Loading...
Logo TinLit
Read Story - Senja (Ceritamu, Milikmu)
MENU
About Us  

“Jangan melupakan masa lalu, tapi ikhlaskanlah”

 

 

“Haii, mainn yukk.” Tulisku dalam grup.

            “Yuk day, kapan?” Jawab divya.

            “Sabtu, habis pulang kerja aja gimana?” Tulisku.

            “Yee enak lu udah kerja, gue sama lena boro-boro kerja. Lulus aja belum.”

            “Semangat kalian pasti bisa *fighting* jadi nggak nih sabtu?”

            “Bisa kok, kenapa kayaknya gabut banget ya lu?” Tulis divya dalam grup.

            “Iya aku lagi gabut banget nih, lena gimana bisa nggak?”

            Berjam-jam kemudian, tak ada tanggapan dan hanya diread. Apakah lena masih marah denganku? Aku merasa teman-temanku menjauhiku, mereka seolah tak peduli lagi kepadaku. Ah entahlah atau emang mereka pada sibuk yang aku rasakan aku benar-benar terpuruk saat ini. Dia tlah pergi, begitu pula dengan teman-temanku. Aku merasa hampa, semuanya tlah pergi. Mereka adalah orang-orang yang berharga dalam hidupku, tapi kenapa ini semua terjadi kepadaku? Sekarang aku merasa benar-benar kesepian..

            Walaupun dito tlah pergi dari kehidupanku, kini teman-temanku ikut pergi dan meninggalkanku seorang diri. Padahal yang ku butuhkan saat ini adalah pelukan dari seorang sahabat. Namun ini semua terjadi karena kesalahanku, sebab ketidakpedulianku menyebabkan kesalahpahaman. Seharusnya dari dulu aku peduli dengan orang-orang yang berada di sekitarku.

            Hingga kini pun aku masih tak peduli, aku tak berani menanyakan kembali kepada teman-temanku. Aku benar-benar pengecut, pantas saja aku dianggap hilang hingga terlupakan..

            Ini bukan tentang cinta tetapi kenyataan. Ini sangat sakit daripada hal lainnya. Mungkin kalian tak pernah merasakannya, tapi aku telah merasakannya. Setiap malam, aku merasa tidak cukup tidur. Aku harap kalian tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Rasa sakit ditinggalkan oleh sahabat ternyata lebih sakit daripada dugaanku. Sebab, sahabat adalah keluargaku sendiri..

            Sering sekali aku ngajak kumpul bareng dengan divya dan lena. Namun hanya tanggapan dalam text tanpa bisa kumpul dan main bareng. Hampir seminggu sekali aku mengajak hal yang sama, sebab aku sangat-sangat merindukan mereka. Namun, itu tak pernah terjadi. Aku sudah lelah melakukan hal itu. Aku tak sanggup lagi untuk menanyakan hal yang sama dengan terus-terusan. Aku lelah dengan semua ini, aku tak bisa lagi mempertahankan pertemanan ini. Aku tak sanggup seolah-olah aku benar-benar peduli dan mereka tidak lagi menganggapku ada..

            Aku tak tahu bagaimana aku akan memperbaiki hubunganku dengan lena. Tiba-tiba beberapa minggu kemudian divya datang ke rumahku dan aku langsung keluar menemuinya. Aku langsung menyuruhnya untuk masuk ke kamarku.

            “Tumben? Ada apa?” Sahutku dengan cuek.

            “Iss dia ini disamperin malah nanya begitu.”

            “Abisnya aku kesel, aku ajakin main, ngumpul tapi cuman lu yang respon. Bete tau digituin.”

            “Gue nggak ada maksud cuekkin lu ya day, tapi gara-gara nggak ada yang ngerespon yaa gue malas aja jadinya.” Sahut divya dengan santai.

            “Sebenarnya aku lagi sedih div.”

            “Kenapa day?”

            “Aku putus sama dito.”

            “Kok bisa day? Padahal kalian itu cocok banget.”

            Aku tak bisa menahan kesedihanku. Aku nangis dalam pelukan divya. Saat ini aku benar-benar membutuhkan dukungan dari teman dekatku. Aku berusaha menenangkan diriku dan menceritakan semuanya.

            “Jadi, arga itu nemui lu lagi setelah apa yang terjadi antara lu sama lena?” Sahut divya dengan emosi.

            “Iya, tapi dia cuman minta maaf kok div. Cuman emang waktu itu saatnya kurang tepat. Dan yaa akhirnya apa yang nggak aku harapkan terjadi.” Sahutku dengan menahan air mata.

            “Arga jahat banget sama lu day. Dia udah nyakitin lu untuk yang kedua kalinya kan?”

            “Iya dia udah dua kali nyakitin aku. Eh kok lu bisa tau div? Aku kan nggak pernah cerita sama lu.”

            “Gue sudah tau saat lu pernah ceritain ke gue ada 2 cowok yang lagi dekatin lu. Itu pasti dito sama arga kan day?”

            “Iya itu mereka, terus lu kok bisa tau kalo itu mereka?” Tanyaku dengan menghapus air mata yang tersisa.

            “Gue tau saat lu sama arga ketemu di cafe. Kayak ada sesuatu di antara kalian waktu itu. Gue coba cari tau dan ternyata bener dugaan gue.”

            “Jadi sebenarnya kemarin waktu arga nyamperin aku itu, dia bilang kalo dia juga pernah suka sama aku waktu dulu.”

            “So, kalian berdua pernah ada rasa?”

            “Ya begitulah div, tapi itu cuman masa lalu.”

            “Emang bener jahat nih si arga. Udah nyakitin lu dengan ninggalin lu saat lagi sayang-sayangnya, sekarang penyebab lu putus sama dito.”

            “Ya aku menyesal div, kenapa aku nggak pernah menanyakan itu ke dito. Aku hanya menerima keputusannya, sekarang semuanya nggak mungkin bisa kembali lagi div. Aku sedih, aku cuman butuh kalian. Lu dan lena.”

            “Maafin gue ya day. Gue nggak ada saat lu lagi sedih. Gue akan usahain supaya lena bener-bener mau maafin lu day. Gue janji day, kita pasti bisa kayak dulu lagi.”

            “Makasi ya div. Aku cuman punya kalian, sebab kalian itu sahabat aku.”

            Aku dan divya saling berpelukan. Aku termenung dan berpikir :

Aku merindukan kebiasaan kita, saat kita tertawa bareng bertiga, tidur bareng, main bareng bahkan kita saling ada saat satu diantara kita sedih, kita saling memahami kebiasaan buruk satu sama lain. Semuanya tlah terkumpul dalam memoriku, kenangan ini pastinya tak akan pernah bisa aku lupakan.

            Saat ini tlah tiba, akhirnya divya bisa membujuk lena agar bertemu dan ngumpul bareng bersamaku. Aku dan divya pergi bareng dan kami menunggu lena saat itu.

            “Makasih ya div, akhirnya lu bisa membujuk lena mau ketemu sama aku lagi. Aku senang banget div.”

            “Iya inikan emang tugas seorang sahabat, menyatukan kembali yang telah hilang.”

            Saat ini aku berpikir bahwa sahabat itu benar-benar berharga dari segalanya. Saat satu dari yang lainnya hilang, rangkullah mereka agar kembali lagi. Jangan membiarkan dia pergi dengan ketidakpedulian kita. Karena dengan ketidakpedulian itu, semuanya tak ada harapan lagi untuk disatukan. Berusahalah untuk menjaga persahabatan dengan komunikasi, karena hanya dengan komunikasi hubungan akan saling utuh.

            Aku pergi ke toilet dan saat aku kembali lagi ternyata lena sudah tiba, dan dia pergi bersama arga. Aku terdiam melihat mereka dari kejauhan, tiba-tiba divya memanggilku dari jauh. Aku berjalan pelan mendekati mereka dan berkata dalam hati:

            “Aku seperti merasa terasingkan, aku merasa sangat sedih. Aku tak sanggup jika harus berhadapan dengan arga, aku membencinya saat dia terus-terusan merusak kebahagiaanku. Aku harus berhati besar, aku harus memaafkannya. Karena ini semua terjadi bukan hanya salahnya.”

            Aku pun duduk dengan tertunduk dan tak berani menatap lena dan arga. Aku takut lena masih marah kepadaku.

            “Day lu pesen apa?” Tanya divya.

            “Yang ini aja div.” Jawabku sambil menunjuk menu makanan. “Kalian mau pesan yang mana len, ar?” Tanyaku sambil tersenyum kepada lena dan arga.

            Lena hanya mengambil menu makanan itu tanpa melihat ke arahku. Dan aku melihat divya sambil murung. Divya menyemangatiku dengan tersenyum. Setelah selesai memesan makanan, aku memberanikan diri untuk memulai percakapan duluan dengan lena.

            “Len, kamu apa kabar?” Tanyaku dengan takut-takut.

            “Baik.” Jawab lena dengan juteknya.

            “Len, kamu jangan giniin aku pliss. Aku lagi sedih tambah sedih jadinya.”

            “Bodo amat, gue nggak peduli.”

            “Lenn, kok kamu gitu.” Aku pun tertunduk dan mataku hampir berkaca-kaca.

            “Bercanda day, aku udah denger kok cerita semuanya dari divya. Maafin aku yaa day selama ini aku sudah cuekkin kamu.” Sahut lena dengan tersenyum.

            “Beneran len? Kamu udah nggak marah lagi sama aku?” Sahutku dengan bahagia.

            “Iyaa day, semuanya udah jelas kok. Ini semua kan gara-gara arga.”

            “Kok salah aku?” Sahut arga dengan terkejut.

            “Yaiyalah gara-gara kamu, dayana jadi putus sama dito.” Sahut lena membelaku.

            “Beneran day? Kok bisa?” Tanya arga dengan santainya.

            “Iya lu harus tanggung jawab ga, semuanya gara-gara lu waktu nyamperin dayana waktu itu.” Sahut divya menyalahkan arga.

            “Bentar gue kan nanya dayana, bukan lu div. Beneran yang mereka semua omongin ini day?” Sahut arga

            “Iya ga semuanya benar. Tapi lu nggak marah len kalo arga waktu itu nyamperin aku?” Tanyaku takut salah ke lena.

            “Nggak apa day, dibilangin gue udah diceritain semuanya sama divya.” Sahut lena dengan tertawa.

            “Makasih ya len.” Sahutku dan langsung memeluk lena.

            “Eh bentar, jadi beneran gara-gara gue nyamperin lu waktu itu. Lu langsung putus sama dito day?” Tanya arga dengan sangat penasaran.

            “Iya, aku sedih kenapa aku harus putus dengan masalah yang bisa diselesaikan tanpa mengambil keputusan secepat itu.” Jawabku dengan sedih.

            “Yaudahlah day, mungkin dito bukan yang terbaik buat lu.” Sahut lena.

            “Nggak dito itu baik. Aku yang nggak peka. Ini semua gara-gara lu ga. Aku benci sama lu ga.” Sahutku dengan serius.

            Semuanya terdiam dan hening seketika saat aku berkata seperti itu. Tiba-tiba aku berkata:

            “Tapi bercanda, hahahaha.” Sahutku dengan tertawa.

            Kami pun tertawa bersama dan saat ini aku sudah menganggap arga sebagai bagian dari temanku. Karena dia adalah pacarnya sahabatku.

            “Akhirnya lu tertawa juga day, gue senang melihatnya.” Sahut divya dengan sangat mengkhawatirkanku.

            “Terimakasih, terimakasih. Aku bahagia bisa memiliki kalian.” Sahutku dengan tersenyum.

            Bagiku persahabatan itu sangat penting. Hanya dengan mereka aku bisa melupakan segala kesedihanku. Jadikanlah sahabat itu sebagai keluargamu, sebab sahabat itu ada saat senang maupun sedih. Jika hanya senang itu hanyalah teman biasa bukanlah sahabat yang selalu mengerti dengan keadaanmu.

            Kini, aku dan arga menjadi teman. Aku tak ada lagi rasa sedikitpun kepada arga, begitupun kuharap sebaliknya. Karena pertemanan ini akan berjalan baik jika tak ada yang menyimpang. Aku harap arga benar-benar mencintai lena. Aku melihatnya dari tatapan arga kepada lena, bahwa dia benar-benar mencintai lena.

            Arga, ternyata ceritamu sangatlah bahagia. Berbeda dengan ceritaku yang sangatlah menyedihkan. Aku harap ceritamu bahagia selamanya, dan aku juga berharap itu terjadi kepadaku. Aku banyak berharap, dan hanya Tuhanlah yang tahu kelanjutan ceritaku itu..

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rasa Cinta dan Sakit
527      289     1     
Short Story
Shely Arian Xanzani adalah siswa SMA yang sering menjadi sasaran bully. Meski dia bisa melawan, Shely memilih untuk diam saja karena tak mau menciptakan masalah baru. Suatu hari ketika Shely di bully dan ditinggalkan begitu saja di halaman belakan sekolah, tanpa di duga ada seorang lelaki yang datang tiba-tiba menemani Shely yang sedang berisitirahat. Sang gadis sangat terkejut dan merasa aneh...
Photograph
1818      877     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
510      365     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
A - Z
3168      1096     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
CHANGE
576      431     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
May be Later
16736      2631     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
Seberang Cakrawala
147      132     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
Reaksi Kimia (update)
6074      1659     7     
Romance
》Ketika Kesempurnaan Mengaggumi Kesederhanaan《 "Dua orang bersama itu seperti reaksi kimia. Jika kamu menggabungkan dua hal yang identik, tidak ada reaksi kimia yang di lihat. Lain halnya dengan dua hal yang berbeda disatukan, pasti dapat menghasilkan percikan yang tidak terduga" ~Alvaro Marcello Anindito~
Lantunan Ayat Cinta Azra
8086      1655     3     
Romance
Lantunan Ayat Cinta Azra adalah kisah perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mung...
Kamu!
2250      900     2     
Romance
Anna jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sony. Tapi perasaan cintanya berubah menjadi benci, karena Sony tak seperti yang ia bayangkan. Sony sering mengganggu dan mengejeknya sampai rasanya ia ingin mencekik Sony sampai kehabisan nafas. Benarkah cintanya menjadi benci? Atau malah menjadikannya benar-benar cinta??