Pernahkah kamu merasa hancur? Sepertinya dunia sudah tak membutuhkanmu lagi dan sulit menemukan titik untuk kamu bisa bangkit kembali?
Hai kawan..
Namaku Marrie, aku ingin menceritakan bagaimana aku bisa bangkit dari keterpurukanku yang hampir merenggut nyawaku. Aku ingin kalian juga bisa bangkit dari keterpurukan seperti diriku, walaupun setiap masalah juga berbeda- beda tapi Tuhan tahu seberapa kekuatanmu loh.
Oke aku mulai ceritanya ya. Tetap bertahan membaca ceritanya sampai akhir kawan.
Dulu aku merasa orang yang sempurna, punya keluarga yang lengkap, punya teman untuk bermain dan punya harta cukup. Aku adalah anak yang bisa di bilang orang-orang amat manja, apalagi sangat di sayang oleh nenekku. Aku bak seorang putri raja yang di cintai dan apa pun yang ku mau aku selalu diberi.
“ Nek aku mau es krim cokelat itu “ ( menunjuk pedagang es krim keliling yang lewat depan rumah )
“ Baiklah nanti nenek belikan untukmu ya, sekarang kamu makan dulu ya nak “
( Menepis sendok ) “ AKU TIDAK MAU MAKAN SEBELUM ADA ES KRIM COKELAT ITU “
Nenek pun membersihkan makanan yang di buang cucunya dengan raut wajah sedih dan bergegas lari keluar rumah memanggil pedagang es krim tadi.
“ Berhentii... Es kriimmm... berhentiii… “ dengan nafas yang terengah-engah dan keringat menetes pada wajahnya.
Pedagang es krim itu pun mendengar teriakan nenek dan menghampirinya.
“ Wahh nenek terlihat lelah sekali, mau beli untuk cucunya ya? “
“ Iya pak, dia tidak mau makan kalau saya tidak membelikan ini untuknya. Saya beli es krimnya dua ya pak. “
Nenek terlihat bahagia setelah mendapatkan es krim keinginan cucunya dan segera pulang ke rumah.
“ Nak, ini es krimnya “ dengan wajah bahagia nenek memberikan es krim cokelat tadi pada cucunya.
“ TIDAK “
“ Kenapa nak? “
“ Kan aku mau es krimnya tadi bukan sekarang “
Begitu sering Marrie melakukan hal yang hampir serupa kepada neneknya.
Hari demi hari nenek mulai terlihat sangat rapuh tetap memperhatikan cucunya.
“ Nak, saat kamu besar nanti, jadilah orang sukses dan jangan lupakan orang di sekelilingmu ya “ dengan berlinang airmata nenek mencium pipi cucunya.
Nenek pun ke dapur ingin memasak untuk cucunya saat sore hari karena kala itu masih siang hari.
“ Pasti Marrie senang menyantapnya karena ini adalah makanan kesukaan Marrie, mie goreng dengan telur setengah matang “ dengan wajah bahagia ia pun membereskan perkakas kotor yang telah di pakai memasak.
Saat sedang mencuci tiba-tiba nenek terpleset oleh karena tetesan air dari cuciannya yang menetes ke lantai.
Nenek pun di bawa ke dokter dan sejak saat itu nenek harus menggunakan kursi roda dan tenaganya semakin rapuh. Setiap pagi dan sore mama memandikan nenek yang sudah tidak mampu ke kamar mandi lagi. Aktivitas nenek di kamar mandi mulai dari mandi, buang air kecil hingga buang air besar, ia lakukan di kamarnya dengan bantuan mama.
Aku sering menghampiri kamar nenek untuk menghiburnya dan mendengar cerita nenek tentang masa lalunya. Dalam kondisi yang lemah nenek masih mengelus punggungku sampai diriku tertidur pulas dalam pelukan nenek.
Sewaktu malam seperti biasanya aku menengok nenek untuk menyuapinya makanan dan obat. Aku melihat nenek sudah tidak mampu makan dan minum. Setiap kali aku berusaha memberikan minum, air menetes dari mulutnya.
Biasanya setiap malam nenek bertetiak memanggil nama Marrie dan mama karena takut akan gelap dan walaupun lampu menyala semua nenek tetap berteriak seakan ia takut akan kegelapan merasa bila harinya akan segera tiba. Sangat berbeda dengan malam itu, aku melihat pandangan nenek mulai kosong, tiada kata terucap darinya dan hanya memandangiku dengan mata berair. Di hari itu aku sudah merasa ketakutan luar biasa kehilangan nenek.
“ Nek, ini Marrie. Nenek biasanya panggil namaku, sekarang aku ada disini. Nenek udah ga sayang lagi sama aku ya? “ dengan berlinang airmata Marrie memeluk nenek.
Keesokan harinya saat Marrie baru bangun dari tidurnya, terdengar bunyi sirine ambulan dan nenek sedang di bawa dengan tandu menuju ambulan.
Karena hari-hari itu adalah hari ujian sekolahku di bangku kelas 6 SD maka aku pun tak di ijinkan menjenguk nenek. Hingga suatu malam mama mengijinkan aku menjenguknya sepulang sekolah dan karena jarak sekolah dengan rumah sakit tidak terlalu jauh aku di minta ke rumah sakit menggunakan becak.
Rencana sudah di persiapkan malam itu untuk menjenguk nenek, hingga tiba-tiba ada saudara datang ke rumah tengah malam ketika kami telah tertidur.
Tokkkk...tokkk....
Mama pun membuka pintu dan melihat kakak dari mama dan kakak sepupuku datang dengan wajah berusaha tegar.
“ Maa..maa.. Mama sudah tiada tadi pukul 22.00 “ ujar saudara Marrie dengan gemetar.
Aku pun mendengar berita itu dan lari ke kamar dengan berlinang airmata.
Seketika itu seisi rumah menjadi sepi, duka menyelimuti rumahku dan sebuah kamar menjadi kosong. Hanya beberapa foto nenek dan kenangan manis penuh di rumah yang dapat ku kenang.
1 Tahun kemudian.
Aku merasa ada yang berbeda dan kosong. Tidak ada kasih sayang yang biasa aku rasakan. Kedua orangtua mengalami keterpurukan ekonomi sehingga mengharuskan ayah ke luar kota untuk bekerja dan mama pun sibuk membuat sesuatu untuk di jual.
Munculah permasalah di pertemananku hingga akhirnya aku terasingkan di sekolah. Keluarga besar dulu sering berkunjung ke rumah, sejak nenek meninggal tak seorang pun dari mereka tuk sekedar mampir apalagi dengan kondisi ekonomi yang terpuruk. Kala itu aku baru merasakan bagaimana rasanya kehilangan, penyesalan hingga kesendirian.
Hari terasa semakin berat ku jalani, masalah demi masalah datang. Hutang yang belum terbayarkan hingga suatu titik hanya ada uang seribu rupiah tersisa yang kami miliki. Akhirnya satu per satu barang di jual untuk dapat kami makan dan aku dapat terus sekolah. Setiap bulah ayah mengirim uang hanya dua ratus ribu rupiah yang di pergunakan mama untuk uang sekolahku dan bayar listrik, sedangkan penghasilan mama hanya cukup untuk kami makan dan ongkosku naik angkot sampai di sekolah dan pulang sekolah.
Suatu hari nilaiku hancur, mama serta keluarga memulai memarahiku dan mulai membanding-bandingkan diriku dengan anak yang lain jauh lebih pintar dariku.
“ Mama dan ayah sudah bekerja dengan keringat bercucuran tapi apa hasilnya? Kamu hanya bermain-main , tidak mau belajar dan nilai hancur. Lihat Reina yang selau juara umum di sekolahnya walaupun mereka juga tidak kaya tapi reina juga bisa menjadi juara umum tidak seperti dirimu “
“ Terus saja mama memuja reina “
Aku pun berlari ke kamar dan menangis. Dulunya bila aku di marahi ada nenek yang membelaku, saatku sedih ada nenek yang mengelusku, namun sekarang sirna begitu saja.
“ Buat apa aku hidup? Aku sudah tidak berguna, lebih baik aku mati saja “
Sambil berlinang air mata ada suara yang berkata kepadaku bahwa DIA selalu ada bersamaku dan janganlah aku takut merasa sendirian. Aku pun tersadar dan mulai berpikir suara dari mana itu?
“ Siapakah engkau ? apakah kau tahu aku ini sudah hancur, sudah tidak berguna, aku hanya bisa hidup menyusahkan orang lain saja “
“ Aku akan menemanimu seumur hidupmu hingga kamu dapat berjumpa denganku nantinya “ suara yang lembut membisik di hati Marrie
Aku terdiam tanpa kata dan bertanya-tanya siapa DIA ? Aku pun mengurungkan niatku yang tadinya ingin berhenti bernafas. Saat itu aku merasa ada ketenangan di hidupku dan melihat suatu cahaya terang dimataku.
Sejak kejadian itu aku pun sering seperti mendapatkan suatu kejutan ulang tahun di hidupku. Pernah suatu kali uang sudah menipis dan mama pun sudah taka da barang yang bisa di jual lagi, tiba-tiba ada saudara datang dan memberi kami uang. Jelas saja kami terheran, karena kami tidak memberitahu siapapun kalau kami sedang membutuhkan uang untuk makan dan biaya keperluan sekolahku.
Tokk.. tokk..tokk..
“ Lama saya tak berkunjung ke sini, apa kabar kalian? “ ujar saudara Marrie sambil tersenyum.
“ Baik " sahut mama sambil mempersilahkan masuk.
Marrie pun menyuguhkan air putih pada saudaranya itu.
Mama dan saudaraku pun berbincang-bincang banyak dan saatnya ia berpamit pulang. Sewaktu hendak pulang ia menyalami tangan mama dengan sejumlah uang di tangannya untuk di berikan pada mama. Uang itu pun akhirnya mencukupi untuk kebutuhan hingga mama dan ayah mendapatkan penghasilan kembali.
Kini aku sudah menginjak bangku kelas 2 SMA setelah kepergian nenek. Suatu hari di sekolahku mengadakan acara pergi satu angkatan ke beberapa kota untuk berlibur bersama. Tentunya biaya tidaklah murah dan itulah menjadi beban pikiran diriku dan mama. Akhirnya aku memutuskan menemui kepala sekolah.
“ Maaf pak saya tidak bisa mengikuti kegiatan sekolah untuk berlibur ke luar kota di karenakan biaya dan kondisi ekonomi keluargaku yang tidak memungkinkan “
“ Baiklah kalau begitu nanti coba saya bicarakan pada wali kelasmu ya “
Beberapa hari kemudian Marrie di panggil kepala sekolah.
“ Marrie… Kamu di panggil kepala sekolah tuh tadi “ begitu kata salah seorang teman sekelah marrie yang baru saja dari kantin dan tidak sengaja bertemu kepala sekolah.
Marrie bergegas menuju ruang kepala sekolahnya sambil bertanya-tanya dalam hatinya.
Tokk.. tokk.. tokkk..
( Membuka pintu sedikit sambil mengintip kedalam ) “ Permisi pak, kata teman saya tadi bapak mencari saya apakah benar? “
“ Marrie.. Oh iya.. Sini masuk ke dalam jangan mengntip di pintu seperti itu . Silahkan duduk Marrie, ada yang bapak ingin bicarakan “
“Ada apa ya pak? “ ( dengan wajah bingung dan tangan yang gemetar )
“ Begini, mengenai perkataanmu hari lalu mengenai kegiatan sekolah itu, saya sudah bicarakan dengan wali kelasmu “
“ Ohhh…. (menghela nafas) Terimakasih pak , maaf saya tidak ikut acara tersebut “
“ Aku kira ada apa “ ( berbisik dalam hatinya )
“ Bapak memanggilmu karena setelah saya bicarakan dengan wali kelasmu dan di lanjutkan di bicarakan pada sejumlah teman-temanmu yang menjadi panitia acara ini juga, mereka pun berusaha mengumpulkan dana dari teman-teman lain juga agar kamu bisa ikut acara ini “
“ Haahhhh..... ? ( wajah yang terkejut dan mata mulai berlinang air mata ).
Marrie terkejut karena selama ini dirinya selalu sendiri, dan hanya sekedar berteman dengan mereka dalam hal pelajaran. Bahkan beberapa di antara mereka pun sering menggosipinya sehingga marrie sering menjauh dari teman-temannya.
“ Ini pasti karena DIA “
“ Siapa Dia ? “
“ Tidak pak, tidak apa-apa kok. Permisi pak saya mau kembali ke kelas dulu , terimakasih “
Akhirnya Marrie pun bisa ikut acara tersebut bersama teman satu angkatan.
Hari begitu cepat berlalu, hari ini adalah hari dimana semua teman mulai mendaftar di universitas yang sudah di pilih mereka sejak lama dan aku hanya bisa berharap bisa kuliah.
Namun kali ini sepertinya Marrie harus mengurungkan niatku dan ia memutuskan untuk bekerja mengumpulkan uang yang nantinya bisa menjadi biaya kuliahnya.
Lagi-lagi DIA memberiku kejutan lagi saat aku masih bingung harus bekerja dimana karena aku hanya lulusan SMA. Tiba – tiba teman masa kecilku dulu menghubungiku dan menanyai kabarku lewat sebuah pesan singkat yang di sebut SMS.
Beginilah isi pesan singkat antara Marrie dengan temannya :
Teman “ Marrie apa kabarmu sekarang? “
Marrie “ Baik kok, kamu bagaimana? “
Teman “ Baik juga. Oia bagaimana kamu sekarang, sudah masuk universitas mana? Aku sekarang sudah bekerja di ibukota dan sedang bingung karena diminta mencari teman untuk bekerja bersamaku disini “
Marrie “ Wahhh... Aku mau. Tiada uang mencukupi aku masuk universitas, jadi ku putuskan mencari pekerjaan dulu “
Teman “ Kalau begitu hari ini juga kamu berangkat ya, nanti ada mobil kantor menjemputmu dan pasti kamu langsung diterima “
Akhirnya Marrie pun di terima bekerja di ibu kota.
Tak hentinya Dia memberiku kejutan di hidupku, dan aku merasa tak sendiri lagi walaupun aku jauh dari keluarga dan teman saat bekerja.
Beberapa bulan setelah Marrie bekerja, mama dan ayah bersama diminta bekerja di suatu perusahaan saudara dan tinggal di sana. Gaji yang di dapatkan oleh mama, ayah dan Marrie akhirnya mencukupi dirinya membayar uang masuk perkuliahan di suatu universitas swasta yang cukup ternama di kota itu. Semua teman yang mendengar bahwa Marrie kuliah di universitas itu pun seperti terkejut dan tidak menyangka akan hal itu.
Inilah kisahku kawan.
Banyak orang mencari pahlawan dalam hidupnya namun tanpa mereka sadari bahwa pahlawan yang mereka cari-cari ada di dalam diri mereka sendiri. Siapa manusia dapat menolong dirinya bila tiada penolong dalam dirinya sendiri. Setiap persoalan pasti ada jalan untuk keluar dan selidiki hatimu karena ada DIA yang kan selalu menjadi penolongmu.
Salam senyum dariku untuk kalian semua kawan.
Cover by : Hengky Saputra