Prolog
Langit mendung.
Semendung hatinya saat ini. Dingin yang tiba-tiba menyerang serasa tak berarti lagi. Ia merasa hilang dari pijakannya. Hiruk pikuk kota seakan tak terdengar lagi olehnya. Sendiri, hanya itulah yang ia rasakan saat ini. Tak ada hal apapun yang ia rasakan kecuali rasa sakit yang teramat dalam dihatinya.
Ia terus berjalan menatap kosong ke depan. Fikirannya tengah berkecamuk. Hatinya tengah menangis meskipun air mata itu tak terlihat. Luka yang ia rasakan karena hal yang tak pernah ia ketahui sebelumnya, telah membuat hidupnya runtuh seketika. Kesalahan masa lalu yang tak pernah ia tahu akan akibatnya, telah menjungkir balikkan perasaannya.
Sebesar apapun cintanya, sebanyak apapun pengorbanannya. Tak akan pernah bisa menebus kesalahan yang telah ia perbuat. Rasa sedih yang tengah ia rasakan saat ini pun tak akan mampu menandingi rasa sakit hati orang yang ia cintai. Inilah sebabnya dia melakukan semua itu. Melakukan hal yang bisa menorehkan luka di hati nya.
Ia tak membutuhkan apapun.
Ia tak menginginkan apapun.
Yang ia inginkan hanyalah… tetap bersamanya.
Selamanya.
BAB 1
KESENDIRIAN
Aku bertanya pada malam
Malam sunyi yang tak berbintang
Apakah ini hukum alam?
Sang tua menyalahkan sang muda
Dan sang muda menyalahkan sang tua
Mereka tak pernah salah
Selalu membenarkan diri tepatnya
Tak pernah berfikir bahwa waktu
yang membuat mereka bangga
Muda akan menjadi tua
Dan tua dulunya pun muda
Akhirnya kumenemukan titik kebenaran
Di tengah kejenuhan yang melanda
Manusia memang selalu kurang
Selalu merasa dirinya benar
Walaupun dia berkata
“Bukannnya aku membenarkan diriku sendiri”
Omong kosong....
Viela mengakhiri tulisannya, menutup kembali buku hariannya lalu diam menatap kosong kamar tidurnya. Entah kapan terakhir kali ia merasa nyaman berada di tempat itu, di kamar yang dulunya penuh dengan pernak-pernik dan boneka berwarna pink yang sangat ia sukai.Kini hanya tinggal sepasang bantal guling dan selimut di atas pembaringannya, tak ada boneka Winnie The Pooh dan semua boneka yang dulu ia miliki di sana.
Semuanya telah berubah semenjak Puteri adik semata wayangnya meninggal satu tahun yang lalu tepat saat umur Viela 16 tahun akibat jatuh dari tangga saat berebut boneka berwarna pink dengan Viela.Setelah kejadian itu Viela tak pernah merasakan kasih sayang Ibunya lagi. Ibunya selalu menyalahkan Viela atas kematian Puteri, bahkan semua barang-barang Viela yang berwarna pink termasuk pernak-pernik dan boneka yang ia miliki telah habis di bakar dan di buang ibunya sendiri.
Di luar masih terdengar suara pecahan piring dan suara nyaring Ayah dan Ibunya yang beradu mulut.Selalu seperti itu, hampir setiap hari orang tua Viela bertengkar. Ayahnya lah yang selalu melindungi Viela dari kemarahan Ibunya.
“Itu sudah satu tahun yang lalu Maya, Viela tidak tahu apa-apa jangan salahkan dia!” terdengar suara ayah Viela yang membelanya
“Terus saja kamu membela anak sialan itu Rustam.Jelas Viela yang salah, kalau saja Viela tidak egois waktu itu pasti Puteri masih ada bersama kita saat ini,” Ibu Viela lagi-lagi menyalahkannya.
“Ya Tuhan Maya sadarlah! Semua ini sudah takdir dari Tuhan, kamu harus bisa menerima semua ini.”
Buliran air mata Viela membasahi pipinya.Entah sudah berapa banyak air mata yang telah ia keluarkan, tak pernah ada senyum darinya lagi. Viela jadi sangat pendiam dan tertutup kepada semua orang termasuk ayah yang selama ini selalu membelanya. Seperti hari ini di sekolah,lagi-lagi Viela duduk sendiri di pojok kantin sambil mencoba menikmati nasi goreng yang ia pesan.Perutnya sangat lapar sejak kemaren malam.Tadi pagi saat Viela keluar dari kamarnya rumah sudah kosong, ayahnya pergi lebih awal ke kantor sedangkan ibunya entah kemana perginya. Tak ada makanan di meja makan, hanya sepotong roti yang ia makan untuk mengganjal perutnya.
Viela sangat lahap menyantap nasi goreng itu sampai-sampai ia tak sadar sedang berada di kantin sekolah dan di lihat semua orang di sana.Mereka yang melihatnya heran melihat cara makan Viela.Mereka semua tahu bahwa Viela bukanlah anak orang yang tidak berada.Ayahnya menjabat sebagai direktur di salah satu perusahaan ternama di kotanya,sangat tidak mungkin kalau Viela kelaparan.
“Gila tuh Viela makannya kayak orang baru makan nasi goreng aja,”kata Bella salah satu teman Viela yang saat itu juga berada di kantin bersama Reza dan Yoga
“Dia kenapa sih?” Tanya Yoga
“Kenapa apanya Ga?”
“Akhir-akhir ini aku perhatiin dia jadi pendiam banget, padahal kan dulu dia terkenal cerewet banget.”
“Iya. Kalau yang aku dengar dari anak-anak sih dia lagi ada masalah sama orang tuanya semenjak adiknya meninggal” Bella mencoba memberi tahu Yoga gosip tentang Viela.
Reza, cowok keren yang terkenal play boy ini hanya diam mendengarkan kedua temannya yang tengah bergosip tentang Viela. Sesekali Reza mengalihkan pandangannya ke Viela. Tidak bisa di pungkiri kalau Reza kakak kelas Viela juga ikut bertanya-tanya tentang sikap Viela yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat itu. Reza masih ingat bagaimana ceria dan cerewetnya Viela satu tahun yang lalu.
Viela sudah menghabiskan nasi goreng pesanannya yang kedua saat sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian danpembicaraan semua orang di sana. Dengan tergesa-gesa Viela keluar dari kantin itu setelah membayar semua makanan yang ia pesan. Reza yang melihat kepergian Viela pun juga ikut keluar tanpa menghiraukan pertanyaan Bella.
“Viela.” Reza memanggil Viela sambil berlari menghampirinya.
“Cepet banget sih jalannya?” Sambung Reza yang sedikit kualahan mengejar langkah Viela, dan yang ditanya hanya diam mematung menatap Reza.
“Eh Vie biasa aja dong ngeliatin aku nya.Udah tau kok kalau aku tuh cakep hehehe” Reza mencoba bergurau tapi Viela tetap diam. Reza benar-benar mati kutu di depan Viela, dia tidak tahu harus bicara apa lagi melihat Viela yang sama sekali tidak meresponnya.
“Vie besok ada acara nggak?”
“Kenapa?”
“Kalau aku ngajak kamu jalan mau nggak?”
“Nggak” Hanya itu jawaban Viela sebelum ia pergi meninggalkan Reza yang gantian diam mematung di sana mendengar jawaban singkat Viela.
“Gila tuh cewek, seumur-umur aku nggak pernah di cuekin sama cewek manapun. Sial,” gumam Reza yang geram dengan sikap Viela.
“Apanya yang sial Za?” Tanya Bella yang tiba-tiba nongol dari belakang Reza bersama Yoga. Kedua sahabat Reza itu pun ikut melihat ke arah pandangan mata Reza yang masih melihat Viela berjalan tak jauh darinya.
“Viela? Kamu tadi ngejar dia Za?” Tanya Yoga dengan tampang herannya.
“Iya.”
“Ngapain?”
“Ngajak dia jalan.”
“Terus?” Kali ini Bella yang bertanya
“Dia nolak mentah-mentah.”
“hahaha.” Bella dan Yoga tertawa bersamaan mendengar jawaban Reza
“Kenapa kalian tertawa,ada yang lucu?”
“Iya lah lucu.Baru kali ini aku dengar kalau ajakan kamu di tolak sama cewek, apalagi ceweknya cuma Viela. Teman sekelas aku dan adik kelas kamu sendiri. katanya cowok keren.”
“Hahaha bener banget Bel.”
“Ah udah deh. Aku yakin dia cuma sok jual mahal aja ke aku.”
“Oya?” Ledek Bella dan Yoga bersamaan.
“Kalian liat aja. Nggak lama dari sekarang pasti aku bisa jadian sama dia, dan aku bakalan ngewujudin yang kamu impikan Bel”
Senyuman licik pun menghiasi wajah mereka bertiga. Bella tahu betul apa yang Reza maksud dengan mewujudkan impiannya. Sudah lama Bella menantikan kesempatan ini, dan tanpa disuruh pun ternyata salah satu sahabatnya, Reza. Memilih untuk mengambil posisi ini, dan menjadikan Viela miliknya untuk menjalankan rencana mereka.
“Kita lihat aja nanti, ya nggak Bel?”
“Ok.”
Reza merasa sangat rendah di mata kedua sahabatnya. Bagaimanapun caranya dia harus bisa mendapatkan Viela dan membuktikan kepada kedua sahabatnya, kalau memang dia cowok keren yang bisa mendapatkan semua cewek yang ia suka. Untuk kali ini Reza akan pastikan bahwa rencananya akan berjalan dengan lancar.
***
Berada di tempat ini
Hanya rasa hampa yang kurasa
Diam....menangis...tertawa sumbang
Hanya itu yang bisa kulakukan
Entah sampai kapan belenggu ini akan terlepas
Setiap detik....menit dan jam
Selalu ku hitung
Setiap hari...bulan dan tahun
Selalu ku nanti
Saat malam datang menyelimuti
Aku selalu berdo`a
Agar sang surya segera tiba
Agar sunyi segera berganti keramaian
Agar aku bisa mengembalikan senyumku lagi
Senyum bahagia Viela di istana kecilku
Viela mengakhiri tulisannya. Sepulang sekolah Viela hanya mengurung diri di dalam kamarnya, seperti hari-hari biasanya. Dia mengeluarkan buku hariannya dan mulai menulis. Menulis tentang apa saja yang ingin dia curahkan. Rasanya hanya di buku hariannya saja Viela bisa leluasa mencurahkan segala isi hatinya.
Usai menulis Viela membuka halaman pertama di buku hariannya. Memandang sebuah foto yang sengaja ia tempel di sana yang dia ambil satu tahun yang lalu. Dia sangat suka memandang foto itu, bahkan tanpa ia sadari terkadang ia juga ikut tersenyum melihat senyum seseorang di foto itu. Terkadang Viela sangat merindukan masa-masa itu, masa di mana Viela bisa tertawa lepas dan disayang kedua orang tuanya.
Suara derungan mobil membuyarkan lamunan Viela tentang masa lalunya. Tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Viela, dengan cepat ia membukakan pintu kamarnya. Seorang lelaki paruh baya bertubuh tinggi besar yang tak lain ayah Viela itu masuk ke dalam kamarnya.
“Ayah pulang lebih awal hari ini?” Tanya Viela mengawali pembicaraan mereka.
“Iya sayang.”
“Ada apa?”
“Ayah mau ngajak kamu jalan-jalan. Kita habiskan malam minggu kita berdua.”
“Viela sibuk Yah mau ngerjain tugas, kayaknya nggak bisa.”
“Besok hari minggu kan? Waktunya kamu istirahat dari rutinitas sekolah. Udah lama kamu nggak keluar rumah.”
Viela hanya diam membisu. Ayahnya memang benar, sudah lama sekali Viela tidak pergi keluar rumah hanya sekedar untuk jalan-jalan. Ingin rasanya Viela pergi jalan-jalan dan membeli boneka warna pink lagi seperti dulu, tapi sepertinya itu tidak mungkin lagi. Bagaimana mungkin Viela membawa pulang boneka berwarna pink yang sangat dibenci ibunya?
“Ayah tunggu sepuluh menit lagi kamu harus sudah siap ok!”
“Tapi Yah…”
“Ayah tunggu di bawah.”
Viela sudah tidak bisa menolak lagi. Seperti itulah ayahnya yang sangat bijaksana. Viela bergegas mengganti bajunya dan menyusul ayahnya di bawah. Ibunya sepertinya tidak ada di rumah, entah kemana perginya Ibu Viela sejak tadi pagi itu.
Tempat yang pertama di kunjungi Viela dan ayahnya adalah makam Puteri. Di sana Viela berusaha untuk tidak meneteskan air matanya, ia tak mau ayahnya khawatir. Selang beberapa waktu kemudian Viela dan ayahnya sudah berada di suatu pusat pembelanjaan yang dulu sering ia kunjungi bersama Puteri dan Ibunya. Di lantai dua ada tempat khusus boneka yang juga biasa mereka kunjungi setiap kali pergi ke pusat pembelanjaan itu.
“Kamu mau beli itu Vie?” Ayahnya menunjuk sebuah boneka dengan warna Putih dan Pink kepada Viela.
“Nggak Yah.”
“Jangan berbohong pada Ayah, Viela mau boneka itu kan? Ayo kita beli!”
“Nggak usah Yah, Viela nggak suka boneka.”
“Viela dengarkan Ayah! Kita harus bisa melupakan masa itu. Semua itu musibah sayang. Semua omongan ibu jangan di masukkan ke dalam hati”
“Viela tahu itu Yah.”
“Anak pintar. Sekarang Ayah cuma mau Viela kembali lagi seperti dulu. Ayah maunya Viela narik-narik tangan Ayah dan minta beliin boneka warna pink yang Viela mau.”
“Apa Ayah merindukan masa itu?” Viela mulai berkaca-kaca
“Tentu sayang.”
Viela mulai menggandeng tangan ayahnya dan menariknya ke toko boneka yang ayahnya tunjuk tadi sambil menahan tangis yang sudah ingin pecah saat itu.“Ayo Yah belikan Viela banyak boneka hari ini.” Tangis Viela pecah tapi dengan cepat tangan Viela mengusap air matanya sambil memilih boneka yang ingin ia beli. Ayah Viela sudah menangis sedari tadi tapi ia tetap berusaha tersenyum.
“Ayah , Viela mau beli yang ini boleh?”
“Boleh sayang. Viela boleh beli semua yang Viela suka, pilih sesuka hati Viela.”
Tangan Viela bergetar saat menyentuh bulu-bulu boneka yang sangat lembut itu.Sudah lama sekali Viela tidak menyentuh bulu-bulu itu. Viela sungguh sangat merindukan semua ini, ia ingin kamarnya penuh dengan boneka lagi seperti dulu. Viela memang sangat menyukai boneka berwarna pink. Selain bulunya yang lembut, warna pink juga sangat identik dengan warna kesukaan kaum hawa. Dulu Viela gila mengumpulkan berbagai macam boneka di kamarnya, bahkan ia memiliki cita-cita ingin mempunyai toko boneka terbesar di kotanya.Tapi cita-citanya kandas begitu saja setelah kematian Puteri.
Viela dan Puteri sama-sama menyukai boneka berwarna pink.Saat itu ayah mereka baru datang dari luar kota dan membawa oleh-oleh dua buah boneka dolpin berwarna pink. Boneka Puteri terkena tumpahan eskrim yang ia makan.Saat itu juga Puteri langsung menangis dan merebut boneka Viela. Puteri membawa lari boneka milik Viela ke kamarnya.
“Puteri kembalikan boneka kakak!” Pinta Viela saat itu sambil berlari mengejar Puteri yang mulai menaiki anak tangga di rumahnya.
“Boneka ini milikku kak, aku tidak mau memberikannya.”
Viela berhasil menangkap Puteri dan merekapun saling berebut boneka itu.Saat itulah Puteri terpeleset dan jatuh dari tangga hingga menyebabkan ia meninggal. Ibunya selalu menuduh Viela yang mendorong Puteri tapi kenyataannya Puteri lah yang mendorong Viela sampai jatuh laluPuteri terpeleset dengan sendirinya. Bahkan bekas jahitan di kepala Viela pun masih berbekas saat ia jatuh membentur lantai setelah Puteri mendorongnya.
Lamunan Viela buyar tatkala ayahnya mengajaknya makan di suatu tempat makan yang ayahnya pilih. Hari sudah semakin malam.Setelah selesai menonton film bersama ayahnya, Viela memutuskan untuk pulang. Semua lampu di rumahnya sudah padam. Viela mengira Ibunya belum pulang tapi dugaannya salah.Ketika Viela dan ayahnya membuka pintu, semua lampu tiba-tiba menyala dan terlihat wajah Ibunya yang merah padam karena marah.
“Dari mana saja kalian?”
“Aku yang seharusnya bertanya sama kamu Maya, dari mana saja kamu?”
Kedua orang tua Viela mulai beradu mulut lagi. Viela memilih diam sambil memeluk erat dua boneka yang baru ia beli bersama ayahnya tadi. Mata Ibunya bertambah merah tatkala melihat boneka itu.Saat itu juga ia langsung merampas boneka itu dari tangan Viela dan membuangnya.
“Jangan Bu, jangan!” Viela mencoba memohon kepada ibunya agar tidak membuang boneka-bonekanya lagi.
“Maya, berikan boneka itu pada Viela!” Ayahnya tambah geram melihat perlakuan ibu Viela.
“Tidak akan pernah Rustam. Aku tidak akan pernah mau mengembalikan ini padanya.”
“Ibu jangan!” Tepat saat itu kedua boneka Viela di lempar keluar rumahnya.
“Kamu keterlaluan Maya.”
“Jangan pernah ada yang berani mengambil boneka-boneka itu.Aku tidak sudi anak sialan itu memilikinya.”
“Cukup Maya.Kamu sudah sangat keterlaluan, mungkin lebih baik aku dan Viela pergi dari rumah ini.”
“Oh jadi kamu ingin pergi dari rumah ini dan meninggalkanku? Silahkan. Silahkan kamu pergi dari rumah ini!”
Ayah Viela bergegas masuk ke dalam kamarnya dan membawa beberapa pakaian yang ia butuhkan beserta pakaian Viela.
“Ayo kita pergi Viela!”
“Tapi Ayah,”
“Cepat pergi dari rumahku, bawa sekalian anak sialan itu!”
Ayah Viela menuntunnya keluar dari rumah yang memang milik keluarga ibunya itu. Tidak ada pilihan lain, Viela harus ikut kemana pun ayahnya pergi. Tak lupa Viela memungut kembali boneka yang telah ibunya buang dan membawanya pergi. Tidak ada tempat yang bisa dituju Viela dan ayahnya kecuali Villa keluarga milik ayahnya. Bukan ini yang Viela inginkan, berpisah dari ibu yang sangat ia sayangi sama saja sakitnya seperti saat kehilangan Puteri. Viela sungguh tidak ingin kedua orang tuanya berpisah hanya karena dirinya.
Keesokan harinya Viela bersama ayahnya pergi untuk membeli segala kebutuhan mereka dari mulai makanan dan berbagai perabotan rumah tangga. Bukan hanya itu, ayah Viela bahkan ingin mendekorasi ulang kamar Viela seperti dulu yang penuh dengan pernak pernik dan boneka berwarna pink. Mulai hari ini dan seterusnya Viela dan ayahnya berjanji akan memulai semuanya dari awal dan melupakan kenangan pahit di masa lalu. Tapi tetap saja jauh di lubuk hati kecil Viela berkata bahwa ia tidak akan mungkin pernah bisa melupakan semuanya begitu saja. Viela selalu berharap suatu saat nanti ibunya bisa memaafkannya dan bisa berkumpul lagi bersamanya.
Hari ini tepatnya hari senin sebelum berangkat ke kantor, ayah Viela mengantarkan Viela pergi sekolah sama seperti hari sebelumnya.Bedanya hanya Viela dan ayahnya bisa sarapan bersama tanpa larangan dari ibunya. Viela masuk ke sekolah setelah melihat mobil ayahnya menghilang dari pandangannya, ia masih teringat kata-kata ayahnya tadi malam yang mengatakan secepatnya akan menceraikan ibunya.
“Viela tidak ingin ayah dan ibu bercerai hanya karena Viela,” kembali Viela meneteskan air matanya mendengar keputusan ayahnya.
“Maafkan ayah Viela.Ayah fikir ini yang terbaik untuk kita semua.”
“Bercerai bukan jalan terbaik untuk kita semua Yah. Viela tidak mau keluarga kita jadi berantakan.”
Mati-matian Viela mencegah ayahnya untuk menceraikan ibunya.Tapi sia-sia saja,Larangannya tidak mengubah keputusan ayahnya. Viela sungguh menyesali semua ini.Tidak seharusnya ia bersikap egois waktu itu dan tidak seharusnya pula ia menerima ajakan ayahnya pergi dan membeli boneka baru.
Sesampainya di kelas Viela melihat sebuah boneka kecil berbentuk hati berwarna pink di mejanya. Tidak jelas siapa yang mengirim boneka itu. Di sana hanya terdapat sebuah tulisan bahwa boneka itu untuknya. Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalanya.Siapa yang berani memberinya boneka itu? Apakah itu dari ayahnya?
“Gimana Vie kamu suka kan sama bonekanya?” Tiba-tiba Reza muncul dan menghampiri Viela.
“Jadi kamu yang memberiku boneka ini?”
“Kamu suka kan?”
Viela hanya diam, tidak bisa ia pungkiri bahwa ia sangat menyukai boneka mungil yang ada di tangannya saat ini.Tapi di sisi lain,ia ingin menolak pemberian Reza.Tidak mungkin Viela menerima pemberian orang yang sangat di cintai Puteri adiknya dulu. Tidak mungkin ia memilki hal yang adiknya sukai untuk kedua kalinya walaupun Puteri sekarang sudah tiada.
“Aku tidak bisa terima ini.”
“Kenapa? Bukankah kamu sangat menyukai boneka berwarna pink?” Reza tidak percaya Viela menolak pemberiannya.Untuk kedua kalinya Reza di tolak mentah-mentah oleh Viela.
“Kata siapa aku menyukainya?”
“Bella yang mengatakannya padaku. Bukankah ia teman sebangkumu?”
“Kalian semua sok tahu.”
Lagi-lagi Viela meninggalkan Reza. Viela tidak berniat untuk berkata kasar kepada Reza.Ia melakukan semua ini agar Reza tidak mengganggunya lagi. Reza semakin geram kepada Viela yang sudah berani menolak ajakan dan pemberiannya saat itu.
“Ngapain kamu di sini?” Tanya Bella yang tiba-tiba datang dan melihat Reza di kelasnya.
“Ini apa?” Tanya Bella lagi sambil menunjuk boneka yang ada di tangan Reza.Tapi yang ditanya hanya diam membisu.
“Jangan bilang kalau kamu mau memberikannya kepada Viela?”
“Kamu gimana sih Bell?” Akhirnya Reza mengeluarkan suaranya untuk memarahi Bella.
“Gimana apanya?”
“Kamu bilang Viela suka boneka warna pink, tapi tadi dia nolak pemberianku dan bilang kalau aku sok tahu.”
“Apa? Hahaha.......jadi kamu di tolak lagi sama Viela?” Bella mulai meledek Reza.
“Malah ngetawain aku lagi.Kamu sengaja ngerjain aku kan?”
“Ngerjain kamu gimana?”
“Kamu bilang dia suka boneka ini tapi nyatanya?”
“Aku tuh nggak ngerjain kamu Za, aku serius. Setahu aku dulu dia tuh suka banget sama boneka warna pink.”
“Ah tahu lah sebel banget tahu nggak aku sama dia. Sok jual mahal banget sih.”
“Viela cantik, dia juga kaya.Wajar kalau dia jual mahal sama kamu.”
“Tapi aku tetap tidak terima perlakuannya. Aku harus bisa dapetin dia secepatnya.”
“Up to you.”
Reza benar-benar kualahan menghadapi Viela. Dia bukan tipe cowok yang sulit untuk mendapatkan wanita manapun yang ia suka. tapi kali ini, Reza benar-benar tidak tahu apa yang salah darinya sehingga Viela selalu menolaknya.
Usai pelajaran kedua berlangsung Viela tiba-tiba di kejutkan berita bahwa ayahnya pinsan di kantornya. Tanpa berfikir dua kali Viela langsung nyelonong pergi dari kelas tanpa memperdulikan buku harian yang sempat ia buka tadi di kelasnya. Bella yang melihat buku itu hendak mengembalikannya tapi Viela sudah tidak bisa mendengar panggilan Bella lagi. Viela benar-benar khawatir dan cemas saat itu.
Sesampainya di Villa beberapa rekan kantor ayahnya terlihat masih ada di sana.Ada beberapa orang yang Viela kenal, tapi ia tidak menyapa mereka semua. Viela langsung berhambur pergi ke kamar ayahnya.
“Ayah.” Viela duduk di pinggiran tempat tidur ayahnya.
“Ayah kenapa?”
“Ayah tidak apa-apa Viela, kata dokter juga cuma kecapekan.”
“Ayah yakin?”
“Yakin sayang. Ayah Cuma butuh waktu untuk istirahat.”
“Ya sudah ayah istirahatlah dulu. Viela akan buatkan bubur untuk ayah.”
“Kamu tidak mau kembali ke sekolah? Bukankah ini masih jam sekolah?”
“Viela hanya akan menjaga ayah di sini. Viela sudah dapatkan izin, jadi ayah tidak perlu mengkhawatirkan itu.”
***
BAB 2
TERBONGKARNYA RAHASIA VIELA
Istirahat sudah tiba. Bella beserta Reza dan Yoga pergi ke kantin sekolah seperti biasanya.Bedanya hanya Reza lebih banyak diam saat itu, entah apa yang sedang ada difikirannya.
“Za kamu kenapa sih?” Yoga yang melihat tampang murung Reza akhirnya pun bertanya.
“Udah bisa di tebak.Pasti dia lagi mikirin Viela,” jawab Bella sekenanya.
“Viela? Memangnya ada apa sama dia?”
“Tadi pagi Reza ngasih boneka sama Viela, tapi lagi-lagi dia menolaknya mentah-mentah.”
“Hahaha beneran Za?”
“Kalian bisa diam nggak sih? senang banget ngeledekin aku.”
Reza benar-benar merasa direndahkan saat itu.Ditertawakan oleh kedua sahabatnya hanya karena ditolak wanita adalah hal pertama yang ia alami sepanjang hidupnya. Reza hanya mengaduk-aduk minuman dan makanannya tanpa gairah, yang ada di fikirannya saat ini adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan Viela.Wanita yang sok jual mahal itu, agar ia tidak direndahkan lagi oleh kedua sahabatnya.
“Sayang” Kata Luna yang tiba-tiba datang sambil bergelayut ke lengan Reza. Bella dan Yoga hanya diam menganggap di sana tidak ada Luna yang kecentilan dan sok kecantikan itu.Mereka berdua tahu selama ini Reza tidak pernah benar-benar serius kepada wanita manapun kecuali Sandra. Dia satu-satunya mantan yang sampai saat ini masih sangat Reza cintai.
“Sayang kamu kok diam aja sih?”
“Ada apa?” Tanya Reza datar.
“Tanyanya kok gitu banget sih, kenapa sayang?” Sikap Luna semakin genit kepada Reza membuat perut Bella dan Yoga mual.
“Aku tanya ada apa?” Reza mengulangi pertanyaanya.
“Kita jadi jalan kan nanti?”
“Kita putus.” Jawab Reza sekenanya, membuat Luna terkejut.
“Kok tiba-tiba kamu minta putus? Apa salah aku?”
“Aku udah bosan sama kamu jadi kita putus.”
“Aku nggak mau kita putus aku sayang banget sama kamu.”
“Itu urusan kamu, aku bilang kita putus ya putus.”
“Tega banget kamu Za.” Luna pergi meninggalkan Reza saat itu juga. Bella dan Yoga hanya bisa menarik nafas melihat perlakuan Reza, mereka berdua sudah biasa melihat perlakuan Reza kepada wanita yang seperti itu.
“Viela kemana Bel? Kayaknya aku nggak lihat dia hari ini?” Tanya Yoga tiba-tiba memecah keheningan.
“Entahlah.Tadi dia nyelonong pulang gitu aja, bukunya aja sampai ketinggalan di kelas, aku panggil-panggil dia nggak dengar.”
“Buku? Buku apa?” Tanya Reza antusias ingin tahu.
“Mana aku tahu.Aku nggak punya waktu untuk mencari tahu buku catatan orang lain.”
“Sekarang mana bukunya?”
“Buat apa Za?” Kali ini Yoga yang bertanya.
“Udah cepetan sini mana bukunya!”
“Ada di kelas.”
Langsung saat itu juga Reza nyelonong pergi meninggalkan Bella dan Yoga, dan yang ditinggalkan hanya melongo melihat tingkah laku Reza. Untuk kedua kalinya mereka di tinggal begitu saja sama Reza. Sesampainya di kelas Reza langsung menuju ke arah tas Bella dan mencari-cari buku Viela sampai akhirnya Reza menemukan buku itu.
“Buku harian? Ini buku harian Viela.Bagus dengan begitu aku bisa tahu tentangnya,” gumam Reza sendirian.
Reza mulai membuka buku harian Viela dan alangkah terkejutnya Reza mendapatkan fotonya sendiri terpampang di halaman pertama buku harian itu. Berbagai pertanyaan pun muncul, sampai akhirnya Reza tahu bahwa Viela sudah lama memendam perasaan kepadanya. Ya memang benar, foto yang Viela tempel di halaman pertama buku hariannya dan foto yang sangat dia suka itu memang foto Reza.
Sudah sangat lama Viela memendam perasaan itu.Semenjak ia pertama kali menginjakkan kakinya di sekolah itu dan bertemu Reza.Tapi setelah mengetahui Puteri, adiknya yang juga satu kelas dengannya itu juga memiliki rasa yang sama terhadap Reza, pada saat itu juga Viela bertekad untuk melupakan Reza.
Masih teringat jelas saat Puteri dengan gembiranya mengatakan kepada Viela bahwa dirinya tertarik kepada Reza. Baru kali ini adiknya terbuka tentang hal pribadi kepadanya. Setelah lama Puteri terlihat murung akhirnya ia bisa tertawa lagi karena seorang Reza. Hal ini membuat Viela merasa tidak pantas memiliki perasaan terhadap Reza.
Reza mengakhiri membaca buku harian Viela saat bunyi bel terdengar. senyumnya mengembang saat ia tahu bahwa Viela ternyata sudah lama memendam perasaan kepadanya.Reza jadi tahu apa yang harus ia lakukan menghadapi Viela.Tak bisa di pungkiri bahwa Reza sangat membenci Viela yang sudah berani mencampakkannya.
***
Tidak ada yang Viela lakukan sepanjang hari selain mendampingi ayahnya.Meskipun ayahnya terlihat baik-baik saja tapi tetap saja dalam hati Viela masih merasa khawatir akan keadaannya. Tak ada hal yang paling Viela takutkan kecuali kehilangan ayahnya, orang yang sangat ia sayangi untuk kedua kalinya.
“Sudah malam Vie, kenapa masih di sini?” Tanya ayah Viela yang terbangun dan menyadari Viela masih di kamarnya.
“Viela mau jagain ayah di sini.”
“Besok kamu sekolah Viela. sungguh ayah baik-baik saja,lekas pergilah tidur!”
“Ayah yakin baik-baik saja?”
“Ya sayang.”
“Ya sudah Viela tidur dulu.Selamat malam ayah.”
“Selamat malam sayang.”
Viela pergi ke kamarnya dan hendak menulis di buku hariannya tapi ia tak menemukan buku itu.Tas dan tempat Viela belajar sudah berantakan karenanya. Viela mencoba mengingat-ingat kembali kapan terakhir ia menulis di buku hariannya dan di mana ia meletakkannya. Tapi sepertinya ingatannya tidak meresponnya hari ini, ia benar-benar lupa di mana ia menyimpan buku hariannya. Viela berharap tidak akan ada orang yang menemukan buku harian itu.
Di tempat lain di waktu yang sama Reza menghubungi Bella dan menyuruhnya untuk merahasiakan keberadaan buku harian Viela.Awalnya Bella menolak, tapi akhirnya ia bersedia mengikuti rencana Reza untuk menyembunyikan buku harian Viela. Tidak ada waktu untuk Reza mengetahui semua isi buku harian itu, yang terpenting saat ini adalah ia sudah tahu bahwa Viela menyimpan perasaan kepadanya.
Wajah Viela masih terlihat murung pagi hari itu. Bella tahu mungkin Viela memikirkan di mana buku hariannya berada, tapi ia tak bisa memberi tahunya kepada Viela karena ia sudah terlanjur berjanji kepada Reza. Tapi dalam hati Bella berjanji kalau Viela menanyakannya ia akan memberi tahu Viela di mana buku hariannya.Tapi sepertinya Viela tidak yakin untuk menanyakan buku hariannya kepada Bella, sampai saat ini tidak ada suara yang Bella dengar dari Viela, dia memang sudah benar-benar jadi pemurung dan pendiam.
Jam istirahat tiba, Viela tetap asyik menikmati kesendiriannya di kelas. Dia sudah tidak perlu lagi menghabiskan dua porsi nasi goreng di kantin karena tadi pagi ia sudah sarapan bersama ayahnya yang keadaannya kini sudah semakin membaik itu. Pada saat yang bersamaan juga, Reza datang dan menghampiri Viela.
“Boleh aku duduk di sini?” Tanya Reza basa-basi tapi Viela tetap diam tak menjawab. Reza benar-benar sudah kesal melihat tingkah laku Viela yang terus bersikap dingin padanya tapi ia tetap mencoba untuk tetap tenang.
“Ada yang mau aku omongin sama kamu,” Lanjut Reza.
“Apa?” Masih terdengar nada suara Viela yang dingin.
“Aku mau jujur sama kamu Vie.Udah lama aku mau omongin ini sama kamu tapi aku nggak yakin kamu akan percaya.”
“Maksud kamu?” Viela merasa bingung dengan arah pembicaraan Reza.
“Selama ini pasti kamu sudah tahu kalau aku terkenal play boy di mata semua wanita di sekolah ini.” Reza bersikap manis di depan Viela.
“Lalu apa urusannya denganku?”
“Aku mau kamu tahu Vie, kalau sebenarnya hanya kamu yang ada di hatiku.”
Viela tersentak mendengar pernyataan Reza.Tak tahu harus bersikap bagaimana pada situasi seperti ini. Tak tahu apa yang ia rasakan saat ini. bahagia atau malah sebaliknya. Sedangkan Reza terus menunjukkan keseriusannya kepada Viela agar dia bisa yakin akan perasaan Reza.
“Aku nggak bisa terus membohongi perasaanku sama kamu, aku ingin kamu jadi milikku Vie.”
Viela hanya diam tak tahu harus bicara apa.Dia memang sangat ingin memiliki Reza tapi rasanya tidak mungkin.Dia sudah bertekad untuk melupakan Reza walaupun sebenarnya hatinya masih berkata bahwa dia masih belum bisa melupakannya.
“Aku tahu kamu pasti menganggap kalau aku hanya ingin mempermainkanmu.Tapi saat ini aku bersungguh-sungguh Vie, aku benar-benar mencintaimu dan aku ingin kamu jadi milikku.”
“Apa yang membuat orang seperti kamu bisa jatuh cinta padaku?” Tanya Viela akhirnya untuk meyakinkan hatinya sendiri. Entah kenapa Viela merasa bahwa Reza memang bersungguh-sungguh atas apa yang ia katakan saat ini.
“Aku tak tahu Vie. Aku tidak punya alasan apa-apa untuk bisa jatuh cinta sama kamu.” Reza mulai mengeluarkan rayuannya.
“Aku tidak akan memaksamu untuk menjawab perasaanku saat ini.Aku akan memberikanmu waktu, tapi kamu harus tahu Vie bahwa aku benar-benar tulus mencintaimu.”
Reza membalikkan badannya dan meninggalkan Viela sendiri di sana.Rencana awal Reza sudah terlaksana, ia hanya perlu menunggu jawaban dari Viela.Sedangkan di dalam kelas, Viela hanya diam berfikir tentang apa yang harus ia katakan nanti pada Reza.Viela benar-benar merasa tidak tenang dibuatnya. Hati dan Fikirannya terus berkecamuk sampai ia melupakan masalah buku hariannya yang hilang.
BAB 3
KEBAHAGIAAN ITU KEMBALI
Hari ini ayah Viela mengirim surat gugatan cerainya kepada Ibu Viela. saat menerima surat itu tangannya langsung gemetar, air matanya pun menetes tidak menyangka bahwa akhirnya akan jadi seperti ini.Akhir-akhir ini Ibu Viela selalu merasa sepi di rumah itu sendiri.Kadang ia juga merasa sangat rindu akan masa lalunya. Hatinya memang masih belum bisa menerima kematian Puteri anak yang paling ia sayangi. Puteri memang sangat berbeda dengan Viela, sejak kecil Puteri sering sakit-sakitan sedangkan Viela bisa di bilang ia anak yang sehat karena ia jarang sekali sakit.Mungkin ini salah satu sebab kenapa Ibu Viela lebih menyayangi Puteri daripada Viela yang juga anak kandungnya.
Setelah menerima surat gugatan cerai itu Ibu Viela langsung pergi ke rumah Restu, sahabat karibnya. Ia ingin mencurahkan isi hatinya pada Restu, bagaimana perasaannya saat menerima surat itu dan sepinya hidup tanpa suami dan anaknya. Ia berharap Restu bisa memberikan solusi terbaik untuknya nanti.
“Aku harus bagaimana Res?” Tanya Ibu Viela meminta solusi setelah menceritakan semua masalahnya pada Restu.
“Sekarang aku mau tanya sama kamu, sebesar apa kebencianmu pada Viela?”
“Entahlah Res, aku selalu merasa tidak terima bila melihat Viela bahagia dan tersenyum, hatiku rasanya sakit.”
“Apakah itu hati seorang Ibu?” Restu menyindir Ibu Viela berharap ia akan sadar atas perbuatannya selama ini.
“Maksud kamu?” Ibu Viela balik bertanya tidak mengerti dengan apa yang di tanyakan Restu.
“Seorang Ibu tidak akan pernah membenci anaknya sendiri.Walaupun apa yang dilakukan anak kita kadang menyakiti perasaan kita.Sekarang coba kamu tanya sama hati kecil kamu, apakah kamu sebegitu bencinya kepada Viela?”
Ibu Viela diam tak tahu harus menjawab apa, tidak bisa ia pungkiri bahwa semua yang dikatakan Restu memang benar adanya. Saat itu hanya tangisan yang menjadi jawaban bisu atas pertanyaan Restu.
“Puteri sudah meninggal satu tahun yang lalu, ini sudah menjadi takdirnya.Kamu tidak seharusnya selalu menyalahkan Viela atas kematian Puteri May. Viela juga anakmu.”
“Lalu apa yang harus aku lakukan Res?” Lagi-lagi Ibu Viela menanyakan hal yang sama sambil terisak.
“Aku menyarankan agar kamu segera minta maaf pada suami dan anakmu.Aku yakin Puteri di sana juga sedih melihat keluarganya berantakan seperti ini.”
“Apa kamu yakin Viela akan memaafkanku? Aku sudah banyak melakukan kesalahan sama anak itu.”
“ Aku yakin Viela akan memaafkanmu.”
Ibu Viela sudah menyadari kesalahannya dan ia putuskan untuk segera minta maaf pada suaminya dan Viela. Tapi dia tidak tahu di mana mereka tinggal saat ini, cara satu-satunya agar bisa bertemu mereka adalah dengan menjemput Viela ke sekolahnya. Dengan mengendarai mobil pribadinya ia bergegas pergi ke sekolah Viela.Sebentar lagi sudah waktunya pulang sekolah jadi ia harus bisa sampai di sana tepat waktu agar bisa bertemu dengan Viela.
Ada rasa takut dan khawatir yang Viela rasakan saat melihat Ibunya di depan gerbang sekolah.Senyum ibunya mengembang saat melihat Viela yang berjalan menghampirinya.
“Viela.”
“Ibu, kenapa ibu ada di sini?” Tanya Viela tanpa menatap mata Ibunya, lalu saat itu juga Ibunya langsung menangis dalam pelukan Viela.
“Maafkan Ibu Viela, maafkan Ibu!” Kata Ibu Viela lirih dalam pelukannya, air mata Viela pun menetes. Tuhan telah mendengar doanya.
“Tidak ada yang perlu di maafkan Bu, Viela lah yang salah.Seharusnya Viela yang minta maaf sama Ibu.”
“Tidak sayang kamu tidak bersalah, Ibulah yang bersalah.”
Viela mengajak ibunya saat itu juga ke Villa di mana dia dan ayahnya tinggal.Viela benar-benar bahagia saat itu, memeluk ibunya dan duduk di sampingnya seperti saat ini adalah hal yang sangat ia rindukan.Sudah lama sekali ia tidak merasakannya. Tidak pernah ada kebahagiaan lain selain melihat keluarganya utuh kembali seperti dulu.
Sepanjang jalan Ibu nya menceritakan bagaimana perasaanya semenjak ia tinggal di rumahnya sendirian pada Viela, begitu juga sebaaliknya Viela juga menceritakan bagaiman kondisi ayahnya semenjak keluar dari rumah. Ada rasa canggung yang mereka rasakan tapi dengan cepat keakraban mulai kembali tercipta di antara keduanya. Ibu Viela pun sudah bisa bersikap ramah pada Viela.
Ayah Viela tak kalah terkejutnya dengan Viela saat melihat kehadiran istrinya di Villanya. Berbagai pertanyaan memenuhi otaknya.Apa gerangan yang membawa istrinya ke sana saat itu dan membawa Viela bersamanya? Belum sempat mengeluarkan satu katapun tiba-tiba Ibu Viela bersujud di hadapan Ayah Viela memohon maaf sambil menangis.
“Bangunlah Maya! Tidak perlu kamu melakukan semua ini.”
“Aku benar-benar menyesal Rustam, maafkan aku!”
Ayah Viela tidak menjawab.Ia hanya menoleh kepada Viela meminta persetujuannya dan Viela pun menganggukkan kepalanya dengan mantap.Inilah yang ia inginkan selama ini. Dan akhirnya kedua orang tua Viela kembali bahkan sekarang Viela sudah kembali ke rumahnya lagi.
“Terima kasih Tuhan.Aku berjanji tidak akan mengecewakan ayah dan ibu lagi,” batin Viela
***
Perlahan semuanya mulai kembali seperti dahulu.Tidak ada lagi tangisan, tidak ada lagi suara piring pecah dan tidak ada lagi kebencian di rumah itu.Semuanya sudah kembali bahkan kamar Viela sudah kembali seperti dulu, penuh dengan pernak pernik dan boneka berwarna pink.
Tak ada henti-henti nya Viela mengucapkan rasa syukur atas kembali utuhnya keluarga kecil itu.Malam ini Viela bersama kedua orang tuanya hanya duduk santai di depan stasiun televisi menonton acara komedi.Dengan harapan rasa canggung yang melanda di tengah-tengah keluarga itu bisa hilang seiring dengan tawa mereka.
Kedua orang tua Viela tertawa ngakak menonton acara komedi itu tapi Viela rasanya tidak bisa menikmati acara itu.Bahkan ia tidak menghiraukan acara televisi yang ia tonton bersama kedua orang tuanya itu. Fikirannya hanya tertuju pada Reza. Sudah satu minggu Viela berfikir tapi ia belum juga bisa memutuskannya. Tanpa Viela sadari kedua orang tua Viela memandangnya yang sedang melamun memikirkan Reza.
“Viela.” Ibunya mencoba membuyarkan lamunan Viela.
“Hah.Iya Bu.Ada apa?” Viela tersentak mendengar namanya di panggil sang Ibu.
“Kamu kenapa? Ada masalah?”
“Eng...Enggak Bu.Nggak ada apa-apa.Memangnya ada apa?”
“Dari tadi ayah dan Ibu lihat kamu melamun.Jangan berbohong Viela.” kali ini ayahnya yang berbicara. Viela sudah tidak bisa berbohong lagi, ayahnya pasti tahu kalau ia berbohong.Sepertinya ini memang waktu yang tepat untuk meminta solusi dari ayah dan ibunya.
“Emm....bagaimana awal cerita ayah dan ibu saat pacaran dulu?” Tanya Viela akhirnya.Ayah dan Ibu Viela hanya tersenyum mendengar pertanyaan konyol Viela.
“Kenapa Vie? Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu pada ayah dan Ibu?”
“Viela hanya penasaran saja Bu.”
“Jawab dengan jujur! Apa kamu sedang jatuh cinta?” Tebak Ibunya.
Viela tersentak mendengar pertanyaan ibunya.Ia bingung harus menjawab apa. haruskah ia jujur saja kepada Ibunya masalah Reza yang menembaknya seminggu yang lalu? Bagaimana kalau ibunya jadi marah lagi padanya karena orang yang Viela cintai itu juga di cintai Puteri almarhumah adiknya?
“Viela.” lagi-lagi lamunan Viela dibunyarkan ibunya.
“Sebenarnya sudah lama Viela mencintainya Bu tapi Viela memendamnya. Viela terus mencoba berusaha untuk melupakannya tapi hati Viela menolak” tidak ada pilihan lain kecuali menceritaka yang sesungguhnya pada kedua orang tuanya.
“Lalu?” Ibunya mulai penasaran dengan cerita Viela
“Seminggu yang lalu dia menyatakan perasaan sukanya pada Viela.”
“Bagus dong kalau begitu.Jadi cinta kamu tidak bertepuk sebelah tangan sayang.” Ayahnya menyimpulkan.
“Kamu menerimanya?”
“Viela belum memberi jawaban bu.”
“Loh kenapa?”
Viela diam.Haruskah ia berterus terang pada ibunya? Dalam hati Viela berdoa semoga berterus terang adalah pilihan yang terbaik tanpa menghancurkankeluarganya lagi. Viela menarik nafas dalam-dalam berharap dapat keberanian untuk berterus terang kepada ibunya.
“Dia yang menyatakan perasaannya pada Viela dan yang sangat Viela cintai adalah orang yang pernah Puteri cintai juga.” akhirnya ceritanya mengalir.Ibunya tersentak mendengar pernyataan Viela dan memilih diam. Viela bingung harus melakukan apa melihat kedua orang tuanya terdiam.Sepertinya kejujuran Viela membawa suasana keluarga itu kembali canggung.
“Viela tidak akan menerimanya Bu.” kata Viela akhirnya.
“Jangan sayang! Kehidupanmu harus tetap berlanjut, maafkan ibu karena telah mengekangmu selama ini”.
“Tapi bu.. dia..”
“Kamu mencintainya kan? Ibu tidak akan memarahimu karena masalah ini. Ibu setuju dengan pilihan hatimu, tapi….”
“Tapi apa bu?”
“Tapi kamu harus ingat batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar.”
“Pasti bu, terimakasih.” Viela memeluk ibunya. Ayahnya sangat senang melihat mereka berdua berpelukan seperti ini, rasanya seperti mimpi. Viela senang mendengar jawaban ibunya. Lega rasanya setelah jujur kepada ibu dan ayahnya.
Keesokan harinya Viela pergi ke sekolah bersama Reza. Tadi pagi Reza menghubungi Viela dan menawarkan untuk menjemputnya. Meskipun awalnya Viela menolak tapi akhirnya Viela mengiyakan tawaran Reza karena ia terus memaksa Viela untuk ke sekolah bersama.
Suasana sunyi meliputi keduanya sepanjang perjalanan mereka ke sekolah. Reza enggan rasanya berbincang dengan Viela. Sedangkan Viela sendiri merasa serba salah tingkah dengan keadaan mereka saat ini, hingga akhirnya Reza mau tidak mau membuka obrolan dengan Viela sampai akhirnya obrolan mereka tertuju pada jawaban Viela tentang ungkapan perasaan Reza.
“Kenapa kamu diam Vie? Apa diammu ini berarti kamu menolakku?” Tanya Reza yang merasa penasaran akan jawaban Viela.
“Bukan seperti itu Za, maksudku ….”
“Apa Vie?”
“Aku.. aku juga mencintaimu.” kata Viela akhirnya sambil memejamkan matanya. Reza yang mendengarnya pun tertawa puas dengan jawaban Viela. Bagaimana tidak, rencananya untuk menjadikan Viela sebagai kekasihnya untuk pembalasan dendamnya berjalan lancar. Viela yang sedari tadi memejamkan mata karena menahan malu akhirnya pun mulai membuka matanya ketika mendengar tawa Reza.
“Aku bahagia mendengarnya Vie, sungguh.” ucap Reza akhirnya ketika menyadari Viela menatapnya aneh karena tawa bahagia rencana jahatnya itu.
***
Senyum Viela mengiringi setiap langkah kakinya saat menuju ke kelasnya.Akhirnya cintanya terbalas, dia tidak pernah menduga hal ini akan terjadi padanya sampai dia merasa bahwa semua ini hanya mimpi. Semua mata memandangnya heran dengan tingkah laku Viela hari ini termasuk Bella teman sebangkunya.
“Vie.”
“Iya.” jawab Viela sambil tersenyum.
“Kamu nggak pa-pa kan?” Bella mulai memberanikan diri bertanya kepada Viela, dan yang ditanya pun hanya tertawa.
“Wow… kamu baru saja tertawa Vie?”
“Kenapa Bel? Kamu kangen kan pastinya sama tawa aku.”
“Bukan kangen lagi namanya Vie. Kamu tau nggak, kamu tuh kayak orang mati suri tau nggak, satu tahun lebih loh kamu murung terus tapi sekarang tiba-tiba kamu tertawa?”
“Mulai dari sekarang aku akan selalu tersenyum dan akan kembali ceria seperti satu tahun yang lalu.”
“Beneran Vie?”
“Iya Bel.”
“Ihh seneng aku dengarnya. Ya ampun Vie mimpi apa sih semalam kamu sampai bisa berubah lagi kayak gini.Tapi apapun mimpi itu aku nggak peduli, yang penting sekarang kamu bisa tertawa lagi.” Bella memeluk Viela dengan enggan. Tidak bisa dipungkiri bahwa di satu sisi dia senang melihat Viela seperti dulu lagi, tapi di sisi lain hatinya berontak melihat tawa Viela. Rasa tidak rela melihat kebahagiaan Viela serasa lebih mendominasi perasaannya saat ini.
Hari ini Viela memulai kehidupannya seperti dulu lagi. Keluarga kecilnya sudah kembali bersatu, dan yang paling membuatnya bahagia adalah hari ini dia resmi menjadi kekasih Reza. Laki-laki yang sangat ia cintai sejak pertama kali ia menginjakkan kakinya di sekolah ini.
***
“Apa yang terjadi dengan mereka?” Tanya Yoga pada Bella yang penasaran melihat kedekatan Reza dan Viela. Belum sempat Bella menjawabnya tiba-tiba Yoga sudah berdiri sambil menggebrak meja dihadapan mereka.
“Aku tahu.” Sambung Yoga yang masih tidak peduli dengan tatapan orang-orang disekitarnya yang merasa terkejut. Bella yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Kelakuan sahabatnya yang satu ini sungguh menjengkelkan. Membuat malu dirinya sendiri di depan umum rasanya sudah menjadi kebiasaan buruk Yoga.
“Nggak usah bikin heboh gitu bisa kan Ga?”
Yoga akhirnya kembali duduk setelah menyadari tatapan aneh orang-orang disekitarnya. Lagi-lagi Yoga mengutuk dirinya sendiri karena tingkah konyolnya yang kadang-kadang tidak bisa ia kontrol. Bella pun hanya bisa menertawakan Yoga yang saat ini wajahnya tengah memerah karena menahan malu.
“Sudah puas tertawanya?”
“Ups sorry.” Bella membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri mencoba menghentikan tawanya. Yoga pun jadi tambah jengkel melihatnya.
“Udah deh jangan ditekuk gitu wajahnya. Lagian kamu sih pakek acara mukul meja segala.”
“Aku seperti itu karena aku tahu sesuatu Bel.”
“Ya nggak gitu juga kali reaksinya.” Lagi-lagi Bella tersenyum mengingat kelakuan Yoga barusan.
“Ah udah deh jangan bahas itu mulu. Aku tahu kenapa mereka berdua jadi sedekat itu.” Kata Yoga akhirnya mencoba mengalihkan pembicaraan agar tidak terus-menerus menjadi bahan tertawaan Bella.
“Emang kenapa?”
“Mereka berdua udah jadian.”
“What?” kali ini Bella yang berteriak sambil berdiri karena terkejut mendengar pernyataan Yoga.
“Ya nggak gitu juga kali reaksinya Bel.” Balas Yoga kepada Bella yang gantian bertingkah konyol di depan umum. Bella menyadari itu dan kembali duduk sambil berdehem mencoba bersikap anggun seolah-olah melupakan kekonyolan yang barusan ia lakukan. Yoga pun tertawa terbahak-bahak dibuatnya.
“Tahu darimana kamu kalau mereka udah jadian?” Tanya Bella akhirnya tanpa memperdulikan tawa Yoga dan kembali ke topik pembicaraan.
“Nebak aja.” Jawab singkat Yoga sambil cengengesan. Bella pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban Yoga. Tatapan Bella tertuju ke tempat Reza dan Viela berada saat ini. Keakraban yang tiba-tiba terjadi di antara mereka berdua serta canda tawa yang mereka perlihatkan di depan umum sepertinya sudah menjadi bukti tebakan Yoga.
“Aku harus menanyakan hal ini langsung pada Reza.” Batin Bella.
Tanpa berfikir panjang akhirnya Bella menghampiri Reza setelah melihat kepergian Viela. Dia harus memastikannya sendiri dan mendengar langsung dari Reza tentang hubungannya dengan Viela. Bagaimana pun juga rencana jahat Reza juga berkaitan dengan dirinya sendiri. Yoga yang tiba-tiba ditinggal begitu saja oleh Bella pun akhirnya ikut menhampiri Reza.
“Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?” Tanya Reza yang menyadari tatapan Bella yang mengintimidasi.
“Jawab aku dengan jujur. Apa kalian sudah jadian? Maksudku apa kamu dan Viela…”
“Iya aku udah jadian sama dia.” Potong Reza yang tidak sabar mendengar pertanyaan Bella yang menurutnya terlalu berbelat-belit.
“Benarkah?” Tanya Yoga dan Bella bersamaan.
“Iya.”
“Kapan?” Tanya Yoga dan Bella lagi secara bersamaan. Reza tertawa mendengar pertanyaan kedua sahabatnya itu yang secara bersamaan menanyakan hal yang sama padanya. Spontan Yoga dan Bella pun saling berpandangan satu sama lain.
“Sepertinya kalian memang berjodoh.” Lagi-lagi Reza mengejek kedua sahabatnya. Yoga yang tiba-tiba salah tingkah hanya bisa garuk-garuk kepala.
“Apaan sih. Udah deh nggak usah godain kita gitu. Jawab aja pertanyaan kita. Sejak kapan kalian jadian?” Tanya Bella yang sepertinya tidak sabar ingin mengetahui semua tentang hubungan Reza dan Viela.
“Tadi pagi. Aku jemput dia dirumahnya dan kita berangkat bareng ke sekolah. Dan dia ngasih aku jawabannya tadi.”
“Jawaban? Kapan nembaknya?”
“Udah deh Bel. Nggak usah nanyain sedetail itu. Yang penting sekarang aku udah ngebuktiin ke kalian kalau aku bisa dapetin wanita manapun yang aku suka, dan kita bisa menjalankan rencana kita.”
“Lalu apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Yoga akhirnya.
“Kita lihat saja nanti.”
***
BAB 4
HUBUNGAN YANG RUMIT
Viela kembali duduk termenung di teras rumahnya. Pikirannya melayang jauh kepada sosok Reza yang kini sudah menjadi miliknya. Tapi entah kenapa Viela merasa seakan-akan Reza bukan miliknya. Perjalanan cinta yang ia alami sangat rumit untuk dijelaskan. Reza bersikap seperti layaknya seorang teman. Rasanya tidak ada yang istimewa dalam hubungan mereka.
Sudah sstu bulan Viela menjalin hubungan bersama Reza. Tapi sikap Reza masih sama, tetap dingin dan penuh dengan tanda tanya. Kadang baik dan mesra di depan orang tua Viela seakan-akan mereka adalah pasangan yang paling romantis di dunia ini. Tapi saat di depan teman- temannya, Reza berubah seratus delapan puluh derajat, seakan-akan mereka tidak mempunyai hubungan apapun. Bahkan tidak segan-segan Reza menggoda wanita lain di depan Viela tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Bodohnya Viela adalah membiarkan sikap Reza selama ini. Dia selalu berfikir positif dan tidak mau ambil pusing dengan tingkah laku Reza selama ini. Dia pikir akan lebih baik tidak mengubah tingkah laku orang yang dia cintai. Reza sangat berarti untuknya dan mau bagaimana pun keadaan Reza, ia tetap akan menerima keadaan itu.
Lamunan Viela seketika buyar saat melihat sosok yang sedang ia fikirkan ada di depan rumahnya saat ini. Reza melambaikan tangan dan tersenyum kepada Viela sebelum akhirnya ia turun dari motor nya dan menghampiri Viela.
“Hai Vie.”
“Reza.”
“Lagi ngapain duduk di sini sendirian? Lagi mikirin aku ya?” tebak Reza yang langsung Viela iyakan dalam hati.
“Ge-er. Bosen aja di dalam rumah jadinya duduk di sini. Masuk yuk!”
“Nggak usah deh di sini aja. Aku cuma mau ngajak kamu nemenin aku nanti malam ke pesta ulang tahunnya Yoga.”
“Oh gitu. Jam berapa?”
“ Jam delapan dan jangan lupa nanti aku jemput kamu.”
“Iya. Aku ambilin minum kamu dulu ya.”
“Nggak usah Vie, aku mau pulang.”
“Sekarang?”
“Iya, kenapa?”
“Ya nggak papa masak kamu jauh- jauh ke sini cuma mau ngomong itu aja?”
Reza mengutuk dirinya sendiri yang bersikap ceroboh di depan Viela. Bagaimana mungkin Reza ngomong ke Viela kalau dia tadi abis jalan sama wanita lain dan mampir ke rumah Viela hanya untuk ngajak dia ke pesta ulang tahunnya Yoga nanti malam.
“Nggak gitu juga. Biar kamu bisa siap- siap aja. Nanti kalau aku kelamaan di sini gimana nanti kamu mau siap- siap.” alasan Reza
“Hemm.. iya juga sih. Aku juga belum beli kado buat Yoga. Kamu sih bilangnya mendadak.”
“Maaf. Ya udah aku pulang sekarang.”
“Hati- hati di jalan.”
Setelah melihat Reza yang sudah menghilang di jalan belokan rumahnya, Viela bergegas ke kamar dan membuka lemarinya. Dia mengeluarkan semua pakaian yang memungkinkan untuk bisa dipakai ke acara ulang tahun Yoga malam ini. Setelah menimang- nimang dan minta pendapat ibunya, akhirnya Viela menjatuhkan pilihan ke dress warna hitam yang akan ia pakai ke pesta ulang tahun Yoga nanti malam.
“Wah cantiknya anak ibu.” puji ibu Viela yang tengah memperhatikan penampilan Viela malam ini, dan yang dipuji hanya tersenyum malu.
“Terima kasih bu.”
“Wah wah wah ini bidadari dari mana ma? Cantik sekali.” puji ayah Viela yang saat itu baru datang dari kantornya.
“Ihh ayah bisa aja.” ucap Viela malu-malu.
“Kenapa? Emang anak ayah ini cantik banget kok malam ini. Iya kan ma?” ibu Viela mengiyakan pertanyaan suaminya sambil tersenyum.
Tak lama kemudian Terdengar suara ketukan pintu di luar dan ibu Viela bergegas pergi meninggalkan suami dan anaknya yang sedang asyik memuji penampilan Viela untuk membukakan pintu.
“Sayang.. Reza sudah datang nih” teriak ibu Viela memanggil. Tak lama kemudian Viela keluar bersama dengan ayahnya.
Reza terpaku melihat penampilan Viela malam ini. Tidak bisa dia pungkiri bahwa Viela memang sangat cantik apalagi dengan dress hitam yang dia kenakan. Senada dengan setelan jas yang Reza kenakan dengan kemeja putih polos di dalamnya.
“Kita berangkat sekarang?” Tanya Viela yang seketika itu juga membuyarkan lamunan Reza.
“Iya.” jawab Reza singkat.
“Ya udah ibu ayah, Viela pergi dulu ya.” pamit Viela.
“Ingat Reza, jaga baik- baik bidadari om ini dan jangan lupa pulangnya jangan malam- malam!”
“Siap om. Ayo Vie kita berangkat! Mari om… tante..” pamit Reza yang dibalas anggukan oleh kedua orang tua Viela.
Malam ini Reza harus berperang dengan egonya sendiri. Di sampingnya Viela dengan cantiknya duduk menghadap ke luar jendela kaca mobil. Sedangkan Reza berkali- kali menyadarkan dirinya sendiri agar mengingat tujuan awal ia memilih bersama Viela. Hening sepanjang perjalanan mereka ke pesta Yoga. Batin Viela resah dihadapkan dengan situasi canggung seperti ini.
“Rencana malam ini harus berhasil. Aku harus ngacangin Viela malam ini.” batin Reza.
“Mungkin Reza memang tipe orang yang pendiam kalau lagi berdua sama cewek.” batin Viela mencoba berfikir positif atas sikap Reza yang lagi- lagi kembali dingin kepadanya.
Dan akhirnya mereka berdua sampai di rumah Yoga. Setelah turun dari mobil tanpa menghiraukan Viela, Reza langsung berjalan masuk ke dalam rumah Yoga. Alhasil Viela harus berjalan dengan lebih cepat mengejar Reza yang sudah ada di depan pintu rumah Yoga. Kedatangan mereka langsung disambut Yoga dengan rangkulan kepada Reza.
“Selamat ya Ga.” ucap Reza.
“Makasih Za. Aku kira kamu bakalan bawa cewek lain ke sini.” bisik Yoga yang sudah mengerti rencana busuk Reza kepada Viela.
“Justru ini moment yang tepat buat nyakitin Viela. Malam ini aku bakalan ngacangin dia dan bareng cewek lain di depan matanya langsung.”
“Emang benar- benar gila kamu Za.”
“Selamat ya Yoga.” ucap Viela polos tanpa mengetahui perbincangan Yoga dan Reza.
“Makasih Vie. Kamu cantik banget malam ini.” puji Yoga berterus terang yang langsung disikut oleh Reza. Viela hanya menjawab dengan senyum.
“Viela.” kata Bella yang tiba- tiba datang dengan tampang takjub.
“Ya ampun ini kamu Vie? Cantik banget.” sambung Bella.
“Kamu juga.” balas Viela sambil tersenyum.
“Nggak ada yang muji aku nih ceritanya, kan yang ulang tahun aku bukan Viela.” kata Yoga manyun.
“Yaelah Ga. Kamu tuh mau di pake in apa aja ya tetap datar muka kamu.” ejek Bella sambil tertawa.
“Wah parah kamu Bel.”
“Buy the way selamat ulang tahun ya.” Ucap Bella tulus.
“Iya makasih. Yaudah kalau gitu aku tinggal dulu ya, kalian nikmatin aja pestanya ok.”
Reza mengedarkan pandangan ke semua penjuru ruangan. Melihat tamu undangan yang hadir saat itu untuk mejalankan aksinya mencari cewek lain yang mungkin bisa diajak ngobrol di sana. Dan tanpa ia tahu tiba- tiba pandangannya terhenti pada sosok wanita yang berada di samping pintu masuk dengan mengenakan dress merah menyala di sana.
Viela yang juga tak henti- hentinya melihat tingkah Reza pun menyadari pandangan aneh Reza kepada wanita itu. Tak ayal hati Viela pun bertanya- tanya siapa sebenarnya wanita itu? Mengapa mereka berdua saling bertatapan seperti itu? Seperti tatapan kerinduan?
“Oh ya ampun, bukankah itu Sandra?” Tanya Bella terlebih pada dirinya sendiri.
“Sandra?” Tanya Viela meyakinkan.
“Iya Vie. Itu yang ada di samping pintu masuk yang pakai dress merah.” jawab Bella sambil melirik Reza yang masih tetap menatap Sandra.
“Kamu kenal?” lagi- lagi Viela bertanya penasaran.
“Dia teman Yoga, mantan Reza.” jawab Bella terus terang tanpa takut menyakiti hati orang yang bertanya. Viela hanya bisa menelan ludahnya, kerongkongannya tiba- tiba saja kering.
“Dia cantik banget.” batin Viela.
“Cuma mantan Vie.” kata Bella seakan- akan mengerti suara hati Viela.
“Oh my god Vie. Dia kayaknya mau nyamperin kita deh, bener kan dia ke sini.” sambung Bella saat melihat Sandra berjalan mendekati tempat mereka berada.
“Hai Rez, apa kabar?” sapa Sandra tanpa memperdulikan wanita disamping Reza yang tak lain adalah Viela.
“Baik. Kamu sendiri?”
“Aku juga baik. Udah lama ya kita nggak ketemu.”
“Ya lumayan, sekitar dua tahun.”
Dan obrolan mereka berdua pun berlanjut. Reza bersyukur bisa bertemu dengan Sandra malam ini, wanita yang tak pernah ia lupakan sampai detik ini. Wanita yang selalu ia impikan akan kembali bersamanya lagi. Seketika itu pula Reza melupakan Viela, bahkan tak sedikitpun ia menoleh kepadanya dan mengenalkan Viela sebagai kekasihnya kepada Sandra.
Bella benar-benar tidak habis fikir dengan kelakuan Reza yang menurutnya terlalu berlebihan kepada Viela. permainan apalagi yang akan Reza mainkan kali ini. Perasaan berdosa pun seketika muncul saat melihat Viela yang masih bisa tersenyum kepadanya saat dia dilupakan dan diabaikan seperti ini. Bagaimana pun juga, Bella juga seorang wanita yang pastinya juga mengerti dengan posisi dan perasaan Viela saat ini. Tapi ia tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini, karena bagaimana pun juga Bella salah satu orang yang ikut andil dalam permainan yang Reza buat.
Hari semakin gelap, acara demi acara pun terlaksana dengan lancar. Ulang tahun Yoga benar- benar meriah walau pun hanya dihadiri oleh sebagian teman dekatnya saja. Reza masih asyik berbincang dengan Sandra. Sampai akhirnya waktu pulangpun tiba dan perbincangan mereka pun terhenti.
“Kita pulang sekarang!” ajak Reza kepada Viela.
“Aku pulang duluan ya Bel. Yoga sekali lagi selamat ulang tahun.” pamit Viela kepada Yoga dan Bella.
“Makasih Vie.” kata Yoga berterimakasih dan Bella pun hanya membalas pamit Viela dengan anggukan dan lambaian tangan.
“Pestanya keren. Sekali lagi happy bhirthday Ga.” ucap Reza.
“Makasih Za, hati- hati di jalan.”
Reza mengacungkan jempolnya kepada Yoga dan berlalu meninggalkan rumah sahabatnya itu. Seperginya Reza dan Viela, Bella pun berkacak pinggang di depan Yoga dengan mata melotot. Dan yang di depannya pun tak mengerti maksud tatapan Bella.
“Apaan sih Bel?” Tanya Yoga yang mulai risih di tatap seperti itu oleh Bella.
“Apa ini rencanamu?”
“Maksud kamu?” Yoga yang tidak mengerti dengan arah pembicaraan Bella pun akhirnya hanya bisa balik bertanya.
“Sandra. Kamu sengaja ngundang dia buat nyakitin Viela.” Tebak Bella yang seratus persen benar adanya.
“Iya. Aku memang sengaja ngundang dia buat nyakitin Viela. Lalu apa masalahnya?”
“Kamu masih tanya apa masalahnya?”
“Emang apa masalahnya?”
“Ya ampun Yoga. Kamu kan tahu Sandra itu siapa. Dia satu-satunya cewek yang belum bisa Reza lupain sampai saat ini.”
“Terus?”
“Ya terus ngapain harus dia yang kamu undang? Kamu mau sahabat kita galau lagi karena ketemu sama Sandra?”
“Tenang aja kali Bel. Reza nggak akan galau lagi karena masalah ini. Dia bahkan mungkin akan berterimakasih sama aku. Karena berkat acaraku ini dia bisa ketemu lagi sama mantan yang masih dia cintai.”
“Huh… terserah deh” kata Bella sebal sambil berlalu meninggalkan Yoga, yang ditinggal hanya bisa heran tak mengerti dengan sikap aneh Bella.
Sementara itu di luar rumah Yoga. Reza berjalan bersama Viela tanpa obrolan sedikitpun. Keduanya sama- sama diam sampai akhirnya mereka hendak masuk ke dalam mobil langkah Reza terhenti ketika melihat Sandra berdiri sendiri di ambang pintu pagar rumah Yoga. Tanpa basa-basi, seketika itu juga Reza menghampiri Sandra yang sedang berdiri sendirian di sana. Viela hanya menghela nafas menerima perlakuan Reza yang sepertinya tidak menghargai Viela sebagai kekasihnya.
“Ngapain di sini sendirian?” sapa Reza kepada Sandra.
“Oh.. Reza.. kamu nggak pulang?”
“Kamu sendiri?” Tanya Reza balik.
“Aku nunggu teman aku. Tadinya sih bareng ke sininya tapi kayaknya dia pulang duluan deh.”
“Yaudah kalau gitu bareng aku aja.” ajak Reza tanpa memikirkan Viela yang sedang menunggunya di dalam mobil.
“Nggak pa-pa nih?” Tanya Sandra sambil melirik Viela yang ada di dalam mobil Reza.
“Ya nggak pa-pa, udah yuk!”
Dan akhirnya Sandra pun menyetujui tawaran Reza. Malam ini dada Viela benar- benar sesak melihat Reza bersama wanita lain sampai-sampai air matanya serasa sudah menggenang penuh, ingin secepatnya keluar dari matanya. Tapi Viela berusaha menahannya. Bagaimana pun juga Viela belum tahu pasti maksud Reza seperti ini kepadanya.
“Tenang Vie.” kata Viela terlebih kepada dirinya sendiri.
Reza melihat Viela yang sudah duduk manis di dalam mobil sambil berjalan menghampirinya bersama Sandra. Rasa bingung mulai menderanya, dia bahkan sudah lupa membawa Viela malamini. Tapi bukankah memang ini tujuan Reza sebenarnya, membalaskan rasa sakitnya. Viela keluar dari dalam mobil menyambut Reza dan Sandra.
“Vie.. kamu bisa kan duduk di belakang dulu.” ucap Reza dengan kejamnya.
“Nggak usah Za. Biar aku aja yang dibelakang.” ucap Sandra.
“Nggak pa-pa kamu didepan aja. Iya kan Vie?”
“I-iya.” jawab Viela sambil menelan ludahnya sendiri.
Reza senang sekali bisa melihat raut wajah kecewa Viela. Dari dalam lubuk hatinya Reza bersyukur bisa bertemu dengan Sandra malam ini. Reza tersenyum sinis melihat Viela duduk di belakang dengan membuang wajahnya ke luar jendela mobil.
Pikiran Viela melayang jauh dari tempat ia berada saat ini. Baru satu bulan lamanya dia bersama Reza. Apakah memang seperti inilah Reza sebenarnya? Iya memang benar Reza terkenal play boy tapi setahu Viela cowok yang play boy itu pandai menyembunyikan hubungannya dengan cewek lain. Sedangkan Reza seakan-akan malah pamer di depan kekasihnya yang tak lain Viela sendiri kalau dia berhubungan dengan cewek lain. Apa sebenarnya yang ada di hati dan pikiran Reza?
Sepanjang perjalanan tak henti- hentinya Reza berbincang dengan Sandra sambil sesekali tertawa. Banyak cerita Reza dan Sandra yang tidak dimengerti Viela. Rasanya Sandra lebih mengenal siapa Reza sebenarnya dan itu semua berhasil memojokkan Viela yang sedari tadi serasa tak dianggap keberadaanya.. Sampai akhirnya Sandra menyadari keberadaannya dan bertanya kepada Reza tentang dirinya.
“Dia teman aku.” jawab Reza datar. Viela mendongakkan kepalanya terkejut mendengar jawaban itu. Apa sebenarnya semua ini? Rasanya baru satu bulan kemaren Reza jelas-jelas menyatakan perasaannya kepada Viela dan mereka meresmikan hubungan mereka. Mengapa sekarang Reza hanya menganggapnya sebagai teman?
Rasa marah tiba-tiba muncul dalam hati Viela mendengar jawaban itu. Tapi bukan Viela namanya kalau dia tiba-tiba marah kepada Reza saat ini. Sudah satu tahun lebih Viela belajar menahan amarahnya, dan sekarang dia harus tetap bisa menahannya. Seperti apapun perlakuan Reza terhadapnya, ia akan coba terus bersabar dan menggantikan jeritan hatinya dengan senyuman. Sama seperti satu tahun yang lalu cara Viela menyikapi kebencian ibunya kepada dirinya.
Setelah tiga puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai di rumah Sandra. Sesampainya di sana Reza langsung membukakan pintu untuk Sandra. Lambaian dan senyuman tak henti-hentinya Reza lakukan sampai melihat Sandra menghilang di balik pintu rumahnya. Viela sudah berganti posisi duduk di samping Reza saat ini. Dia berusaha terlihat sebiasa mungkin setelah melewati kejadian tadi.
“Pasti dia marah sama aku, biarin aja biar dia tahu rasanya sakit hati. Siapa suruh berlagak sok jual mahal sama Reza.” batin Reza bangga.
“Reza…” panggil Viela berusaha memulai obrolan mereka yang sedari tadi terasa kaku.
“Iya.” jawab Reza sambil terus mengemudikan mobilnya.
“Makasih ya udah ngajak aku ke pesta Yoga malam ini. Aku seneng banget untuk pertama kalinya setelah satu tahun yang lalu aku pergi ke pesta teman aku.” ucap Viela tulus sambil terus mengembangkan senyumnya.
Reza terkejut mendengar ucapan terimakasih yang Viela lontarkan barusan. Bagaimana mungkin dia malah berterima kasih dan tersenyum setelah kejadian malam ini? Reza benar- benar tidak mengerti dengan kelakuan cewek di sampingnya itu. Normal nggak sih kalau dia nggak marah setelah apa yang Reza lakukan dari tadi kepadanya? Bagaimana bisa cewek bersikap setegar itu?
Sepanjang perjalanan mereka pulang pun Viela tidak membahas dan bertanya sedikit pun tentang Sandra. Dan alhasil perilaku Viela ini semakin membuat hati Reza bertanya-tanya dan tentunya semakin geram kepada Viela. Bagaimana mungkin tidak? Rencana Reza yang seharusnya sudah berhasil menyakiti perasaaan Viela dan membuatnya marah tidak berhasil sama sekali. Malah sebaliknya dia berterima kasih kepada Reza.
“Benar- benar aneh.” batin Reza.
***
Reza langsung membanting tubuh di atas tempat tidurnya setelah sampai di kamarnya. Pikirannya melayang jauh ke masa lalu, mengenang masa-masa kebersamaannya bersama Sandra. Wanita yang sampai detik ini belum sekalipun dia lupakan. Bahkan dialah satu-satunya alasan Reza tidak bisa membuka hatinya untuk wanita lain sehingga ia hanya bisa mempermainkan perasaan wanita bahkan Viela.
Hubungan mereka sangatlah indah. Tak pernah ada pertikaian. Mereka sama-sama mengerti akan satu sama lain. Hingga akhirnya suatu ketika keadaan membuat mereka berpisah.
“Aku akan melanjutkan study ku di luar kota Za.” Ucap Sandra kala itu.
Reza sangat terkejut mendengar pernyataan Sandra. Melanjutkan study di luar kota berarti dia harus berpisah jarak dengan Sandra. Reza tidak akan sanggup menjalaninya.
“Apa kau sudah berfikir matang-matang tentang keputusanmu ini?”
“Iya Za. Aku sudah memikirkannya. Sudah dari jauh-jauh hari aku ingin member tahumu, tapi selalu saja waktunya tidak tepat. Dan baaru sekarang aku bisa memberi tahumu.”
“Lalu bagaimana dengan hubungan kita?”
“Kita masih bisa berhubungan baik meskipun jarak memisahkan kita Za.”
“Berhubungan baik katamu? Aku akan jarang bertemu denganmu San. Ini tidak adil. Aku tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh.”
“Apa kamu tidak percaya padaku Za.”
“Bukan. Bukan itu masalahnya. Bukan aku tidak pecaya padamu. Malah sebaliknya aku takut aku yang tidak bisa dipercaya.”
“Aku percaya padamu Za.”
“Aku tidak percaya diri akan hal ini.” Ucap Reza akhirnya.
Sejak saat itulah hubungan mereka berakhir meskipun tidak ada satu pun dari mereka yang mengakhirinya. Dan saat ini Sandra sudah kembali. Mereka dipertemukan lagi. Entah apa yang harus Reza lakukan menghadapi situasi ini. Bagaimana pun juga tidak bisa Reza pungkiri bahwa dia masih sangat mencintai Sandra.
Mengingat tentang Viela. Dia bahkan masing bisa tersenyum setelah apa yang sudah Reza lakukan padanya. Reza masih belum habis fikir tentang Viela, bagaimana caranya agar bisa membuat Viela marah?
“Apa dia tidak normal? Bagaimana dia bisa setabah itu dengan apa yang sudah aku lakukan padanya barusan? Biasanya para wanita akan langsung marah saat kekasihnya mengacuhkannya.” batin Reza yang tak habis fikir dengan reaksi Viela.
Tiba-tiba fikiran jahat pun muncul. Dengan senyuman licik Reza rasa rencana yang akan dilakukannya kali ini akan berhasil membuat Viela naik darah. Reza akan memanfaatkan Sandra untuk melancarkan rencananya. Dengan begitu Reza akan bisa membalaskan dendamnya kepada Viela dan bisa kembali bersama Sandra. Mantan kekasih yang sampai detik ini belum bisa dia lupakan.
“Kita lihat saja Viela, sampai dimana batas kesabaranmu itu.” kata Reza dengan senyum liciknya.
***
Viela mencoba memejamkan matanya berusaha untuk melupakan kejadian malam ini. Tapi rasanya sangat sulit untuk melakukannya. Viela terus saja terngiang akan jawaban Reza saat Sandra menanyakan tentang siapa dirinya. Saat Reza dengan santainya menjawab bahwa Viela hanya temannya.
“Apakah itu artinya Reza memang hanya menganggapku teman? Apa hanya sebatas itukah aku baginya? Apa yang harus aku lakukan?” Tanya Viela kepada dirinya sendiri.
Viela benar-benar merasa bingung dengan hubungan yang sedang ia jalani saat ini. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana dengan perlakuan Reza yang seakan-akan terus mengacuhkannya. Pikirannya terus berkecamuk sampai akhirnya ia terlelap dengan sendirinya saat tanpa disadari rasa kantuk mulai menyerangnya.
BAB 5
BALAS DENDAM REZA
Cahaya matahari pagi masuk ke sela-sela ruangan kamar Viela. Menyilaukan mata seakan-akan memberi tahu bahwa hari kemaren telah berlalu dan telah berganti hari yang baru. Hari dimana Viela harus menjalani aktivitasnya seperti biasa. Enggan rasanya Viela bangkit dari tempat tidurnya. Seluruh badannya serasa menolak untuk melakukan apapun. Mengingat malam kemarin yang ia jalani bersama Reza.
Mengingat kejadian itu, Viela langsung memejamkan matanya kembali mencoba menghilangkan kenangan itu. Berharap bahwa semua yang terjadi hanya mimpi buruk semata. Lama Viela memejamkan mata hingga akhirnya ia bangkit dan bergegas ke kamar mandi. Walau bagaimana pun juga hari ini harus ia lalui. Meskipun enggan rasanya pergi ke sekolah hari ini, tapi mau tidak mau Viela harus pergi. Karena jika tidak, akan banyak pertanyaan yang akan timbul dari ayah dan ibunya. Dan Viela tidak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu nantinya.
Sesampainya di sekolah. Viela langsung masuk ke dalam kelas dan membaringkan kepalanya ke atas meja. Hari ini benar-benar ingin segera Viela akhiri. Rasanya lelah meskipun ini baru pukul delapan pagi. Kejadian kemaren malam telah sukses membuat mood Viela buruk hari ini.
Bella yang duduk di samping Viela pun terus mengamati gerak gerik Viela. Dia tidak habis fikir dengan perubahan sikap Viela yang kembali terlihat murung. Firasatnya berkata bahwa ada sesuatu yang sedang Viela pikirkan dan ia pendam. Bella tidak bisa hanya berdiam diri dan mengacuhkan temannya yang malang itu. Setidaknya dia harus tau apa sebenarnya yang ada di dalam fikiran Viela.
“Ada apa Vie?” Tanya Bella akhirnya dan yang ditanyapun merasa terkejut dengan pertanyaan Bella yang tiba-tiba hingga membuyarkan lamunannya tentang Reza.
“Ah Bella. Iya kenapa Bel?”
“Aku yang harusnya nanya gitu Vie, kamu kenapa?”
“Aku? Aku nggak kenapa-kenapa.”
“Bohong. Jelas-jelas kamu dari tadi murung, ada apa? Kamu bisa percaya padaku. Katakan apa yang mengganggu fikiranmu?”
Viela menimbang-nimbang tentang tawaran Bella. Haruskah ia mengutarakan semua kegelisahannya ini pada teman sebangkunya? Selama setahun yang lalu Viela terbiasa memendam perasaannya sendiri. Dia tidak pernah bicara pada siapapun tentang kesedihannya selama ini, dan ia merasa tersiksa sendiri dibuatnya.
“Mungkin ini saatnya aku mencoba berbagi kesedihanku dengan orang lain.” batin Viela sambil menatap Bella yang masih setia menunggu cerita Viela.
“Aku mau menanyakan sesuatu padamu?” Tanya Viela akhirnya mencoba memulai.
“Tanyakan tentang apa saja kepadaku, aku pasti menjawabnya.” Jawab Bella dengan pasti.
“Ini hanya perumpamaan Bel. Apa kau akan marah saat kekasihmu mengenalkanmu kepada orang lain sebagai temannya bukan kekasihnya?” Tanya Viela ragu-ragu dan yang ditanya langsung menggebrak meja dihadapannya. Spontan semua mata yang ada di kelas itu menatap aneh kearah mereka berdua. Bella yang menyadari tatapan aneh teman-temannya kembali duduk dan menatap Viela.
“Siapa yang melakukan itu padamu? Apa dia Reza?” Selidik Bella yang seratus persen benar.
“Bukan Bel, aku kan hanya bilang ini perumpamaan.” Jawab Viela berbohong.
“Dengar Vie. Kamu mau tau kan jawabanku atas pertanyaan konyolmu itu, dan jawabanku pastinya adalah iya. Aku akan marah padanya.”
“Kenapa?”
“Kenapa? Ya ampun Viela, kamu masih tanya kenapa? Dengar seorang kekasih tidak seharusnya seperti itu, dia harus bisa menerima apa adanya kekasihnya. Dia seharusnya tidak malu mengenalkan kekasihnya kepada orang lain. Jika ada yang melakukannya maka dia tidak tulus mencintai kekasihnya. Berarti dia malu mengakui kekasihnya.”
“Benarkah seperti itu?”
“Iya. Sekarang jawab pertanyaan ku. Apa Reza memperlakukanmu seperti itu?” Selidik Bella lagi mencoba mencari kebenaran dari raut wajah Viela yang seolah-olah terus berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.
“Reza mencintaiku Bel, dia tidak mungkin melakukannya.” Jawab Viela sekenanya.
Bella membuang nafas dengan kasar mendengar jawaban Viela. Dia yakin kalau Viela sedang berbohong. Pasti Reza yang melakukannya. Bagaimana pun juga Bella tahu niat jahat Reza yang sebenarnya. Dia tahu kalau Reza tidak tulus mencintainya.
Setelah melihat kejadian kemaren malam di pesta Yoga yang dengan jelas Reza mengabaikan Viela. Bella yakin seratus persen bahwa Reza melakukan apa yang ditanyakan Viela tadi padanya. Tangannya mengepal dengan kuatnya hingga kuku-kuku jarinya terlihat memutih. Bella tidak bisa membiarkan niat jahat Reza terus-menerus. Dia harus menghentikan Reza. Bagaimana pun dia juga seorang wanita yang pastinya mengerti dengan posisi Viela saat ini.
Saat waktu istirahat tiba Bella bergegas menghampiri Reza dan Yoga yang pastinya sedang ada di kantin. Bella hafal betul dengan kebiasaan mereka berdua. Meskipun Reza dan Yoga kakak kelasnya tapi dia sangat dekat dengan mereka berdua. Mereka bertiga sudah saling mengenal satu sama lain sejak mereka kecil. Bahkan bisa di bilang hubungan mereka sudah seperti keluarga sendiri, orang tua mereka pun bersahabat.
“Apa yang kamu lakukan pada Viela?” Tanya Bella to the point sambil menggebrak meja di hadapan Reza dan Yoga.
“Oh ya ampun Bel. Kamu ngagetin tau nggak, bisa-bisa jantungan aku.”
“Ada apa Bel, kenapa kamu tiba-tiba datang sambil marah-marah gitu?” Tanya Yoga keheranan.
“Tanya aja sama dia.” Jawab Bella sambil menunjuk Reza.
“Apaan sih Bel?” kata Reza akhirnya yang tidak diterima di tuding seperti itu oleh Bella.
“Dengar ya Rez. Udah cukup permainan kamu ini, kamu nggak boleh terus-terusan mainin perasaan tulus Viela ke kamu.”
“Kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba kayak gini? Dari dulu kan kamu tau kalau aku emang suka mainin cewek. Terus kenapa sekarang kamu jadi sewot gitu?”
“Aku nggak masalah kalau itu cewek lain, tapi masalahnya ini Viela.”
“Terus kenapa kalau sama Viela?” Tanya Yoga ikut-ikutan membela Reza.
“Viela teman aku. Aku nggak suka kalau kamu mainin perasaan dia.”
“Udah deh Bel, nggak usah mellow gitu. Teman kamu kan cuma kita berdua. Apa kamu lupa kalau dia itu kakaknya Puteri? Puteri Alexander anak Rustam Alexander.” Kata Reza mengingatkan Bella tentang kenyataan pahit tentang masa lalu kakak semata wayangnya yang meninggal dunia karena Puteri, adik Viela.
Kejadian itu sudah terjadi 3 tahun yang lalu saat Bella duduk di bangku kelas VIII SMP. Saat itu ketika ia menunggu Doni kakak semata wayangnya di dalam mobil dengan sopir pribadi mereka. Dia melihat Doni yang berlari mengejar seorang gadis berkuncir kuda yang tak lain adalah Puteri di pinggir jalan raya. Bella tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kakaknya dan gadis itu. Dia tidak bisa mendengar pembicaraan mereka tapi dengan jelas Bella bisa melihat apa yang sedang terjadi saat itu.
Saat itu Doni terlihat sedang berusaha menjelaskan sesuatu kepada Puteri. Dia terus memohon kepada Puteri agar mau mendengarkan penjelasannya dan menerima boneka dolphin berwarna pink di tangan Doni. Tapi dengan kasarnya Puteri melempar boneka itu hingga jatuh ke jalan raya. Dan kemudian Doni beranjak mengambil boneka itu ketika tiba-tiba sebuah truk akhirnya menabrak tubuh Doni hingga mengeluarkan suara dentuman yang keras. Puteri yang menyadari kejadian itu hanya diam mematung tanpa melakukan apapun. Sedangkan Bella langsung turun dari mobil dan menghampiri kakaknya yang penuh dengan darah.
Nyawa Doni tak tertolong sebelum dia sampai di rumah sakit terdekat, Doni meninggal dunia, meninggalkan Bella dan kedua orang tua mereka. Bella sangat murka dengan Puteri semenjak kejadian itu. Meskipun orang tua Bella tidak mempermasalahkannya ke pihak polisi dan hanya mengikhlaskan kepergian Doni, tapi Bella tidak bisa menerima semua itu. Bella berjanji akan membalaskan dendam kakak semata wayang nya. Tapi belum sempat Bella membalaskan dendam kakaknya. Puteri telah meninggal dunia karena kecelakaan yang tidak Bella ketahui kecelakaan seperti apa yang menimpanya.
“Apa yang sudah aku lakukan?” Tanya Bella terlebih kepada dirinya sendiri.
“Nggak perlu merasa bersalah seperti itu Bel.” Kata Yoga menenangkan Bella yang mulai meneteskan air matanya.
“Ga, Rez, apa yang kita lakukan ini benar? Bukankah yang bersalah itu Puteri bukan Viela?”
“Apa bedanya mereka berdua. Bukankah Viela juga ada di sana saat kejadian itu? Apa yang dia lakukan? Dia menarik tangan Puteri dan membawanya pulang tanpa memperdulikan kondisi kakakmu yang tak lain adalah pacar Puteri adiknya sendiri.” Terang Reza kembali mengingatkan Bella kenyataan yang ada.
“Tapi tetap saja aku merasa ….”
“Kita nggak perlu membahas masalah ini. Kita udah sepakat nggak akan ngomongin masalah ini di tempat umum.” Potong Yoga menghentikan ucapan Bella.
“Dengar Bel. Kalaupun kamu nggak berpihak sama kita lagi, aku akan tetap dengan pendirianku. Aku akan membalaskan dendam sahabatku Doni meskipun itu hanya kepada Viela kakak Puteri. Aku akan meninggalkannya saat dia sudah benar-benar jatuh kedalam pelukanku.” Janji Reza penuh semangat. Dan tanpa mereka sadari di sana ada sepasang telinga yang mendengar semua pembicaran mereka bertiga.
***
Reza menghampiri Viela yang tengah duduk bersender di pohon yang rindang di halaman sekolah. Mengingat tentang rencana busuknya hari ini. Dia harus bisa membuat Viela naik pitam dan merasakan sakit yang lebih dari yang pernah ia rasakan saat kehilangan Doni, dan saat ia secara tidak langsung ditolak mentah-mentah olehnya.
“Ngapain di sini sendirian?” Tanya Reza tiba-tiba hingga membuat Viela membuka matanya yang sedari tadi ia pejamkan.
“Aku hanya merasakan semilir angin mengusap wajahku.” jawab Viela kembali berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia menyendiri di sini dan memejamkan mata hanya untuk membuang fikiran yang bukan-bukan tentang Reza.
“Nggak ke kantin?” Tanya Reza lagi.
“Aku dibawain bekal sama mama.”
“Oh.”
“Rez.”
“Hemm.”
Seketika Viela ragu untuk menanyakan apa yang dikatakan Bella tadi padanya atas pertanyaanya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Apa ini waktu yang tepat untuk meminta penjelasan Reza?
“Ada apa?” Tanya Reza berpura-pura menyelidiki meskipun dia tahu bahwa Viela ingin kejelasan darinya.
“Ah tidak. Tidak ada apa-apa.”
“Katakan saja. Aku tau kamu ingin mengatakan sesuatu padaku.” Pancing Reza.
“Emmmb … apa kamu mau menemaniku ke toko buku nanti sepulang sekolah?” Tanya Viela akhirnya memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Reza untuk dia menjelaskannya sendiri tanpa harus ia tanyakan. Bukankah Reza seharusnya sudah mengerti dengan semua yang sudah ia lakukan pada Viela. Tentang semua sikap yang telah ia berikan pada Viela. Dan yang perlu Viela lakukan sekarang hanyalah berpura-pura tidak ada keganjalan dalam hubungan mereka. Viela hanya ingin terlihat sebiasa mungkin dihadapan Reza.
“Ke toko buku?” Tanya Reza mengulangi pertanyaan Viela. Reza benar-benar tidak mengerti dengan cewek di sampingnya itu. Harusnya dia, ah entahlah. Reza akan mengikuti arus jalan Viela. Dia hanya perlu membuat hati Viela sakit dengan tidak menghiraukannya nanti. Sepertinya ini kesempatan yang bagus untuk Reza menjalankan aksi jahatnya itu.
“Iya, ke toko buku. Aku ingin membeli beberapa buku pelajaran di sana.”
“Baiklah. Aku tunggu nanti di tempat parkir sepulang sekolah.”
***
Usai bertemu dengan Reza di halaman sekolah. Viela pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya sebelum kembali ke kelas. Suasana toilet terasa sangat sepi. Tidak ada satu pun siswa yang berada di sana. Viela langsung mencuci semua tangannya sampai ia mendengar suara gaduh dari arah pintu toilet wanita itu. Tanpa diberi aba-aba pun Viela menoleh ke arah kegaduhan itu. Dan di sana dia melihat Luna, mantan kekasih Reza yang sudah berdiri menyilangkan kedua tangannya di depan dada menghadap kearah Viela.
“Hai Vie, sendirian aja nih.” Kata Luna terdengar tak bersahabat.
“Iya, aku hanya ingin mencuci tangan.” Jawab Viela akhirnya sambil berjalan kearah pintu hendak keluar dari ruangan itu. Tapi dengan sigap Luna mencekal lengan Viela mencegahnya untuk keluar.
“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Viela yang kesakitan menerima cekalan tangan Luna di lengannya.
“Apa kamu bodoh? Reza hanya mempermainkanmu, dia hanya bersenang-senang denganmu.” Ejek Luna.
“Apa yang kamu inginkan?”
“Jauhi Reza, dia milikku!” kata Luna mengancam.
“Maaf Luna. Aku nggak mau terlibat dalam urusan kamu sama Reza, karena yang aku tahu Reza sudah mengakhiri hubungannya denganmu. Jadi sekarang lepaskan tanganku.” Viela mencoba menarik tangannya sampai akhirnya Luna melepaskannya. Tapi tanpa ia sadari Luna menampar pipinya dan mencakarnya hingga pipi kiri Viela berdarah.
“Itu balasan buat kamu karena udah berani ngerebut Reza dari aku.” Kata Luna akhirnya sebelum pergi dari toilet itu.
Viela meringis merasakan perih di pipinya. Dia tidak membalas Luna meskipun rasanya dia ingin menjambak rambut wanita itu. Dia sadar bahwa Reza memang terkenal play boy dan hal ini pasti akan terjadi padanya. Jadi tidak heran kalau Viela lebih memilih diam menghadapi mantan-mantan Reza.
Bella yang melihat Viela memasuki kelas dengan pipi berdarah pun bertanya-tanya tentangnya. Tidak bisa dia pungkiri bahwa dia sangat prihatin dan merasa kasihan kepada Viela. Tapi di sisi lain dia teringat akan apa yang dikatakan Reza dan Yoga padanya. Bahwa Viela juga ikut andil dalam kecelakaan Doni kakaknya.
“Apa itu sangat menyakitkan?” Tanya Bella akhirnya yang tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia khawatir kepada teman sebangkunya itu.
“Hanya perih sedikit.” Jawab Viela dengan senyumnya.
“Apa Luna yang melakukannya?” tebak Bella yang seratus persen benar.
“Bukan. Bukan dia yang melakukannya.”
“Jangan berbohong padaku Vie. Hanya Luna yang bisa melakukan itu. Hanya dia mantan Reza yang memiliki sifat tempramen tinggi. Hanya dia yang masih ngejar-ngejar Reza sampai sekarang.”
Viela hanya diam mendengar tebakan Bella. Dia memilih tidak mau ambil pusing dengan kejadian di toilet hari ini. Mungkin ini salah satu resiko menjadi kekasih seorang Reza. Bella mendengus kesal menerima kenyataan Viela bisa setabah itu dengan semua yang dialaminya selama ini. Bagaimana pun dirinya juga seorang wanita, hal ini pasti tidak akan mudah untuk Viela.
***
Usai sekolah sesuai dengan janji yang dibuat Reza dan Viela. Akhirnya mereka pergi ke toko buku bersama. Reza sedikit terkejut melihat pipi kiri Viela terluka seperti terkena cakaran kuku, tapi dia berusaha tidak memperdulikannya. Dia tidak terlihat khawatir sama sekali dan Viela pun hanya diam tidak angkat bicara untuk menceritakan kejadian di toilet tadi.
Reza hanya menunggu Viela yang tengah memilih buku yang akan ia beli. Rasa bosan pun menghinggapi Reza hingga dia berkali-kali menguap menahan kantuk yang tiba-tiba datang.
“Apa kau bosan?” Tanya Viela yang menyadari Reza sedari tadi terus menguap.
“Ah tidak, sudah memilih bukunya?”
“Iya, aku sudah mendapatkan buku yang kucari, ayo kita pergi!”
Viela beranjak kearah kasir dan membayar buku yang ia beli dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Setelah pergi dari toko buku Viela dan Reza memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum mereka pulang. Reza memilih sebuah tempat makan yang lumayan nyaman dan asri. Viela seketika langsung jatuh cinta pada tempat ini. Menu yang ditawarkan sangat menarik dan sesuai dengan kantong para remaja sekolah seperti dirinya dan Reza.
Viela terlihat sangat menikmati keberadaannya saat ini. Berdua dengan orang yang ia cintai di tempat yang asri seperti ini. Senyuman pun tak pernah lepas dari bibir Viela. Sedangkan Reza tersenyum licik melihat Viela yang terlihat nyaman saat ini. Reza tidak sabar menunggu kedatangan seseorang dan melancarkan aksinya kali ini. Hingga akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggunya pun tiba. Seketika itu pula Reza melambaikan tangannya kepada seseorang tersebut.
“Ah maaf telat, jalanan macet. Kalian pasti udah lama nunggu.” Kata seseorang tersebut meminta maaf kepada Reza dan Viela karena keterlambatannya. Viela terkejut mendapati seseorang itu ada di sana, di tengah-tengah mereka berdua.
“Nggak pa-pa kok San. Kita juga baru nyampek, iya kan Vie?”
“I-iya” Jawab Viela tergagap. Dia benar-benar tidak menyangka hal ini akan terjadi lagi padanya. Berada di tengah-tengah antara Reza dan mantan kekasihnya Sandra yang ia temui di pesta ulang tahun Yoga.
“Nggak pa-pa kan kalau aku ngundang Sandra buat makan bareng kita Vie?” Tanya Reza mencoba memancing emosi Viela.
“Tentu, silahkan duduk San.”
“Ah terimakasih.”
“Kamu mau pesan apa?” Tanya Reza sambil menyodorkan menu makanan kepada Sandra.
“Aku minum aja Rez, aku udah makan tadi.”
“Emmm… kalau begitu bagaimana kalau minum hot chocolate, kamu paling suka minuman ini di sini kan?”
“Ah kamu masih mengingat itu rupanya, boleh.”
Reza memesan pesanan mereka bertiga dan terus berbincang dengan Sandra tanpa memperdulikan keberadaan Viela. Lagi-lagi seperti ini. Viela hanya diam mendengarkan mereka yang tengah asyik bernostalgia tentang masa lalu mereka. Dan Viela dibuat terkejut setelah mengetahui bahwa tempat ini adalah tempat makan favorit mereka berdua dulu.
Sesekali Reza melirik ke arah Viela. Mencoba mencari tahu reaksi yang ditunjukkan Viela saat ini, tapi yang ia lihat hanya senyum Viela. Dia tersenyum seolah-olah ia tidak merasa terganggu sama sekali akan keberadaan Sandra. bahkan Viela tidak segan-segan ikut nimbrung saat punya kesempatan.
Seketika pikiran buruk pun memenuhi kepala Reza. Apa Viela tidak normal? Apa dia bisa membaca fikiran seseorang? Apa dia sebenarnya sudah tahu niat jahat Reza dari awal hingga dia hanya bersikap kebalikan dari yang Reza harapkan?
“Apa saat ini kamu sedang sendiri Rez?” Tanya Sandra tiba-tiba membuyarkan lamunan Reza memikirkan kemungkinan yang terjadi akan sikap yang Viela tunjukkan.
“Maksudmu?”
“Maksudku saat ini kamu single apa nggak?”
“Apa?” Tanya Reza balik. Terkejut mendengar pertanyaan Sandra yang terlalu berterus terang.
“Kenapa? Kenapa kamu terkejut mendengar pertanyaanku? Bukankah kamu bilang bahwa Viela hanya teman kamu?”
Reza bingung harus menjawab apa. Di satu sisi Reza senang Sandra masih peduli padanya, di sisi lain ada Viela yang sebenarnya adalah kekasih Reza. Suasana di tempat itu tiba-tiba hening sampai akhirnya Viela mengangkat suara dan memberikan jawaban atas pertanyaan Sandra.
“Saat ini dia single.”
Reza terkejut mendengar jawaban Viela. Ada apa dengan dirinya? Batin Reza terus bertanya-tanya. Harusnya ia senang mendengar jawaban itu dari mulut Viela sendiri, dengan begitu berarti dia menunjukkan kalau dia cemburu dan tidak tahan dengan situasi ini. Bukankah ini yang Reza inginkan? Membuat Viela sakit hati.
“Benarkah? Kalau begitu maukah kamu kembali padaku Rez? Kita mulai dari awal bersama-sama. Aku sudah ada di sini. Dan aku berencana pindah ke sekolahmu.” kata Sandra yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Ia sangat senang bertemu kembali dengan Reza di pesta ulang tahun Yoga waktu itu. Dan ia sudah memutuskan untuk mengajak Reza kembali padanya saat Reza tadi menghubunginya dan memintanya untuk menemui dirinya di tempat makan favorit mereka dulu.
“Apa?” lagi-lagi Reza malah bertanya balik dan terkejut atas pertanyaan Sandra. Ini semua diluar skenario yang telah ia rencanakan. Saat ini malah ia merasa dilema tidak tahu harus memberi jawaban apa. Di sisi lain ia senang, teramat senang mengetahui bahwa Sandra seseorang yang belum bisa ia lupakan sampai saat ini masih mencintainya. Tapi di sisi lain ia tiba-tiba merasa tidak enak hati di depan Viela. Bukankah seharusnya dia menjawab “iya, aku mau” atas ajakan Sandra? Dengan begitu Viela akan benar-benar sakit hati kali ini. Tapi kenapa Reza merasa sangat sulit untuk mengatakannya?
“Ah apa aku terlalu berterus terang? Maafkan aku, suasana jadi canggung karena pertanyaan ku.” Kata Sandra akhirnya setelah melihat Reza seakan-akan enggan menjawab perasaannya.
“Tidak apa-apa San, jangan meminta maaf. Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta.” Kata Viela akhirnya menenangkan.
“Kamu benar Vie, tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Aku tidak akan memaksamu menjawabnya sekarang Rez. Aku tahu seharusnya aku tidak mengatakan ini saat kita bersama Viela. Aku akan memberimu waktu.”
***
Suasana hening pun dirasa Viela dan Reza dalam perjalanan mereka pulang setelah makan siang tadi. Viela enggan membuka mulutnya, mereka berdua larut dalam fikiran mereka sendiri-sendiri sampai tiba-tiba Reza menghentikan mobilnya dan memukul stir kemudi dengan kasar. Viela terkejut melihat reaksi Reza yang tiba-tiba seperti itu.
“Sial.” Umpat Reza dan Viela pun hanya diam.
“Apa kamu sudah tidak waras? Kenapa kamu bilang padanya kalau aku single?” Tanya Reza akhirnya. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dia benar-benar frustasi dengan sikap Viela selama ini yang selalu tenang meskipun Reza dengan terang-terangan mencoba menyakiti perasaannya.
“Bukan aku yang mengatakannya, tapi kamu sendiri yang mengatakannya.” Jawab Viela sebiasa mungkin, berharap emosinya tidak meledak saat itu juga.
“Apa? Aku yang mengatakannya?”
“Kamu yang bilang kalau aku hanya teman kepadanya.”
“Lalu apa yang kamu lakukan saat aku mengatakan itu kepada Sandra? Apa kamu marah? Tidak kan? Apa kamu masih normal?” Teriak Reza yang sudah benar-benar kehabisan akal menghadapi Viela.
“Apa yang kamu ingin aku lakukan untuk itu? Apa aku harus menyiram air ke wajahmu di depan Sandra? Apa aku harus menamparmu saat itu juga? Apa yang harus aku lakukan? Apa?” Tanya Viela dengan frustasi sambil menaikkan nada bicaranya lebih tinggi dari Reza. Yang ditanya pun terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan Viela saat itu.
Reza menatap lekat wajah Viela yang penuh dengan emosi. tapi dia heran bahkan di saat seperti ini tidak terlihat sama sekali mata Viela berkaca-kaca. Jika ini terjadi pada wanita lain pasti wanita itu sudah menangis sambil memaki-maki kekasihnya. Tapi yang dilakukan Viela saat ini hanya diam menatap Reza.
“Aku tidak berbeda dengan wanita lain Rez, aku juga punya perasaan. Kamu bertanya padaku tentang kenormalanku? tentu saja aku normal. Aku marah sangat teramat marah mendengar semua itu dari mulut kekasihku sendiri. Aku ingin menamparmu saat aku diacuhkan begitu saja. Aku ingin menjambak rambut wanita lain yang sedang kamu rayu dihadapanku. Aku ingin melakukan semua itu.”
“Lalu kenapa kamu tidak melakukannya?”
“Karena aku mencintaimu, karena aku takut kehilanganmu, karena aku takut kalau aku merubah dirimu menjadi seperti yang aku inginkan kamu akan pergi meninggalkanku.”
Reza termangu mendengar jawaban Viela. Dia tidak menyangka hanya karena alasan itu Viela tidak pernah marah sedikitpun atas perlakuan Reza selama ini kepadanya. Bukankah sudah sewajarnya sepasang kekasih melarang kekasihnya melakukan hal yang tidak disukainya? Tapi Viela berbeda, dia benar-benar tidak mempermasalahkan semua tindakan Reza padanya selama ini. Asalkan dia bisa bersama dengan Reza itu saja sudah cukup baginya. Seketika itu juga Reza menyadari ketulusan Viela padanya.
“Ini tidak benar, sungguh ini salah.” gumam Reza terlebih kepada dirinya sendiri.
“Kamu memang kekasihku tapi bukan milikku. Aku memang kekasihmu tapi aku tidak mempunyai hak untuk mengatur hidupmu. Aku ingin cinta yang murni, tanpa keterpaksaan, menerima kekurangan satu sama lain, dan saling melengkapi. Itulah yang ingin aku jelaskan padamu.” Ucap Viela akhirnya sebelum ia turun dari mobil Reza dan menjauh darinya.
Reza hanya menatap kosong jalan dihadapannya. Tiba-tiba rasa bersalahpun menghampirinya. Dia tahu bahwa dia bukanlah tipe seseorang yang akan terpengaruh dengan perasaan tulus seorang wanita. Tapi dengan Viela, entahlah rasanya hatinya terketuk oleh perasaan tulus yang Viela berikan padanya. Benar kata Bella, dia harus mengakhiri semua ini, dia tidak boleh memperlakukan Viela seperti ini.
***
BAB 6
DILEMA BELLA
Bella benar-benar tidak tenang dengan semua ini. Hatinya berkecamuk membenarkan sisi hati yang baik untuk mengatakan niat jahat Reza sebenarnya kepada Viela dan mengakhiri balas dendam ini. Tapi di sisi lain hati yang jahatpun memberontak mengatakan bahwa semua ini memang sudah seharusnya ia lakukan kepada Viela yang tak lain kakak Puteri, karena sudah membuat Doni meninggalkan keluarganya untuk selamanya. Lama Bella menimang-nimang keputusannya sampai akhirnya ia mengambil jaket serta kunci motornya untuk menemui Viela.
Bella sudah bertekad akan mengakhirinya saat ini juga. Tidak peduli tentang reaksi Viela nanti, dia sudah tidak peduli tentang omelan Yoga dan Reza nanti setelah mengetahui semua rencananya sudah ia katakana kepada Viela. Dia juga tidak perduli jika setelah nanti Viela mengetahui yang sebenarnya dia akan dijauhi oleh Viela. Ini sudah menjadi keputusannya, ia tidak boleh membiarkan Viela disakiti sahabat-sahabatnya.
Bella menghentikan motornya saat tiba di rumah depan rumah Viela.Setelah mengetuk pintu dan menunggu beberapa detik akhirnya pintu terbuka dan keluarlah seorang wanita paruh baya yang Bella yakini sebagai ibu Viela.
“Selamat siang tante.” Sapa Bella ramah.
“Siang, siapa ya?” Tanya Maya ibu Viela keheranan.
“Saya Bella teman Viela, apa saya boleh bertemu Viela?”
“Oh teman Viela, masuklah nak, kebetulan Viela baru saja pulang.”
“Baru pulang? Sekolah kan sudah selesai dari dua jam yang lalu tan?”
“Iya tante tahu. Tadi Viela pamitnya mau mampir ke toko buku, dia bareng sama nak Reza kok.”
“Reza?” Tanya Bella seolah-olah meyakinkan dirinya bahwa yang didengarnya memang nama Reza, sahabatnya sendiri.“Apa yang kali ini dia lakukan pada Viela?” batin Bella.
“Iya nak, ada apa?”
“Oh tidak tan, tidak ada apa-apa.” Jawab Bella berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.
“Kamu langsung masuk aja ke kamar Viela, kamarnya ada di atas sebelah kanan tangga pintu nomor dua. Tante akan buatkan minuman dulu untuk kalian.”
“Terimakasih tante.”
Bella pun akhirnya bergegas menuju kamar Viela sesuai dengan arah yang diberikan Ibu Viela. Sesampainya di depan pintu kamar itu Bella mengetuk hingga akhirnya Viela muncul dihadapannya dengan wajah yang terlihat sangat lesu.
“Ya ampun Vie, ada apa?” Tanya Bella yang terkejut melihat raut wajah temannya itu. Rambut acak-acakan dengan baju seragam yang masih melekat ditubuhnya.
“Tidak ada apa-apa Bel, masuklah!”
“Jangan menyembunyikan apa-apa lagi dariku. Apa ini ada kaitannya dengan Reza?”
“Tidak.”
“Dengar Vie, aku ingin jujur padamu tentang Reza, Sebenarnya……”
“Reza hanya menjadikanku sebagai kekasihnya untuk balas dendam.” Potong Viela dan Bella pun terkejut mendengar Viela sudah mengetahui rencana Reza.
“Da-dari mana kamu tahu?”
“Aku bahkan sudah mendengar semua yang kalian bicarakan di kantin tadi.”
“A-apa?”
“Maafkan aku Bel, aku tidak tahu kalau kamu adik Doni kekasih adikku Puteri.”
“Tidak Vie. Aku yang harusnya minta maaf, seharusnya aku tidak membiarkan Reza melakukan itu untukku.”
“Aku pantas mendapatkannya.”
Obrolan merekapun terhenti ketika Ibu Viela datang membawa dua gelas jus jeruk di atas nampan untuk mereka berdua. Setelah Bella berterima kasih Ibu Viela pun pergi meninggalkan kamar Viela.
“Aku benar-benar tidak tahu kalau laki-laki yang tertabrak waktu itu adalah kekasih Puteri.” Gumam Viela dengan tatapan kosong.
Kejadian itu terjadi secara tiba-tiba. 3 tahun yang lalu saat itu Viela sedang membeli es krim di kedai seberang jalan sekolah mereka dulu sambil meenunggu kedatangan Puteri yang katanya ingin pergi ke toilet. Setelah mendapatkan es krim pesanannya dan Puteri, dia bergegas kembali ke depan gerbang sekolah sambil terus menunggu Puteri yang sampai saat ini belum terlihat.
Saat tengah asyik menikmati es krim yang baru dibelinya tiba-tiba ia mendengar suara dentuman yang sangat keras sampai ia menjatuhkan semua es krim yang ada di tangannya. Kecelakaan itu terjadi tepat di depan matanya. Tidak jauh dari tempat ia berdiri, ia melihat seorang anak laki-laki yang memakai seragam sama persis dengan dirinya tergeletak di tengah jalan dengan penuh darah disekujur tubuhnya. Dan di pinggir jalan itu ia melihat Puteri yang tengah berdiri mematung menyaksikan kejadian itu. Dengan tergesa-gesa Viela menghampiri Puteri yang tampak sangat ketakutan.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya Viela khawatir melihat wajah Puteri yang pucat, dan yang ditanya pun tidak menjawab pertanyaan Viela.
“Ayo kita pergi dari sini!” Ajak Viela menarik tangan Puteri yang sepertinya enggan untuk pergi dari tempat ia berdiri saat ini.
Viela membawa Puteri pulang, dan selama beberapa hari setelah kejadian itu Puteri tidak banyak bicara. Dia lebih sering mengurung dirinya di kamar, Sampai akhirnya kedua orang tua Viela membawa Puteri ke dokter. Mereka khawatir Puteri syok karena melihat kecelakaan tragis itu di depan matanya.
Puteri memang sangat tertutup jika mengenai hubungan pribadinya, Viela bahkan tidak pernah tahu kalau adiknya yang saat itu masih duduk di kelas VIII SMP sudah mempunyai kekasih. Sebuah kenyataan yang pahit baru ia ketahui tadi siang di kantin sekolah, saat dengan tidak sengaja Viela mendengar obrolan Bella, Yoga dan Reza.
“Lupakan semua itu, aku sudah mengikhlaskan kepergian kak Doni.” Kata Bella akhirnya setelah mendengar semua cerita Viela.
“Aku benar-benar minta maaf Bel.” Ucap Viela sambil terisak, Bella pun akhirnya memeluk teman malang nya itu.
BAB 7
KEMBALINYA CINTA MASA LALU
Sandra sungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia benar-benar kembali. Bahkan saat ini dia tengah duduk berdua di dalam kelasnya bersama dengan Reza. Alangkah bahagianya Reza saat ini. Serasa telah menemukan cintanya kembali. Orang yang benar-benar ia cintai nyata ada di depannya saat ini.
“Apa kamu bahagia?” Tanya Sandra yang sedari tadi melihat senyum Reza.
“Tentu saja.”
“Apa ini artinya kamu dan aku masih akan menjadi kita?”
Reza bungkam. Tak tahu harus menjawab apa. Bukankah orang yang Reza cintai hanya lah Sandra. Mengapa dalam hatinya kini ada rasa bersalah kepada Viela?
“Kenapa Rez?”
“Tidak. Tidak ada apa-apa. Bisakah kita tidak membahas masalah ini dulu?”
“Oh baiklah.”
Rasa kecewa terlihat jelas di wajah Sandra setelah mendengar jawaban Reza. Bukan hal ini yang ingin dia dengar. Seketika itu juga Sandra merasa curiga dengan hubungan Reza dan Viela. Tidak mungkin kalau mereka tidak memiliki hubungan special. Bukankah selama ini yang Sandra tahu teman dekat Reza hanya Yoga dan Bella?
“Apa kamu haus? Mau pergi ke kantin menemaniku?” ajak Sandra.
“Tentu.”
Mereka berdua mulai berjalan menuju kantin sekolah. Dan ketika di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan Viela. Reza merasa semakin tidak enak hati tatkala melihat reaksi Viela yang seakan-akan tidak melihat kehadiran Reza dan Sandra.
“Tenangkan hatimu Vie.” Ucap Viela dalam hati menguatkan dirinya sendiri.
Viela merasa sesak dan mulai berkaca-kaca. Tak sanggup rasanya menerima kenyataan pahit ini. Orang yang paling dia cintai selama ini telah meluluh lantahkan hatinya, membuat luka yang dalam di dalam hatinya. Setelah Viela sudah merasa tidak tahan lagi membendung air matanya. Ia segera pergi ke kamar mandi dan menumpahkan air matanya di sana. Rasa hatinya semakin pilu setelah melihat Reza dan Sandra bersama.
Sedangkan di waktu yang sama di kantin sekolah.Sandra tengah asyik bercerita meski Reza tidak fokus mendengarkan cerita Sandra. Fikirannya melayang jauh memikirkan Viela. Memikirkan sakit hati yang Viela alami karena dirinya.
“Apa yang kamu fikirkan Za?” Tanya Sandra yang menyadari bahwa Reza tidak sedang mendengarkan ceritanya.
“Ah tidak. Tidak ada yang aku fikirkan. Apa kamu sudah selesai? Bisakah kita kembali ke kelas?”
“Tentu.”
Sandra yakin kalau Reza tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Dia sangat mengenal Reza. Bukan hanya satu atau dua tahun mereka saling mengenal satu sama lain. Sandra harus mencari tahu apa sebenarnya yang sedang Reza sembunyikan darinya.
***
Sepulang sekolah Luna dan teman-temannya pergi ke kafe di dekat sekolah mereka. Saat tengah asyik mengobrol mata Luna tak sengaja bertemu dengan Sandra. Dan akhirnya fikiran licikpun terlintas di benaknya. Dia tahu kalau Sandra adalah orang yang sangat Reza cintai. Dan dia juga tahu kalau Sandra juga masih sangat mencintai Reza. Bahkan dia juga tahu kalau Sandra tidak mengetahui hubungan Reza dan Viela.
Senyuman licik menghiasi wajah cantik Luna. Ini adalah kesempatan yang baik untuk dirinya bisa menghancurkan hubungan mereka. Ambisi Luna untuk mendapatkan Reza sangat lah besar. Hingga dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Reza kembali.
“Bukankah dia Sandra anak baru di sekolah kita?” Tanya salah satu teman Luna yang menyadari keberadaan Sandra.
“Aku dengar dia mantan Reza yang masih sangat dicintai Reza.” Ucap seorang temannya lagi.
“Benarkah?” Tanya Luna yang seakan-akan tidak mengetahui hal itu.
“Iya Lun. Aku juga dengar kalau dia juga masih mencintai Reza.”
“Apa setelah ini dia juga masih akan mencintai Reza?” Tanya Luna kepada kedua temannya.
“Apa maksudmu Lun?”
Kedua teman Luna tampak tidak mengerti dengan yang Luna katakan. Mereka juga semakin tidak mengerti ketika tiba-tiba Luna berdiri dan memandang tajam ke aarah Sandra.
“Kamu mau kemana Lun?”
“Kalau aku tidak bisa memenangkan hati Reza. Maka tidak boleh ada seorang pun yang bisa memenangkan hatinya.” Ucap Luna khirnya sebelum dia mulai berjalan menjauhi meja yang dia tempati bersama kedua temannya dan menghampiri Sandra.
“Hai.” Sapa Luna.
Sandra yang sedikit terkejut dengan kehadiran Luna pun akhirnya menjawab sapaan Luna.
“Hai juga.”
“Boleh aku gabung sama kamu?”
“Oh silahkan.”
Luna akhirnya duduk berhadapan dengan Sandra. Setelah memandang Sandra dari dekat, dia menyadari kalau Sandra memang sangat cantik. Tapi meskipun dia menyadari tentaang haal itu, diaa tetap berfikir bahwa dirinya lah yang paling cantik dan yang paling berhak berada di samping Reza.
“Aku Luna.”
“Sandra.”
“Kita satu sekolah, apa kamu menyadarinya?”
“Ah iya. Aku baru tahu kalau kita satu sekolah. Maaf aku tidak menyadarinya. Aku masih baru.” Jawab Sandra menjelaskan.
“Oh tidak apa-apa. Pindahan dari mana?”
Luna terus menanyakan banyak hal kepada Sandra. Tapi Sandra hanya menjawab singkat. Keberadaan Luna membuat Sandra tidak nyaman. Dia tidak tahu apa maksud Luna sebenarnya. Mendekatinya untuk berteman atau malah sebaliknya? Menjadi musuh dalam selimut?
“Apa kamu mengenal Reza? Dia juga satu sekolah dengan kita?”
“Reza?” Tanya Sandra mengulangi. Dia mulai tertarik dengan obrolan mereka setelah mendengar nama Reza disebut. Dia berfikir kalau Luna pasti tahu sesuatu tentang Reza. Sesuatu yang tidak dia ketahui selama tidak berada di samping Reza.
“Iya Reza. Cowok paling keren di sekolah. Dia kekasihku.”
Bagai halilintar menyambar di siang hari. Sandra sangat terkejut mendengar pernyataan Luna. Dia semakin yakin kalau Luna mempunyai niat tersembunyi untuk mendekatinya. Tapi entah mengapa hati kecil Sandra tidak percaya dengan pernyataan Luna. Dia tahu betul mantan kekasihnya itu. Reza tidak mungkin jatuh cinta dengan cewek centil seperti Luna.
“Kekasihmu?” Tanya Sandra akhirnya mencoba meyakinkan bahwa pendengarannya tidak salah.
“Iya. Kekasih keduanya alias selingkuhannya.”
“Apa? Selingkuhan Reza?” lagi-lagi Sandra terkejut dengaan pernyataan terus terang Luna.
“Iya. Selingkuhan yang sangat Reza cintai. Kamu tahu kan kalau cinta kedua itu pasti lebih disayang.”
“Lalu siapa kekasih pertama Reza?”
“Ah kamu mulai tertarik dengan urusan percintaanku rupanya.”
Luna bersorak dalam hati melihat reaksi Sandra yang terkejut. Dia yakin setelah ini Sandra akan sangat membenci Reza. Dan akhirnya Reza pun kembali ke dalam pelukan Luna.
“Viela.”
“Viela?”
“Iya. Viela. Dia kekasih pertama Reza alias maduku.”
Sandra benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Bukankah dengan jelas waktu itu Reza mengatakan kalau Viela hanya teman untuknya? Dan Viela pun pernah mengatakan kalau Reza saat ini sedang single. Apa maksud dari semua ini? Sandra terus bertanya dalam hati.
“Iya memang dia kekasih Reza. Tapi Reza hanya berniat mempermainkannya. Dia hanya mencintaiku. Viela hanya selingan untuk Reza.”
“Dan kamu bangga akan hal itu?” Tanya Sandra yang mulai kesal dengan arah pembicaraan Luna.
“Maksudmu?”
“Maksudku adalah, kamu bangga menjadi selingkuhan? Apa yang kamu dapatkan dengan menjadi orang kedua dalam hubungan seseorang?”
“Yang aku dapatkan adalah cinta dari Reza. Viela hanya mainan Reza. Hanya aku yang Reza cintai.”
“Kamu yakin dengan hal itu?”
“Tentu saja. Tidak ada orang lain di hati Reza selain aku.” Ucap Luna berbangga hati meskipun kenyataanya semua yang Luna katakan adalah kebohongan belaka.
Sandra akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kafe itu terlebih dahulu. Dia benar-benar syok dengan apa yang didengarnya barusan dari Luna. Hatinya terus berkecamuk. Tidak mungkin Reza yang selama ini dia kenal tega menyakiti hati seorang wanita. Terlebih lagi wanita itu adalah Viela. Wanita yang Sandra anggap baik sejak pertama kali bertemu dengannya.
Sepanjang perjalanan Sandra terus mencoba mencari jawaban atas pertanyaan nya tentang hubungan Viela dan Reza. Mengapa mereka membohongi Sandra? Mengapa Reza tidak berterus terang tentang hubungannya dengan Viela? Apa sekarang Reza benar-benar sudah menjadi orang yang jahat yang tega mempermainkan banyak hati wanita?
***
BAB 8
ULANG TAHUN SEKOLAH : ANTARA VIELA, REZA DAN SANDRA
Hari ini sekolah mengadakan acara camping bersama dalam rangka memperingati hari ulang tahun sekolah yang ke-17. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini tema dalam acara ini adalah kebersamaan. Tahun-tahun sebelumnya biasanya diperingati dengan diadakannya pesta sekolah, tapi kali ini hanya camping bersama dan itu pun hanya di area sekolah.
Berbagai rangkaian acara sudah terlaksana dengan lancar, hingga sampailah pada acara permainan kelompok. Setiap kelompok yang terdiri dari lima orang harus bisa menemukan sebuah materi yang menjelaskan tentang sejarah berdirinya sekolah mereka. Para panitia sekolah yang tak lain adalah OSIS dan para dewan Guru sudah menyembunyikan lima kotak yang berisi tentang sejarah sekolah mereka di tempat yang berbeda. Para kelompok yang sudah diacak tersebut harus bisa menemukan lima kotak tersebut agar bisa membawa pulang hadiah yang sudah disiapkan oleh panitia lomba.
Seperti sebuah skenario yang sudah direncanakan. Viela berada satu kelompok dengan Reza dan Sandra. Bahkan Bella dan Yoga juga satu kelompok dengan mereka. Viela hanya bisa pasrah dengan keputusan Panitia meskipun hatinya menolak berada di tengah-tengah antara Reza dan Sandra.
Dilema besar pun tengah melanda hati Reza saat ini. Dia benar-benar mengutuk Randy, ketua OSIS yang tak lain adalah teman satu kelasnya itu. Dia yakin bahwa ini bukan hanya suatu kebetulan belaka. Tapi berada satu kelompok dengan Viela dan Sandra adalah suatu kesengajaan yang sudah direncanakan Randy. Lihat saja saat ini Randy tengah tersenyum mengejek melihat Reza yang tengah memandangnya.
“Sukses ya Rez.” Ucap Randy tanpa suara dari kejauhan sana.
Reza hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Randy. Entah apa maksud dari semua ini. Sepertinya cinta segitiga antara Viela, Reza dan Sandra sudah tidak menjadi rahasia umum lagi. Semua orang sudah mengetahui hubungan rumit Viela dan Reza.
Rasa canggung sangat terasa di antara mereka bertiga. Apalagi saat ini Sandra sudah tahu hubungan Reza dan Viela meskipun dia berpura-pura tidak tahu tentang semua ini. Sandra tidak ingin kehilangan Reza lagi. Dia bahkan sudah rela pindah sekolah demi mendapatkan Reza kembali. Dia tidak ingin pengorbanannya sia-sia.
Tidak ada satu pun diantara mereka berlima yang berkata sepatah kata pun hingga suasana canggung itu semakin terasa. Baru kali ini Viela berada sedekat ini dengan Reza setelah kejadian tempo hari sepulang dari kafe saat acara makan siang bersama Sandra. Dan Reza pun merasakan hal yang sama. Bingung tidak tahu harus bagaimana saat berada di dekat Viela setelah kejadian itu.
Bella yang sudah tahu cerita sebenarnya pun sangat merasa kasihan melihat Viela berada di posisi itu saat ini. Kalau saja dirinya yang berada diposisi Viela saat ini, pasti lah Bella hanya bisa menahan tangis. Tapi lihatlah Viela saat ini. Dia bahkan dengan tegarnya berpura-pura tidak terjadi apa-apa diantara Viela dan Reza. Bahkan terkadang senyum pun mengembang di bibir Viela.
“Ehemb … kita harus mulai dari mana dulu nih nyarinya?” Tanya Yoga akhirnya memecah keheningan.
“Emmb bagaimana kalau kita nyarinya ke perpustakaan dulu. Aku yakin kita bisa menemukan sesuatu di sana.” Jawab Bella akhirnya. Bersyukur karena Yoga sudah berhasil memecahkan keheningan yang melanda di antara mereka.
“ Boleh.” Jawab Reza dan Viela secara bersamaan. Tatapan mereka bertemu hingga seketika keheningan itu kembali.
“Ok kalau gitu ayo kita jalan!” ajak Sandra yang menyadari tatapan antara Reza dan Viela. Mencoba untuk tidak memberikan momen untuk Reza dan Viela.
Mereka berlima mulai berjalan beriringan menuju Perpustakaan sekolah. Kelompok lain sepertinya belum ada yang menuju ke Perpustakaan. Kelompok lain banyak memilih mencari di area terbuka seperti taman sekolah, lapangan sekolah, dan area parkir.
“ Kenapa kita harus berada di kelompok bisu ini sih Bel?” bisik Yoga kepada Bella yang sudah merasa bosan dengan keheningan dalam kelompok mereka.
“Husss … apaan sih kamu.”
“Bel, apa sebaiknya kita pergi saja dari sini. tidak seharusnya kita berada di sini. Biarkan Reza menyelesaikan situasi ini sendiri. Kalau seperti ini terus, saling diam tanpa rencana yang matang, bagaimana kita bisa memenangkan lomba ini? Aku yakin kita bisa memenangkan lomba ini meskipun hanya kita berdua yang mencarinya”
“Diamlah bawel!” ucap Bella akhirnya yang tak tahan dengan ocehan Yoga.
“Apa katamu? Bawel?” teriak Yoga yang tidak terima dikatakan Bawel oleh Bella hingga membuat Viela, Reza dan Sandra menoleh ke arahnya.
“Dasar ceroboh.” Umpat Bella kepada Yoga.
“Ada apa Ga? Kenapa kamu tiba-tiba berteriak?” Tanya Sandra
“Ah tidak. Tidak ada apa-apa. Ayo kita lanjutkan jalannya sebelum ada kelompok lain yang ke Perpustakaan!”
Bella geleng-geleng kepala dengan kelakuan Yoga yang menurutnya selalu aneh. Lihat saja sekarang dia hanya tersenyum kepada Bella sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Benar sepertinya masih belum ada kelompok lain yang ke Perpustakaan. Lihatlah saat mereka berlima tiba. Pintu perpustakaan masih tertutup rapat dan di dalam hanya ada mereka berlima. Mereka mulai berpencar mencari kotak itu di ruangan yang lumayan luas itu.
Saat berjalan ke hujung rak perpustakaan, Sandra menemukan satu kotak kosong tergeletak di sana. yang menyadari ada sesuatu di atas rak buku di hujung sana pun menghampiri rak itu. Seketika fikiran jahat pun muncul di kepala Sandra. Dia mengambil kotak itu dan mengisinya dengan banyak buku lalu meletakkannya di rak buku paling atas dengan kursi. Setelah meletakkannya, kursi yang dipakainya pun dijaukan dari tempat itu. Dia berniat untuk mencelakai Viela. Dia akan menyuruh Viela mengambil kotak itu. Dia yakin Viela akan mengira kalau kotak itu adalah kotak yang harusnya mereka temukan dari tadi. Kalau Viela cidera maka dia tidak akan bisa melanjutkan pencarian lagi. Otomatis tidak akan ada Viela lagi dalam kelompok mereka. Dan Reza hanya akan melihatnya bukan Viela.
Sandra mulai berjalan ke lain arah mencari Viela. Dia harus bisa membujuk Viela agar mau mengambil kotak itu. Bukan kotak itu yang akan Viela dapat tapi runtuhan buku-buku yang akan dia dapatkan hingga akan membuat Viela cidera.
“Viela.” Panggil Sandra tatkala sudah melihat Viela di sana dan menghampirinya.
“Sandra. Ada apa?”
“Aku sepertinya melihat sesuatu di sana.”
“Sesuatu apa San?”
“Seperti sebuah kotak, mungkin itu yang di maksud panitia tadi. Tapi aku tidak bisa mengambilnya karena terlalu tinggi.”
“Benarkah? Kalau begitu kita harus beri tahu yang lain agar kita bisa mengambilnya.”
“Ah jangan. Biar kita lihat dan pastikan dulu. Baru kita beritahu mereka, bagaimana?”
“Baiklah kalau begitu. Dimana tempatnya?”
“Lewat sini.” Sandra menunjuk arah menuju rak di hujung sana.
Sesampainya mereka berdua di rak buku yang Sandra maksud. Viela pun mencoba mengambil kotak itu. Tapi tubuhnya tidak sampai hingga dia berinisiatif untuk mencari pijakan, tapi tak kunjung ditemukan juga pijakan itu. Biasanya di perpustakaan ada kursi yang sengaja di letakkan di sana untuk pijakan saat mengambil buku yang ada di rak paling atas. Tapi sekarang entah kemana perginya kursi pijakan itu. Mata Viela terus memutar mencari kursi itu tapi tak ditemukannya juga.
“Aku juga tidak bisa mengambil ini San, ini terlalu tinggi. Mungkin kalau kita meminta tolong kepada Reza atau Yoga kita bisa menggapainya.”
“Ah masak kamu nggak bisa sih Vie, kamu kan lumayan tinggi. Coba deh naik ke rak ini.”
Viela menurut dengan yang dikatakan Sandra. Dia menaiki rak paling bawah dan mencoba menggapai kotak itu. Perlahan dia bisa mencapai kotak itu. Dan dengan susah payah Viela mencoba menariknya. Hingga akhirnya…
“Awas!” teriak Reza sambil berlari menghampiri Sandra dan melindunginya dari runtuhan buku yang bahkan tidak akan mengenainya sama sekali.
Teriakan Reza sangat keras hingga terdengar oleh Yoga dan Bella. Mereka berdua segera berlari menghampiri tempat ketiga temannya itu. Bella membelalakkan matanya ketika melihat Viela sudah tersungkur di lantai dengan tumpukan buku di sana, dan Reza yang memeluk Sandra mencoba melindunginya.
“Ya ampun Vie, kamu nggak papa?” Tanya Bella lalu mencoba membantu Viela berdiri. Reza yang menyadari bahwa dia sudah salah melindungi Sandra pun hanya bisa diam.
Reza semakin tidak enak hati melihat keadaan Viela dan membiarkan Viela melihatnya dengan jelas mencoba melindungi Sandra daripada dirinya. Hati Viela pun semakin tersayat melihat Reza lebih memperhatikan Sandra daripada dirinya. Padahal yang terluka di sana adalah Viela bukan Sandra.
“Makasih ya Rez.” Ucap Sandra dengan puas hati. Rencananya berjalan dengan lancar. Bahkan sangat lancar. Viela terluka dan Reza datang di saat yang tepat.
“Apa kamu bisa berdiri?” Tanya Yoga yang melihat Bella kesusahan membantu Viela berdiri.
“Rasanya kaki ku terkilir.” Viela mencoba menahan tangisnya. Meskipun sakit di kaki dan hatinya terus berkecamuk.
Reza yang awalnya hendak menolong Viela pun mengurungkan niatnya ketika melihat dengan sigap Yoga memapah Viela dan menggendongnya. Bella yang sangat kecewa kepada Reza pun ikut meninggalkan tempat itu, pergi membawa Viela ke ruangan P3K. Bukan hanya kaki Viela yang terkilir. Tapi kening Viela juga berdarah akibat terkena goresan buku tebal yang sengaja Sandra letakkan di kotak itu.
Sesampainya di ruang P3K Bella segera mengobati luka Viela. Sedangkan Yoga meninggalkan mereka berdua di sana untuk memberitahukan kondisi Viela kepada panitia acara. Yoga yang sedari tadi terlihat antusias mengikuti lomba dan yakin akan memenangkannya pun sudah tidak peduli lagi. Setelah selesai member tahu panitia dan mengundurkan diri dari lomba, Yoga kembali menghampiri Bella dan Viela.
“Apa sangat sakit?” Tanya Bella yang tidak tega melihat luka di kening Viela.
“Bukan kening atau kaki ku yang sakit Bel. Tapi di sini, di dalam hati ini. Rasanya hancur melihat kekasihku sendiri lebih memperdulikan orang lain daripada aku.” Batin Viela
“Tidak. Hanya perih sedikit.” Jawab Viela akhirnya.
“Vie.”
“Iya.”
“Apa kamu tahu? Dulu aku juga pernah jatuh cinta kepada Reza. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan ketampanan Reza? Bagiku dia dulu adalah orang yang sangat sempurna. Setiap kali kakakku bertanya tentang akan kemana kalau aku sudah lulus sekolah. Aku pasti akan menjawab akan pergi kemana pun Reza pergi. Konyol bukan?” Bella berterus terang menceritakan masa lalu yang dia simpan rapat-rapat selama ini kepada Viela. Berharap Viela juga akan berterus terang tentang perasaannya saat ini.
“Lalu bagaimana sekarang perasaanmu?” Tanya Viela yang sedikit terpancing dengan cerita Bella.
“Perasaanku? Kepada Reza maksudmu?”
“Iya.”
“Aku sudah mengubur dalam-dalam perasaanku padanya setelah tahu kalau dia hanya menganggapku sebagai seorang adik. Lagipula aku tidak mau sakit hati karena banyak saingan. Aku sudah melupakannya dan menganggap Reza kakakku.”
“Benarkah? Butuh berapa lama agar kamu bisa melupakan Reza.”
“Kita akan bisa melupakan masa lalu kita setelah kita menemukan cinta yang lain.”
Viela mencoba meresapi kata-kata sederhana Bella. Tapi dia kembali teringat dengan Reza. Bagaimana dengan Reza yang masih mencintai Sandra? Apa Reza memang sangat mencintaniya sehingga meskipun ada orang lain di hatinya tetap Sandra yang paling utama?
“Apa yang kamu rasakan saat ini?” Bella akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Sedari tadi Bella sangat penasaran dengan perasaan Viela saat melihat Reza bersama Sandra tadi.
“Aku tidak merasakan apapun.”
“Jangan berbohong padaku Vie. Bagaimana mungkin kamu bilang kalau kamu tidak merasakan apapun saat melihat orang yang kamu cintai lebih memperhatikan orang lain? Jangan jadi orang yang munafik Vie. Wajar kalau kamu sakit hati. Wajar kalau kamu menangis. Jadi menangislah kalau memang kamu ingin menangis. Maaf kalau aku berkata kasar padamu.”
“Memang sakit Bel, tapi aku tidak peduli dengan sakit itu. Aku berhak mendapakannya.”
“Tidak. Jangan berkata seperti itu lagi. Kematian kakakku Doni tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu. Ini hanya salah faham.”
“Salah faham bagaimana maksudnya Bel?” Tanya Yoga yang tidak sengaja mendengar percakapan Viela dan Bella.
“Yoga. Sejak kapan kamu berdiri di sana?” Tanya Bella yang khawatir Yoga mendengar cerita masa lalunya tentang perasaanya kepada Reza.
“Sejak kamu bercerita tentang perasaanmu kepada Reza.” Jawab Yoga dengan suara yang entah mengapa terdengar seperti ada nada kekecewaan di sana.
“Aku perlu bicara berdua denganmu.”
Bella akhirnya membawa pergi Yoga keluar dari ruangan Viela. Dia harus memastikan kalau Yoga tidak akan menceritakan tentang perasaan konyolnya itu kepada Reza.
“Aku tidak akan membocorkan rahasiamu kepada siapapun.” Ucap Yoga akhirnya seakan mengerti dengan isi hati Bella.
“Ah syukurlah kamu memang yang terbaik.”
“ Tunggu dulu. Apa maksudmu tadi? Semua ini hanya salah faham?”
“Iya Ga. Kita hanya salah faham kepada Viela selama ini.”
Bella menceritakan semua yang dia ketahui. Mulai dari Viela yang tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka di kantin. Tentang rasa bersalah yang Bella rasakan hingga dia memutuskan untuk pergi ke rumah Viela untuk minta maaf. Dan menceritakan kejadian yang sesungguhnya kepada Yoga.Seketika raut wajah Yoga pun berubah. Ada rasa sesal di sana. Dia sangat merasa bersalah kepada Viela.
“Kita harus memberi tahu Reza yang sebenarnya Bel! Sebelum dia menyakiti Viela lebih dalam lagi.”
“Iya Ga. Aku juga berfikir seperti itu. Aku hanya menunggu momen yang tepat untuk menceritakan semua ini kepada kalian berdua.
“Aku harus minta maaf kepada Viela.” Tegas Yoga akhirnya.
***
BAB 9
PENYESALAN REZA
Reza merebahkan tubuhnya di sofa kamarnya setelah membaca buku harian Viela. Air matanya tiba-tiba membasahi kedua pipinya. Fikirannya benar-benar kacau saat ini. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Viela selama ini menjalani hidup yang sangat sulit. Belum lagi rasa bersalah kepada Puteri karena telah menyebabkan adiknya meninggal dunia sembuh. Dia juga harus menghadapi kebencian ibunya.
Sesak rasanya membaca buku harian itu. Rasa bersalahpun tiba-tiba menghinggapi Reza. Begitu malangnya nasib kekasih yang telah ia acuhkan itu. Bagaimana Viela bisa setegar itu menerima perlakuan dunia ini kepadanya? Ingatan saat Reza menyakiti perasaan Viela pun berputar seperti film.
Saat Reza dengan sengaja merayu teman sekolah Viela di depan matanya. Saat dia mengacuhkan Viela di pesta ulang tahun Yoga. Saat dia dengan jahatnya tidak menanyakan apapun tentang luka di kening Viela. Saat dia dengan sengaja membawa Viela bertemu dengan mantan kekasihnya Sandra. Saat dengan teganya dia membiarkan Viela terluka di ruang perpustakaan. Semua itu terulang seperti film yang diputar.
“Dasar bajingan.” Umpat Reza terlebih kepada dirinya sendiri.
“Siapa yang bajingan Za?” Tanya Bella yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamar Reza.
“Bella?” Hanya itu yang bisa Reza katakan sangking terkejutnya mendapati kedua sahabatnya yang sudah ada di dalam kamarnya.
“Kamu nangis Za?” Tanya Yoga yang menyadari bahwa sahabatnya tengah menangis.
“Ada apa datang kemari malam-malam begini?” Tanya Reza seakan menghindar dari pertanyaan Yoga.
“Aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu.” Kata Bella akhirnya setelah ia duduk di samping Reza.
“Aku ingin kamu menghentikan permainan ini. Aku ingin kamu tahu kalau Viela tidak sejahat yang kamu pikirkan.”
“Apa maksudmu Bel?” Tanya Reza yang masih belum mengerti dengan arah pembicaraan Bella.
“Viela sudah tahu semuanya.”
“Maksudmu?” Reza kembali bertanya seakan tak sabar mendengar penjelasan Bella yang menurutnya terlalu berbelat-belit.
“Viela sudah tahu rencana kita. Dia mendengarnya sendiri saat kita bertiga membicarakan tentang kak Doni dan Puteri di kantin.”
“Apa?”
Akhirnya Bella pun menceritakan secara detail tentang Viela. Tentang ketidak tahuannya mengenai hubungan Puteri dan kakaknya Doni. Dia menceritakan semua kebenaran itu kepada Reza.
“Jadi karena ini dia tidak marah atas semua perbuatanku kepadanya?” tiba-tiba Reza teringat tentang sikap yang Viela tunjukkan selama ini.
“Ya Tuhan. Apa yang sudah kita lakukan?” Reza pun menyesali perbuatannya.
***
Di sekolah Reza selalu menghindar tiap kali melihat Viela. Dia tidak tahu dengan apa yang harus dia lakukan saat berhadapan dengan Viela. Rasa tidak tega seketika muncul saat melihat luka di kening Viela. Reza mengutuk dirinya sendiri. Jangankan untuk bertemu mengucapkan kata maaf melalui handphone pun dia tidak bisa melakukannya. Dia terlalu pengecut.
Reza hanya bisa melihat Viela dari kejauhan. Memastikan bahwa dirinya baik-baik saja. Melihat Viela berjalan dengan susah payah seperti itu semakin membuat hati Reza hancur berkeping-keping. Tidak henti-hentinya dia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang sudah menimpa Viela.
“Apa yang kamu lakukan di sini Za?” Tanya Yoga yang tiba-tiba muncul.
“Kamu ini mengagetkanku saja.”
“Habisnya kamu mengendap-ngendap seperti maling. Apa yang tengah kamu lihat?” mata Yoga pun mengikuti arah tatapan Reza.
“Viela. Ngapain kamu mandangin Viela dari sini?”
“Aku tidak berani menghadapinya.”
“hahaha kamu fikir Viela itu apa Za? Dia bukan harimau, dia juga bukan hantu. Kenapa harus takut menghadapinya.”
“Dasar bodoh. Maksudku aku masih belum siap untuk berhadapan langsung dengannya.”
“Kenapa?” Tanya Bella yang tiba-tiba juga muncul di sana dan berhasil membuat Reza dan Yoga terkejut.
“Sepertinya kalian berdua ini memang berjodoh. Suka muncul tiba-tiba dan selalu kepo.” Ledek Reza.
“Bukannya menjawab malah meledekku. Aku Tanya kenapa kamu belum siap berhadapan dengan Viela.”
“Aku terlalu banyak salah padanya Bel. Aku sudah melukai perasaan tulusnya kepadaku.”
“Lalu kapan kamu akan minta maaf padanya kalau seperti ini terus?”
“Entahlah Bel. Aku masih memerlukan waktu untuk itu.
“Semoga kita bisa dimaafkan.” Ucap Yoga akhirnya turut merasakan penyesalan di hati Reza.
***
Viela tengah duduk termenung di pojok kantin sekolah saat Sandra tiba-tiba menghampirinya. Desas desis bisikan teman-temanya pun terdengar jelas ditelinga Viela. Teman-teman satu sekolah mereka mengira kalau Viela lah yang menjadi penyebab rusaknya hubungan Reza dan Sandra. Banyak dari mereka yang bahkan dengan terang-terangan menghina Viela sebagai Pepakor alias perebut pacar orang.
Sandra lah orang yang dengan sengaja menyebarkan gossip itu. Dia seakan-akan berperan sebagai orang yang paling tersakiti. Meskipun sebenarnya hubungan Viela dan Reza ada setelah sekian lama Sandra meninggalkan Reza.
Cinta benar-benar sudah membutakan hati Sandra. Dia benar-benar takut kehilangan Reza hingga dia menghalalkan segala cara agar tetap memenangkan hati Reza. Tak puas dengan mencelakai Viela di Perpustakaan waktu itu. Kini dia malah tambah menghasut teman satu sekolah mereka untuk membenci Viela.
“Hai Vie. Boleh aku duduk di sini?”
“Silahkan.”
“Apa yang sedang kamu lakukan di sini sendirian? Aku lihat kamu tidak sedang makan atau minum. Yang aku lihat kamu malah sedang melamun di sini apa yang tengah kamu fikirkan?.” kata Sandra berpura-pura bersikap manis dihadapan Viela
“Tidak ada San. Aku hanya duduk saja di sini.”
“Aduh Sandra ngapain sih kamu masih peduli sama orang yang udah ngerebut pacar kamu. Sudi duduk bareng sama si bisu juga lagi.” Celoteh salah satu teman wanita di sekolah mereka dengan lantang hingga membuat siswa lain yang ada di kantin itu menoleh kea rah Viela dan Sandra berada.
“Apa maksud kamu?” Tanya Reza yang tiba-tiba muncul kepada wanita yang dengan lantangnya mencemooh Viela. Reza yang sedari tadi memang memantau Viela dari kejauhan pun akhirnya memberanikan diri unjuk suara.
“Aduh Za kamu ini memang tampan. Tapi nggak harus selalu nyakitin perasaan banyak orang juga kali. Lihat Sandra udah rela-relain pindah sekolah demi kamu. Tapi kamu di sini malah pacaran sama Viela.” Jawab wanita itu tidak mau kalah.
“hati-hati dengan ucapanmu. Kamu nggak tahu apa-apa.”
Viela memilih pergi dari kantin saat adu mulut itu terjadi. Perasaannya benar-benar kacau saat ini. Hatinya perih menerima perlakuan teman satu sekolahnya itu tapi di sisi lain dia juga bahagia karena Reza dengan tegasnya seperti membela dirinya. Entah apa maksud dari semua ini.
Sedangkan di sana Sandra merasa sedih atas apa yang sudah Reza lakukan. Membela Viela di depan umum sudah menjadi bukti nyata kalau Reza memang sudah mulai mencintai Viela. Hati Sandra pun akhirnya sadar bahwa yang sudah dilakukannya kepada Viela selama ini adalah suatu kesalahan. Cinta tidak bisa dipaksakan. Dalam hati Sandra memutuskan untuk membiarkan Reza memilih cintanya.
Reza yang menyadari kepergian Viela pun akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat itu juga. Meninggalkan Sandra yang masih tetap mematung di sana. Reza benar-benar murka saat tahu Viela tengah menjadi bahan gunjingan teman satu sekolah mereka hanya karena Reza. Rasa bersalah semakin tebal menyelimuti hati Rezaa. Rasanya tak henti-hentinya Viela merasakan sakit hati hanya karena seorang seperti dirinya. Reza akhirnya bertekad untuk menyelesaikan semua ini. Meminta maaf langsung kepada Viela dan mengatakan semua yang ada dihatinya.
BAB 10
ENDING BAHAGIA
Viela kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Rutinitas yang ia jalani hanya pergi ke sekolah dan kembali ke rumah. Kadang di hari minggu ia habiskan waktu bersama Bella. Sejak kejadian di kantin dua minggu yang lalu Viela tidak pernah lagi bertegur sapa dengan Reza, mungkin lebih tepatnya Viela menghindari Reza. Viela tidak tahu tentang status hubungannya saat ini, dan rasanya Reza pun enggan untuk memperjelasnya.
Hari ini di sekolah Viela hanya termenung duduk sendiri di tempat duduknya.Rasanya enggan keluar dari kelasnya. Dia hanya ingin menenangkan fikirannya tentang Reza. Dia menyandarkan kepalanya di atas meja mencoba untuk memejamkan mata sejenak sampai dia kembali membuka matanya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Spontan Viela membelalakkan matanya melihat Reza sudah ada di samping tempat duduknya yang lebih tepatnya lagi tempat duduk Bella.
“Ada yang ingin aku katakan padamu.” kata Reza mengawali.
“Emmm … katakanlah!”
“Maafkan aku!”
“….”
“Aku tahu aku sudah kelewatan. Aku sudah tahu semuanya dari Bella. Tidak seharusnya aku mempermainkan perasaanmu, maafkan aku!”
“Aku sudah memaafkanmu.”
“Aku terlalu banyak menyakiti perasaanmu. Maafkan aku.”
“Aku yang seharusnya minta maaf sama kamu. Karena ketidaktahuanku kamu, Yoga dan Bella kehilangan orang yang kalian cintai.”
“Tidak. Ini buka kesalahanmu Vie. Jangan terus merasa bersalah dengan masalah ini.”
“Baiklah.”
“Dan tentang hubungan kita, aku …..” Reza seperti sangat susah menelan ludahnya sendiri. Kata-katanya tercekat di tenggorokannya. Ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Biasanya dengan mudah Reza bisa mengatakan kata-kata itu, tapi entah kenapa saat ini kata-kata itu sangat sulit untuk diucapkan.
“Apa?” Tanya Viela yang tidak sabar menunggu Reza.
“Aku mau.. ki-kita, aku mau kita.. kita putus.” dan akhirnya Reza bisa mengatakan kata-kata itu. Viela pun terkejut mendengar kata putus itu.
“Baiklah.” Ucap Viela dengan berat hati. bagaimana pun juga Reza adalah satu-satunya laki-laki yang sangat Viela cintai. Meskipun dia sering menyakiti perasaan Viela. Tapi tetap saja tidak ada yang lebih menyakitkan dari kata putus yang baru saja ia ucapkan.
“Maafkan aku Vie. Aku rasa aku bukan laki-laki yang tepat untuk mendapatkan hati kamu. Aku bukan orang yang baik, aku sering nyakitin perasaan kamu.”
“Aku juga minta maaf karena selalu membuatmu kesal dengan sikap aneh ku.” kata Viela sambil tersenyum.
“Dan ini, aku ingin mengembalikan ini padamu.” kata Reza sambil menyodorkan buku harian Viela ke hadapannya. Viela tampak terkejut melihat buku itu ada di tangan Reza.
“Aku tahu kalau kamu mencintaiku setelah aku membaca buku itu, dan akhirnya aku menyatakan perasaanku padamu waktu itu karena aku yakin kamu pasti akan menerimanya.”
“Ah.. jadi kamu membacanya.” seketika pipi Viela menjadi merah karena malu rahasia yang sudah ia sembunyikan selama ini terbongkar oleh orang yang ia cintai.
“Tenang saja, hanya aku yang mengetahuinya.” kata Reza menggoda dan Viela hanya tersenyum.
“Bisakah kita menjadi teman?” lanjut Reza.
“Tentu saja.”
Lega rasanya setelah rahasia di balik teka teki ini sudah berakhir. Balas dendam yang melelahkan itu pun mereka buang jauh-jauh. Tidak hanya menguras fikiran dan tenaga, balas dendam benar-benar penyakit yang berbahaya bagi hati seseorang. Mengikhlaskan semua yang terjadi adalah hal yang paling baik untuk dilakukan, karena semua yang ada di dunia hanyalah titipan Tuhan. Rencana Tuhan di dalam setiap kejadian tak kan pernah terduga.
***
“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Bella yang terkejut saat tiba-tiba Yoga berlutut dihadapannya.
“Dengar Bel, kali ini aku serius mengatakan semua ini, aku mencintaimu.”
“Ah jangan seperti ini, bangunlah! Kenapa kamu seperti ini?” Bella benar-benar malu karena telah menjadi pusat perhatian semua orang di taman saat itu.
“Aku tidak akan berdiri sebelum aku tahu jawabannya.” kata Yoga tak menghiraukan tatapan orang.
“Ah baiklah, baiklah aku akan memberimu jawaban”
“Jadi?”
“Aku akan menerimamu setelah kamu mau melanjutkan study mu di luar negeri sesuai dengan keinginan orang tuamu.”
“Oh ya ampun, mama ….” Teriak Yoga frustasi sambil berdiri karena ia tahu semua ini ulah mamanya. Pasti mamanya yang menyuruh Bella untuk membujuknya sekolah di luar negeri, dan Bella menggunakan kesempatan ini dengan sangat baik.
“Sudahlah jangan begitu. Orang tuamu pasti menginginkan yang terbaik untukmu bukan?”
“Harusnya kamu tahu kalau aku menolak tawaran mama karena aku tidak ingin jauh dari kamu Bella.”
“Zaman sekarang sudah canggih Yoga. Kita bisa video call kapanpun kamu mau.”
“Tapi tetap saja beda.”
“Beda apanya?”
“Aku sama kamu bakalan jauh. Dan kamu di sini masih akan bertemu dengan Reza. Aku takut kamu jatuh cinta lagi sama dia.”
“Yoga….” Kata Bella sambil menatapnya dengan tajam. Seakan-akan memberi kode bahwa dia tidak akan menerima perasaan Yoga kalau Yoga tidak pergi ke luar negeri dan terus membahas tentang perasaan Bella dulu kepada Reza.
“Aish baiklah baiklah, ok aku akan terima tawaran mama, puas?”. Kata Yoga akhirnya. Dan Bella pun tersenyum puas mendengar Yoga mau menerima tawaran itu. Meskipun nantinya mereka akan berhubungan jarak jauh, tapi Bella yakin mereka pasti bisa melewati semua itu.
***
Di dalam cafe tempat yang sangat nyaman dan asri itu Reza duduk dengan gelisah menunggu kedatangan seseorang yang sudah lama ia tunggu. Reza terus menerus menoleh ke arah pintu masuk berharap seseorang itu muncul, dan akhirnya…..
“Maaf, sudah lama nunggunya?” Tanya Sandra saat sudah berhadapan dengan Reza.
“Tidak, tidak lama kok.”
“Kamu sudah memesan?”
“Belum, aku ingin bicara langsung padamu sebelum kita memesan makanan. Apa aku masih bisa menjawab pertanyaanmu waktu itu?” Tanya Reza akhirnya yang terlihat tidak sabaran. Sandra hanya tersenyum melihat tingkah Reza yang terburu-buru.
“Pertanyaan apa?” Tanya Sandra yang memang tidak mengerti dengan arah pembicaraan Reza.
“Pertanyaan tentang hubungan kita.”
“Oh tentang itu. Aku sudah melupakannya. Aku kira aku tidak membutuhkan jawaban apa-apa lagi darimu. Karena jawabannya sudah jelas. Kamu memilih Viela.”
“Dari mana kamu mengambil kesimpulan seperti itu? Aku ingin bertemu denganmu di sini saat ini karena aku mau bilang kalau Aku mau kita mulai semuanya dari awal”
“Benarkah? Lalu bagaimana dengan Viela?”
“Aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya. Aku hanya berniat balas dendam kepada Viela.
“Balas dendam? Apa maksudmu?”
Reza menceritakan semua yang terjadi kepada Sandra. Tentang Doni dan Puteri pun tak luput dia ceritakan. Sandra merasa bersalah karena sudah berfikir yang tidak-tidak selama ini kepada Viela. Dia bahkan dengan sengaja pernah ingin mencoba mencelakai Viela.
“Ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan?” ucap Sandra setelah mendengar cerita Reza.
“Apa maksudmu?” Tanya Reza yang sedikit merasa aneh dengan ucapan Sandra.
“Aku penyebab dari jatuhnya Viela di Perpustakaan waktu itu. Dan aku juga yang menyebarkan gossip cinta segitiga diantara kita” Jawab Sandra dengan jujur.
“Apa?” Reza lagi-lagi terkejut dengan pernyataan Sandra.
“Iya Za. Aku cemburu padanya. Aku takut kamu benar-benar jatuh cinta kepadanya dan melupakanku. Aku dibutakan cinta Za. Aku menjadi egois karena perasaanku kepadamu.”
“Maafkan aku San. Aku penyebab semua ini terjadi. Aku yang tidak tegas dengan perasaan ku sendiri. Tapi percayalah San. Selama ini hanya kamu yang ada di hatiku.”
“Lalu bagaimana dengan Luna?”
“ Luna? Dia hanya mantanku.”
“Apa kamu juga mencintainya?”
“Tidak San. Sungguh dia hanya pelarianku saja. Aku hanya mempermainkan perasaanya.”
“Benarkah? Jadi sejak kapan kamu jadi sangat jahat seperti ini. Menjadi orang yang tega mempermainkan hati banyak wanita.”
“Sejak kamu pergi meninggalkanku. Aku juga dibutakan dengan cinta.”
“Jadi bagaimana sekarang?”
“Aku ingin kita kembali seperti dulu lagi San. Apa kamu masih mau menerimaku?”
“Baiklah. Tapi ada syaratnya.”
“Syarat? Apa sekarang untuk mendapatkanmu harus ada syarat nya juga?” Tanya Reza yang sedikit tidak sabar dengan keputusan Sandra.
“Iya. Kenapa? Kamu nggak mau?”
“Baiklah. Apa syaratnya?”
“Kamu harus minta maaf kepada semua wanita di sekolah kita yang pernah kamu permainkan hatinya terutama kepada Viela.”
“Kalau kepada Viela tanpa kamu suruhpun aku akan minta maaf padanya. Tapi kepada wanita yang lain sepertinya aku tidak akan bisa.”
“Ya sudah kalau seperti itu aku tidak akan….”
“Ok baiklah. Aku akan melakukannya.”
“Janji?”
“Iya janji. Aku mencintaimu Sandra.”
“Aku juga mencintaimu.”
Sementara itu di tempat lain di waktu yang sama…..
“Sayang ini sepertinya lucu, haruskah kita membelinya?” Tanya Ibu Viela ketika melihat boneka berbentuk hati berwarna pink kesukaan Viela di laman jual beli online.
“Iya bu, lucu.” kata Viela mengiyakan pendapat ibunya.
“Apa kau mau?”
“Tentu.”
Dan inilah akhirnya, happy ending. Meskipun kebahagiaan mereka berbeda. Yoga yang bahagia meskipun harus menjalani long distance dengan Bella. Dan Reza yang sudah kembali bersama Sandra wanita yang selama ini belum bisa ia lupakan. Serta Viela yang menajalani kehidupan bahagianya kembali bersama orang tuanya. Bukankah bahagia itu memang sangat sederhana?
~END~
Epilog
Dia terus mengejar gadis yang sangat ia cintai. Dia harus menjelaskan kesalahpahaman ini sebelum gadisnya benar-benar pergi meninggalkannya. Luna memang benar-benar sangat keterlaluan. Sifat temperament nya benar-benar membuat orang lain menderita. Luna gadis yang tidak pernah mau menerima penolakannya itu terus menjadi parasit dalam hubungannya dengan gadis yang ia cintai saat ini. Dia hanya menganggap Luna sebagai sahabatnya tapi dia tidak mau menerima itu dan meminta lebih darinya.
Saat itu Luna membuat skenario seakan-akan dia memberikan boneka dolphin berwarna pink itu pada Luna. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah dia ingin memberikan boneka itu pada gadis yang ia cintai dan meminta pendapat Luna sebagai wanita. Dengan liciknya Luna menyuruh seseorang memotret dirinya saat meminta pendapat Luna, foto itu sangat lah sempurna sampai-sampai orang yang melihatnya pasti akan mengira dia tengah memberikan boneka itu pada Luna. Di dalam foto itu dia tengah memberikan boneka itu pada Luna dan di sana juga terlihat Luna menerima boneka itu sambil tersenyum.
“Puteri tunggu, aku bisa jelasin semuanya.” kata Doni sambil terus berlari mengejar Puteri yang semakin menjauh.
“Dengarkan aku, aku mohon!” kata Doni saat ia berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Puteri.
“Aku tidak perlu penjelasan apapun dari kamu. Biarkan aku pergi, kakakku sudah menungguku.”
“Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sebelum aku menjelaskan semuanya padamu. Foto itu cuma settingan Put, percayalah padaku! Boneka ini sungguh untukmu”
“Aku tidak mau menerimanya.” kata Puteri sambil melempar boneka itu ke tengah jalan raya. Doni memandang nanar kearah boneka itu yang kini tengah tergeletak di tengah jalan raya.
“Apa kamu akan percaya kepadaku setelah aku mengambil boneka itu?”
“Apa kamu gila?”
“Iya aku gila.Aku gila karena aku mencintaimu, dan akan aku buktikan kalau aku benar-benar mencintaimu.” kata Doni sebelum akhirnya ia berjalan ke tengah jalan raya untuk mengambil boneka itu.
“Apa yang kamu lakukan Doni, itu berbahaya.”
Puteri terus berteriak mencoba memanggil Doni untuk mengurungkan niatnya untuk mengambil boneka itu. Sampai akhirnya ia melihat sebuah truk berjalan ke arahnya dan …..
“Doni…….” Teriak Puteri. Doni terpental hingga jatuh kembali dengan tubuh penuh darah. Ditangannya terdapat boneka dolphin berwarna pink yang saat itu masih sempat Doni ambil.
Puteri seperti tidak mempunyai tenaga sama sekali. Kakinya gemetar hebat, tubuhnya serasa tidak menginjak bumi, tatapan matanya kosong menatap jalanan yang sudah penuh dengan orang sampai Doni tak terlihat oleh matanya lagi.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya kakaknya yang entah tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya.
“Ayo kita pergi dari sini!” Puteri merasakan tangannya ditarik oleh kakaknya. Pikirannya benar-benar kacau saat ini sampai-sampai menangispun ia tidak bisa.
Kabar kematian Doni seperti halilintar menyambar di siang bolong. Puteri tidak tahu apa yang harus ia lakukan tanpa Doni. Seperti apa hari-harinya nanti tanpa orang yang ia cintai? Dunianya seakan runtuh begitu saja. Baru ia sadari bahwa kehadiran Doni sangatlah berarti. Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini kecuali menangis. Mencoba memberi tahu kepada seluruh dunia tentang luka yang tengah ia rasakan atas kehilangan orang terkasihnya. Dia menangis tersedu-sedu di atas pemakaman Doni.
“Aku akan menyusulmu Don, itu pasti. Aku mencintaimu.” kata Puteri di tengah isak tangisnya.
Tentang Penulis
KUTSIYAH, Lahir di Malang 05 Januari 1995. Wanita yang sering di panggil Icut ini baru saja menyelesaikan studi pendidikan S-1 nya dengan mengambil jurusan pendidikan agama Islam di STIT IBNU SINA Malang. Ia suka menulis sejak umur 15 tahun. Novel ini adalah karya pertamanya yang dipublikasikan secara umum. Untuk kontak lebih lanjut, bisa mengirim email ke icutanam123@gmail.com atau facebook Cutedans21@yahoo.com.Saran dan kritik akan sangat membantu nya untuk menjadi penulis yang lebih baik lagi.