“Ini baik-baik saja.” Ucapku.
Aku melihatnya kembali. Tidak ada kerusakan yang terjadi pada jam dinding tersebut. aku segera mengembalikan jam dinding itu pada tempat semula. Menggantungnya tepat disamping pedang peninggalan zaman Belanda tersebut. Aku masih berdiri diatas kursi kecil berwarna coklat dan bergegas untuk turun. Namun, ada sesuatu yang menghentikanku. Ya, jam itu berbunyi lagi. Entah ini pukul berapa yang kurasa suara alarm itu semakin keras tepat ditelingaku. Ada apa ini? Bukankah jam itu baik-baik saja? Pikirku. Aku menoleh kebelakang tepat dimana jam dinding itu masih tergantung. Namun, suara tersebut ternyata bukan dari jam dinding. Aku tak mendengar apapun dari jam dinding itu tapi suara alarm itu seperti berada di dekatku.
“Bukan dari jam dinding ini?” Ucapku yang masih berada diatas kursi kecil berwarna coklat.
Aku melihat sekeliling ruangan itu. Aku merasa bunyi itu semakin terdengar. Semakin terasa begitu nyaring. Sampai akhirnya aku dapat menemukan dari mana asal suara tersebut. Kini aku tahu asalnya. Pedang. Ya, suara alarm itu berasal dari pedang. Pedang peninggalan zaman Belanda tahun 1939. Ada apa ini? Mengapa pedang itu bisa berbunyi? Aku hendak bergegas turun dari kursi kecil tersebut. Namun, cahaya yang begitu menyilaukan tiba-tiba terpancar begitu saja dari pedang itu dan membuatku tak dapat merasakan apapun. Aku hanya mampu memejamkan mata dan merasa tubuhku akan terjatuh.
“Bruuukkk!!”
Perlahan, suara itu semakin terdengar.
***
Terimakasih telah membaca.
Jika berkenan tunggu kelanjutannya ya dan beri saran agar penulis lebih baik lagi kedepannya.