5. Empat Hal Penting
Claire menatap matanya lamat-lamat. Setelah satu menit berlalu, dia melihat perubahan warna pada matanya. Semula berwarna hitam pekat, menjadi ungu. Claire menghela napas. "Dulu aku pikir hal ini biasa saja. Aku pikir papa dan mama serta Genta Kenta mengalami hal yang sama."
Hal ini pertama kali dialami Claire yang berusia 10 tahun. Dia sedang berlatih untuk pementasan drama keesokan harinya. "Hai, putri salju yang cantik jelita, bolehkah saya minta segelas air? Saya sangat haus." Claire berperan sebagai ratu pemilik cermin ajaib yang sedang menyamar.
Dia menggaruk tengkuknya sambil tetap menatap dirinya di cermin. "Sepertinya aku kurang menjiwai peranku ini."
Deg
Kaki Claire terkulai lemas. Tubuhnya limbung jatuh ke lantai. "Apa itu?" Claire kembali menatap cermin itu lama. Perubahan warna itu terjadi dalam waktu sedetik. Claire pucat pasi. Hal ini sangat mengejutkan bagi seorang gadis 10 tahun.
Claire mengusir memori kecilnya. Tangannya meraih surat yang ditulis oleh ibu kandungnya. "Apakah dia masih hidup? Apakah aku bisa bertemu dengannya lagi? Banyak sekali pertanyaan yang ingin kuajukan padanya."
Surat itu ditulis dalam bahasa yang tak dapat dikenali Claire. Dirinya mencoba menafsirkannya lewat aplikasi penerjemah namun hasilnya nihil. "Dalam bahasa apa surat ini dituliskan? Mengapa sepertinya dunia ini tidak memiliki bahasa itu?"
Claire menghela napas dan menghembuskannya pelan. Tak lama, tulisan itu berubah bentuk. Namun hal itu hanya terjadi beberapa detik. Claire kembali memutar otaknya. "Tulisan itu berubah saat aku menghembuskan napas di atasnya. Jika aku meniupnya, apakah tulisan ini akan bertahan lebih lama?"
Claire meniup kertas itu kencang. Benar seperti yang dipikirkannya, tulisan itu berganti total dan bertahan lebih lama dari sebelumnya. "Ayo, kita tafsirkan."
Tangannya sudah meraih ponselnya saat dia secara otomatis dapat membaca tulisan itu. "Sepertinya aku pernah tahu bahasa ini. Dari mana? Aku tidak pernah mempelajari bahasa asing selain bahasa inggris, mandarin, dan perancis."
Untuk Claire L. Cassiopeia
Hai, Claire. Selamat berulang tahun yang ke-16. Ibu sangat senang melihatmu lahir. Tak disangka sudah 16 tahun berlalu sejak kamu keluar dari kandunganku. Apa kabarmu? Baik-baik saja, bukan? Jika benar begitu, berarti ibu menitipkanmu ke orang yang benar.
Mungkin kamu bertanya-tanya. Ke mana aku pergi? Mengapa aku tidak membesarkanmu dan malah menitipkanmu pada orang lain? Pasti banyak pertanyaan dalam pikiranmu, kan?
Di surat ini, ibu hanya bisa mengatakan kalau ibu sedang dalam bahaya. Mungkin kamu belum mengerti hal ini. Tapi ibu pastikan, setelah waktu berputar lebih cepat, kamu memahaminya. Ingat, saat waktu berputar lebih cepat.
Bersamaan dengan surat ini, ibu menitipkan sebuah prangko dengan lambang L. Jangan pernah gunakan itu hingga kamu bertemu denganku. Terus simpan itu dan jangan biarkan orang lain tahu. Simpanlah di dalam tas yang berlambang timbangan. Jangan pernah tinggalkan tas itu sendirian. Tetaplah bersamanya.
Jangan percaya pada siapapun. Manusia bukan makhluk yang bisa dipercaya. Tapi selalu ingat hal ini, percayalah pada Viole dan anggota keluarga Aries yang tinggal di bumi. Mereka bisa dipercaya.
Ingatlah terus kata-kataku, nak. Sekali kamu lupakan, akan ada hal buruk menimpamu. Tentu saja, walau jauh darimu, aku selalu menyiapkan orang-orang yang akan mengingatkanmu.
Tertanda,
Ibumu (L)
Claire menemukan sebuah prangko di dalamnya. Aneh, mengapa ada sebuah huruf L di dalamnya? Biasanya, kan, wajah tokoh terkenal dan tempat-tempat populer. Apakah sudah berubah?
"Apaan itu, Claire?" tanya mama yang duduk di kursi kamarku.
"Prangko. Mama tahu arti huruf L? Setahuku, di namaku juga ada huruf L yang sampai sekarang belum kuketahui maknanya." Claire menatap mamanya yang terlihat lelah.
Mama menggeleng. "Mama tidak tahu, nak. Nama itu sudah dititipkan pada kami tanpa tahu maknanya. Mungkin kamu harus mencari mamamu dan bertanya padanya."
"Tapi mama kandungku ke mana? Apa mama tahu?" Claire membolak-balikkan amplop itu, mencari petunjuk lain. Mamanya menggeleng. Hembusan napas sedih terdengar dari mulut Claire.
"Ibu kandungmu itu cukup misterius, Claire. Mungkin saja dia akan menemuimu dengan cara yang tak biasa. Bahkan surat yang diberikannya padamu hanyalah lembaran kosong," senyum mama.
"Ini ada isinya, kok." Claire menunjukkan isi kertas itu yang belum pudar seperti sebelumnya.
"Tidak ada tulisan sama sekali, nak."
Claire termenung. Berarti surat ini hanyalah untuknya. Bahkan orang lain tidak bisa membacanya. "Coba, mama tiup kertas ini dengan kencang."
Mama melakukan permintaanku. Namun kertas itu bergeming. Tak ada tulisan yang terlihat dari mata mamanya. Claire memutar otak. "Memang kertas ini hanya terbaca olehku."
Mama mengacak rambut Claire dan keluar dari kamar. Claire merebahkan diri di atas kasur. Banyak yang terjadi hari ini. Selain itu, ada empat hal penting yang diberitahu ibu kandungnya.
"Satu, aku akan mengerti keadaan ibu saat waktu berputar lebih cepat. Dua, ada prangko yang harus kusimpan dan merahasiakannya dari orang-orang. Ketiga, menyimpan segala barang yang penting di tas dengan lambang timbangan. Setahuku aku tidak punya tas itu," gumamku, "yang terakhir, aku tidak boleh percaya siapapun kecuali Viole dan seorang anggota keluarga Aries yang tinggal di bumi."
Claire menggaruk kepalanya. Siapa itu Viole? Apa itu Aries? Setahunya, Aries adalah salah satu rasi bintang. Apa ada hubungannya dengan surat yang diberikan ibu kandungnya? Claire menutup matanya dan menghela napas. "Mungkin ada saatnya aku memahami semua ini."
πππ