24 Februari 2019
Seoul, South Korea 11.45 pm
"Ell, selamat ulang tahun ya!!"
Ell, gadis berumur 21 tahun ini sebentar lagi akan menjadi 22 tahun tepat pukul 12 malam hari. Dia merayakannya di atap gedung apartemen tempat tinggalnya bersama beberapa orang temannya. Dia sudah menyiapkan barbeque untuk di santap bersama. Sementara itu teman-temannya sudah menyiapkan berbagai kado yang telah di bungkus rapih.
"Terimakasih. Aku tidak menyangkan kalian akan mengatakannya sebelum jam 12 nanti. Maksud ku aku sangat bersyukur bahwa aku masih bisa hidup sampai umur setua ini." Kata Ell, gadis dengan rambut cokelat pirang yang berkilau dan manik mata emerald yang sangat unik.
"Tua? kamu bercanda ya? Kamu itu masih muda." Sahut teman Ell, Ye Chan, "kamu rendah hati sekali."
Ell hanya menundukkan wajahnya yang malu-malu itu. Ya, sebenarnya dia ingin dipuji karena rendah hati. Dan pujian Ye Chan cukup membuat dirinya puas. Ell melirik arlojinya. Dia berharap jam segera menunjukkan pukul 12 malam. Tapi rasanya sangat lama sekali saat menunggu. Beberapa temannya sudah ada yang mabuk karena menghabiskan 2 botol soju. Ell hanya diam dan terus memanggang dengan santai. Lagi-lagi dia menatap arlojinya, tapi jam masih menunjukkan pukul 11.45.
Astaga.., lama sekali, pikir Ell yang sudah tidak sabar menyantap barbeque dan meminum soju yang pahit itu.
"Hueek..!"
"ARgh!!"
Beberapa teman Ell tiba-tiba berteriak histeris melihat Jung We muntah karena mabuk. Semua menjadi geger dan amburadul tidak karuan. Bahkan pesta ulang tahun belum dimulai tapi sudah ada yang menghancurkannya. Ini sangat menjengkelkan.
"Argh.., dasar Jung We. Bagaimana ini, Ell?" Tanya Ye Chan yang terkena muntahan Jung We.
Ell menghembuskan nafas panjang dan menatap Jung We kesal.
"A..~! Ka..u.. Ell!!" Jung We yang mabuk tiba-tiba merangkul Ell yang tidak jauh dari hadapannya. Ell menatap jijik.
"Jung, sadarlah. Kamu mabuk. Sebaiknya telpon pacarmu untuk menjemputmu. Kamu harus pulang." Tegur Ell mebcoba melepaskan rangkulan Jung We. Tapi sangat sulit.
"Ell!! Selamat ulang tahun~~ Aku... memberikan mu..,.. kadoo...."
Bocah ini!, gerutu Ell dalam hati.
"Aku akan mengantarnya ke unit ku. Ye Chan-a, ayo ikut dengan ku. Kamu harus mengganti baju mu."
"Baiklah."
Ell dan Ye Chan bersama-sama menuruni atap bangunan ini melalui elevator untuk menuju unit Ell yang berada di lantai 6.
"Maafkan aku Ell. Karena JUng We kamu harus mengurusi kami." Kata Ye Chan menyesal.
"Kamu tidak perlu meminta maaf atas nama Jung We. Nanti dia akan kumintai kata maaf setelah dia sadar." Kata Ell berusaha menghentikan Ye Chan yang menyesal.
"ah, sifat mu tidak pernah berubah." Gumam Ye Chan.
"Apa?"
"Tidak."
Suasana sedikit menjadi canggung. Hanya dengkuran Jung We yang memenuhi ruangan.
aku tidak tahu jika dia mendengkur sekeras ini, pikir Ell menatap Jung We yang dia rangkul.
Dung!
Elevator tiba-tiba berhenti sendiri. Ell menatap angka yang ada di atas pintu namun masih menunjukkan lantai 8. Tidak seharusnya elevator ini berhenti sendiri apa lagi tidak terbuka.
"Apa ini? Kenapa berhenti?" Tanya Ye Chan yang mulai gusar.
"Tidak perlu panik. Coba pencet tobol bel." Kata Ell mencoba menenangkan Ye Chan.
Ye Chan memencet berkali-kali, namun tidak ada yang terjadi. Ye Chan melepas sepatu hells nya dan menggerdor-gedor pintu elevator yang tertutup rapat. Berharap seseorang akan mendengar suara yang ia buat.
"Kurasa kita harus menunggu." Kata Ell tenang dan Ye Chan mengangguk setuju.
Dung!
Elevator tiba-tiba bergerak namun hanya sebentar saja kemudian langsung berhenti lagi. Lampunya berkedip-kedip dan menjadi mencekam.
"A-ada apa?" Tanya Ye Chan takut dan panik.
"Entahlah."
Ell memencet tombol bel berkali-kali saking paniknya. Apa lagi ada orang tidak sadarkan diri membuatnya bingung. Terpaksa Ell harus mendudukkan dulu Jung We agar dirinya mudah bergerak. Ketika dia hendak memencet tombol bel lagi tiba-tiba tangan Jung We memegang pergelangan tangan nya. Jung We membuka matanya lebar-lebar.
"Selamat ulang tahun, Ell." Kata Jung We. Suaranya sangat jelas seperti orang yang tidak mabuk.
"Kamu tidak mabuk. Kenapa berakting segala?" Tanya Ell kesal.
"hihi." Jung We tiba-tiba tertawa dingin. Itu membuat Ell merinding.
"Hei, berhenti tertawa! Apa kamu senang mengerjai ku? Baiklah, sesuka hati mu. Tapi kita sedang terjebak dalam elevator! Setidaknya bantu aku dan Ye Chan mencari jalan kelu---"
"Ell!!" Pekik Ye Chan dan mengejutkan Ell.
Lampu elevator masih berkedip, dan pengelihatan Ell harus ditajamkanh dulu untuk melihat Ye Chan.
"Apaan sih kamu! Mengejutkan."
"Kamu itu sedang bicara sama siapa sih?!" Pekik Ye Chan.
Apa? Dia tidak tahu aku sedang bicara sama Jung?
"Jung We! Kamu tidak lihat?" Tanya Ell menunjukkan tempat dimana dia mendudukkan Jung We.
Ye Chan menatap Ell. Ell tidak bisa mengartikannya dan hanya diam.
"Ell, apa kamu mabuk? Tidak ada Jung We disini!" Kata Ye Chan histeris dan membuat Ell merinding.
"Apaan sih? Tadi kita bersama Jung---," Mata Ell melebar saat tidak menemukan Jung we di tempat dia mendudukkan tadi. Padahal tepat di samping kirinya, "dimana dia?"
Ye Chan menghela nafas berat,"Kamu lupa ya? Tadi aku ketumpahan sebotol soju saat merayakan ulang tahun mu. Kamu mengajakku berganti baju dan tiba-tiba kita terjebak disini selama 10 menit yang lalu."
Ell memiringkan kepalanya berpiki. Bukan seperti itu kejadiannya. Ell melihat arlojinya, dan sekali lagi matanya terbuka lebar.
"Dua belas lebih tiga puluh malam?! Bukannya tadi masih jam sebelas kurang lima belas menit?" Tanya Ell menatap Ye Chan, yang sama-sama tidak mengerti.
Ya, itulah yang sebenarnya Ell rasakan. Dimana Jung We? Kenapa pemikiran Ell dan Ye Chan bertabrakan sekali? Tiba-tiba elevator meluncul sangat cepat. Ye Chan dan Ell berteriak histeris. Itu karena sangat menakutkan.
Dung!
Goncangan keras terjadi. Pintu elevator terbuka perlahan dan ternyata berada di lantai satu, tempat lobi apartemen ini. Sepi dan gelap sekali. Seharusnya tidak seperti ini. Meski tengah malam pasti ada penjaganya.
"Ye Chan, tampaknya kita harus menaiki tangg---," Ell tiba-tiba tidak menemukan sosok Ye Chan yang ada di sampingnya, "Dimana dia?" Gumam Ell.
Di depan sana.
Ya, sejauhmata memandang, Ell melihat sosok hitam yang berdiri tegak. Entah itu manusia, atau bukan dia tidak tahu. Dengan langkah yang berhati-hati Ell melangkah keluar dari elevator yang mengerikan itu. Matanya masih menatap bayangan hitam itu. Ell meneguk ludahnya dan menahan napas. Ini membuat bulu kuduknya berdiri. Ell melihat arlojinya, yang ternyata berhenti berdetak. Kenapa bisa?
Sebenarnya apa yang terjadi?
*****
hola hola... terimakasih karena telah mendukung Black Box 'Prolog'.. tunggu kelanjutannya ya..
Mantap. Ditunggu kelanjutannya.
Comment on chapter Prolog