunggu aku!” Teriaknya
Shuuuuut BOOOMM….
Tidak kukira akan berhadapan dengan monster api. Pengacau lebih mudah diantisipasi daripada manusia dengan badan seperti magma. Wajahnya yang seperti batuan merah padam dipenuhi dengan lelehan lahar panas dari sela-sela retakan di wajahnya. Terbakar terus menerus seluruh permukaan kulit badannya. Dan ini dia yang paling berbahaya segera datang.
Shuuuuut BOOOMM….
“Tidak bisa kah kita menyuruhnya berhenti melemparkan bola api?” kata Ziggy.
“Lebih baik kita lari dulu dari sini. Lagipula dia bukan pendengar yang baik.”
“Darimana kau tahu? Biasanya kita melakukan prosedur berbicara dengan teroris kan? Sambil dirinya berlari.
“Tidak untuk area ini. Lebih parah lagi kalau kita memberi dia saran.”
“Seberapa parah? Tanya nya polos.
“Terkahir ku memberi saran saat latihan praktek di sini berujung lebih banyak kekacauan.” Jawabku sambil terus melewati lorong.
Satu – satunya jalan untuk mengatasi masalah ini adalah berlari melewati pintu belakang dan mencari perlindungan di tempat lain. Tapi di mana jalan yang bisa kulewati, akupun tidak ada ide sama sekali. Lebih baik menyusun taktik. Atau lebih baik mencari senjata dulu. Aku sudah tidak bisa berpikir lagi.
“Niel, bagaimana kita kabur dari sini?” teriak Ziggy.
“Aku tidak tahu. Kalau kita punya senjata akan lebih mudah. Tapi di mana?”
“Baik aku tahu jalannya.” Segera dia berbelok ke lorong yang terbakar.
“Tunggu Ziggy, kau mau ke mana?”
“Senjata terbaik ada di ruang Venus. Kau pilih saja sesukamu.” Sambil dia tiba-tiba melihat sekitar.
“Kau punya Id Card untuk pintunya?”
“Nah, sedang kucari. Aha, ada yang pingsan di sana.” Tunjuknya sambil segera berlari.
Segera dia mengambil Id Card penjaga yang pingsan. Bisa kulihat sebagian bajunya dan badannya yang terbakar. Kupikir ada baiknya kubawa untuk segera kutolong di tempat berlindung. Tapi tidak kukira nyawanya sudah tiada. Dan tiba-tiba aku tersadar bahwa tidak mungkin penjaga ini terbakar. Padahal Fornax ada di seberang lorong di area pintu masuk. Benar sekali, tepat di lorong jauh ada hewan penyembur api. Lobster sebesar manusia dengan penuh api di badannya. Menyembur dari tangannya api ke segala arah.
“Niel, ada apa menarikku?”
“Ssshh… diam. Lihat lobster penyembur di depan. Di mana ruangnya?”
“Tepat di lorong setelah mereka lewat.”
“Baik, kalau begitu kita berlari dan segera masuk. Satu, dua…”
“Hey, kau tidak bilang tiga!” teriak Ziggy terseret oleh tanganku.
“Cepat Ziggy!”
Segera sesaat kuberlari ternyata lobster itu mengejar. Lobster ini agresif sekali. Segera Ziggy mengambil Id card dan membuka pintu ruang Venus. Tidak kukira ruangan nya begitu besar. Dengan ini akan aman sementara waktu dari semua bahaya. Untuk sementara aku dan Ziggy bisa beristirahat. Semoga banyak barang yang bisa kugunakan dari ruangan ini.
Imajinasi si penulis ini sungguh tak terbatas. Banyak sekali istilah2 teknologi dan nama2 monster yg disebutkan. Herannya mengapa si penulis bisa bgt memplot2kan banyak nama jalan, serta kondisi dari setiap pemain di cerita ini pun juga dijelaskan dengan detail perannya sebagai apa. Recomended sih ini buat dibaca, bagi pecinta cerita aksi dan fantasi. Good Luck ya untuk Autor. Ditunggu chapter berikutnya
Comment on chapter Dark Portal : The Pathfinder