Loading...
Logo TinLit
Read Story - Senja (Ceritamu, Milikmu)
MENU
About Us  

 

“Rasa ini tumbuh karena selalu bersama. Rasa yang tak menentu dan hanya kita yang bisa merasakannya.”

 

Setelah pembekalan magang selesai, akhirnya aku dan dito akan magang di suatu perusahaan yang berbeda. Sayangnya, dito magang di luar kota dan aku tetap berada disini. Magang akan dilaksanakan selama 2 bulan lamanya. Tak dipercaya kami akan LDR.

            Sehari sebelum keberangkatan dito, dia mengajakku ke tempat dulu yaitu tempat dimana kami akan melihat senja. Disini aku sangat menunggu keindahan itu datang lagi. Aku dan dito duduk di rerumputan sambil menunggu datangnya senja.

            “Kamu sering kesini?” Tanyaku sambil melihat dito.

            “Dulu iya, waktu aku masih sendiri.” Sahut dito dengan duduk sambil memeluk lututnya.

            “Sekarang?” Tanyaku penasaran.

            “Nggak, kan ada kamu. Jadinya nggak lagi sendiri.” Sahut dito sambil tertawa.

            “Hemm.” Sahutku bergumam sambil menunggu senja.

            “Sebenarnya tempat ini sangat berarti bagi aku.” Sahut dito mulai serius masih duduk sambil memeluk lututnya.

            “Kenapa?” Tanyaku dengan serius dan meletakkan dahuku ke lengan dito sambil tersenyum.

            “Sebelum aku cerita, aku mau tanya dulu ke kamu. Menurut kamu senja itu apa?” Tanya dito dengan pandangan lurus ke depan.

            “Senja ya.. Senja adalah langit berwarna jingga dengan perasaan yang tenggelam bersama matahari.” Sahutku sambil senyum-senyum.

            “Nah kayaknya aku kenal deh sama kata-katanya. Kamu pernah lihat-lihat buku aku yaa?” Tanya dito sambil melihatku sinis.

            “Iya.” Sahutku sambil mengangguk dan tersenyum.

            “Nakal yaa kamu suka lihat privasi orang.” Sahut dito mencubit pipiku dan tersenyum.

            “Kan kamu pacar aku, jadi nggak boleh nih?” Sahutku melepaskan dahuku dari lengan dito dan melihat sinis.

            “Iya sayang boleh kok.” Sahut dito sambil merangkulku. “Dekat sini, mau lihat senja sama-sama ngggak?” Ucap dito sambil menarikku.

            “Kamu nih yaa.” Sahutku sambil mencubit dito dan memeluknya dengan erat.

            Aku merasakan kenyamanan bersama dito. Aku mulai menyayanginya, aku benar-benar menyukainya saat ini. Dia sangat pandai mencuri hatiku. Dia memperlakukanku seperti dia takut kehilanganku. Aku beruntung memilikimu, dito..

            “Ohya, kenapa kamu sering banget kesini?” Tanyaku kepada dito yang masih berada dalam pelukannya.

            “Seperti yang kamu bilang tadi, senja itu seperti perasaan yang tenggelam bersama matahari.” Sahut dito yang terus mendekapku dalam pelukannya.

            “Maksudnya itu apa ya?” Tanyaku yang langsung melepaskan pelukanku.

            “Aku sering kesini, karena aku ingin melupakan semua yang telah lalu. Aku menganggapnya, jika matahari bisa tenggelam dan kembali lagi terbit esok hari dengan hari yang baru. Kenapa aku tidak bisa melakukannya, jadi aku ingin menenggelamkan semua kenangan itu bersama matahari dan memulai hari baru yang sudah menungguku.” Ucap dito sambil melihat langit yang mulai berwarna jingga.

            “Jadi kamu kesini jika kamu ingin melupakan masa lalu itu.” Sahutku sambil melihat dito.

            “Yaa jika aku nggak kesini, itu berati aku nggak mau ngelupain hari-hari yang telah lalu. Karena hari-hari aku kemarin, dilewati bersama kamu. Jadi aku tak ingin melupakannya.” Ucap dito dengan serius. “Aku sayang kamu day, kamu jangan pernah tinggalin aku yaa.” Sahut dito dengan romantis dan menggenggam tanganku.

            “Aku juga sayang kamu dit, iya aku nggak akan pernah ninggalin kamu.” Sahutku membalas dengan romantis dan menatap matanya dengan tajam.

            Dito pun merangkulku dan mengelus rambutku. Aku kembali memeluknya, aku benar-benar telah jatuh cinta. Aku harap selamanya begini, selalu seperti ini. Matahari mulai tenggelam, yang dinamakan “senja”.

            Hari ini telah tiba, hari dimana dito akan meninggalkanku selama 2 bulan. Dito akan pergi, dan aku mengantarkannya ke bandara. Dia membawa satu koper dan tas ransel yang ada di pundaknya. Saat ini hanya aku yang mengantarnya ke bandara. Jam keberangkatan dito telah tiba, rasanya tak sanggup melepaskannya pergi meninggalkanku. Dito berjalan ke arah pintu masuk, aku hanya berdiri melihatnya pergi meninggalkanku. Dito melihat ke belakang, lalu dia berbalik arah dan berjalan ke arahku. Dia meletakkan kopernya, lalu memegang bahuku.

            “Sayang, kamu jangan rindu aku terus ya. Aku cuman pergi 2 bulan kok. Nanti aku balik lagi kesini.” Sahut dito yang masih memegang bahuku.

            Aku tak bisa menahan air mata dan akhirnya jatuh juga. Aku terus menunduk dengan air mata yang terjatuh. Aku tak bisa berkata-kata, bibirku bungkam.

            Kemudian, dito memelukku dengan erat. Dan dia berkata:

            “Sudah yaa jangan nangis. Gak apa kok.”

            Aku melepaskan pelukan dito dan mencoba menghapus air mataku, lalu berbicara dengan pelan:

            “Hati-hati yaa, aku sayang kamu.”

            Dito menyeka air mataku dan tersenyum, lalu dia berkata:

            “Iya sayang aku juga. Aku pergi dulu yaa, bye.” Sambil mengusap rambutku dan berjalan ke arah pintu masuk.

            Perlahan-lahan dia meninggalkanku, dia terus berjalan dengan membawa kopernya. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang perlahan-lahan menjauh. Saat ini aku berpikir, semoga disana dia baik-baik saja. Terlihat dari jarak jauh ada yang melambaikan tangan dan ternyata dito. Dia melambaikan tangan dan tersenyum melihatku dari kejauhan, aku pun membalasnya dan tersenyum.

            Hampir dua bulan telah terlewati tanpa dito. Sebentar lagi dia akan kembali kesini dan aku selalu menantikannya. Dia selalu menghubungiku, entah kenapa akhir-akhir ini dia jarang menghubungiku. Tepatnya sudah dua hari tanpa kabar, dan aku juga tak berani untuk memulai duluan. Aku takut mengganggunya, aku takut dia punya kesibukan lain hingga tak sempat untuk menghubungiku. Padahal besok adalah hari kepulangannya, tapi dia sama sekali tidak ada menghubungiku.

            Aku merindukannya, rasa ini sangat menyiksaku. Apakah dia telah melupakanku? Atau ada wanita lain yang membuatnya berpaling? Aku takut.. Aku mencoba menghubunginya melalui telpon.

            “Tuuuttt...Tuttttt...” Bunyi dering telpon dan diangkat.

            Diam tak ada suara apapun yang berbunyi. Aku pun memulainya:

            “Sayang..” Sahutku dengan perlahan.

            “Hmmm.” Sahutnya dibalik telpon.

            “Kok nggak ada kabar?” Tanyaku dengan nada kesal.

            “Kuota abis sama ga ada pulsa juga.” Sahutnya dengan cetus.

            “Ga ada niat buat isi kalo abis?” Sahutku dengan nada marah.

            “Aku lagi sibuk.” Sahutnya dengan cuek.

            “Yaudahlah.” Aku pun langsung mematikan handphoneku.

            Kenapa dia berubah begitu cepat? Nggak ada rasa bersalah, hanya karena kesibukannya dia tak memperdulikanku. Heran sama orang yang selama ini aku banggakan, selama ini aku sayangi bahkan aku mulai mencintainya. Saat aku sudah mulai mencintainya, dia malah menyampakkanku.

            Tiba-tiba ibu memanggilku: “Day, ada teman kamu nih datang.”

            Aku pun berjalan menuju teman-temanku yang ada di luar rumah, saat aku sampai di depan pintu. Sontak mereka berkata:

            “Happy birthday dayana, happy birthday dayana.” Sahut mereka sambil menyanyikan lagu happy birthday.

            “Waahhh.” Aku pun tersenyum bahagia dan tak menyangka kalo hari ini adalah hari ulang tahunku.

            Mereka terus bernyanyi, dan disini ada divya, lena dan arga. “Tiup lilinnya, tiup lilinnya.”

            Aku pun berdoa terlebih dahulu, lalu meniupnya. “Fuhhhh.” Lilin pun padam.

            “Yeeee.” Sorak mereka bertiga namun wajah arga masih lain, dia seperti tak bersemangat.

            “Yuk masuk semuanya, bentar ya aku ambil piring dulu.” Sahutku sambil menyuruh mereka masuk.

            Mereka pun duduk di ruang tamu dan aku meninggalkan mereka sebentar. Tak lama kemudian, aku membawa piring dan minuman ke ruang tamu. Kemudian lena nyeplos berkata: “Eh dito kasih surprise apaan day?”

            “Apanya yang surprise, dia aja belum pulang kesini.” Sahutku dengan murung.

            “Upss maaf day, kirain dia udah pulang.” Sahut lena dengan pelan.

            “Bukannya udah 2 bulan ya day?” Tanya divya kepo.

            “Iya aturannya hari ini dia udah pulang, tapi gatau kenapa belum ada kabarnya.” Sahutku dengan murung.

            Tiba-tiba saat aku memotong kue, terdengar suara motor berhenti dan aku pun melihatnya keluar. Dan ternyata, dito datang sambil membawa kue. Aku tersenyum bahagia saat melihatnya datang walaupun masih ada rasa kesal kepadanya. Dia terlihat sangat ganteng saat mengenakan baju berwarna biru dongker dengan jeans hitam dan sepatu andalannya. Aku pun terpesona melihatnya. Dia berjalan ke arahku sambil membawa kue yang masih ada dalam kantong.

            “Dayanaku, selamat ulang tahun yaa.” Ucap dito yang sedang berdiri di hadapanku sambil menyodorkan kue yang masih ada dalam kantong.

            “Kok nggak bilang-bilang kalo udah pulang.” Sahutku masih kesal.

            “Biar surprise.” Sahut dito sambil tersenyum kepadaku.

            Aku masih kesal dan wajahku masih dalam keadaan cemberut.

            “Jangan cemberut, tuh kan jeleknya kelihatan.” Sahut dito sambil mengejekku.

            “Issss.” Sahutku kesal sambil mencubitnya pelan.

            “Ehh kayaknya rame tuh di dalam.” Tanya dito mengalihkan kekesalanku.

            Akhirnya aku dan dito pun masuk ke dalam rumah. Ternyata di dalam teman-temanku sudah senyum-senyum saat melihat dito masuk ke dalam rumah.

            “Ihh romantis banget sih dito, ga ada kabar tiba-tiba datang kasih surprise.” Sahut lena yang sangat julit.

            “Ihh apaan sih len.” Sahutku sambil tersenyum malu-malu.

            Dito pun membuka bungkusan kue yang tadinya masih dalam kantong. Pikirku dalam hati “Dia benar-benar cowok yang tidak romantis, masa kuenya aja dibuka di dalam rumah bukannya dari luar tadi di bukanya.”

            Teman-temanku tersenyum semua melihat tingkah dito, dan dito berkata:

            “Eh ada lu juga arga.” Sahut dito sambil tersenyum.

            “Iya dit.” Jawab arga dengan singkat.

            Mereka tidak seperti remaja-remaja pria biasanya, yang kalo ketemu pasti sok kenal sok dekat. Tapi lain dengan mereka, mereka hanya betegur sapa dan mengobrol secukupnya saja tanpa ada pembicaraan yang panjang.

            “Kita suap-suapan yaa.” Sahut divya dengan semangat.

            “Kok gue day, kasih dito dulu dong. Kamera siap-siap.” Sahut lena sambil mendorongku ke arah dito dan menyuruh divya sebagai juru kamera.

            Dito pun berdiri, dan aku menyuapkan sepotong kue kecil kepadanya. Lalu gantian, dito menyuapkan sepotong kue kepadaku juga. Begitu seterusnya hingga semuannya kebagian, tibalah saatnya aku menyuapkan sepotong kue kepada arga. Tadinya aku menolak, namun karena dipaksa dengan lena karena nggak enak kalo cuman arga sendiri yang tidak kebagian kuenya. Jadi mau nggak mau aku lakukan dengan sangat terpaksa.

            Saat aku menyuapkan sepotong kueku kepada arga, aku melihat ke arah dito. Dan dia melihatku, seolah mengisyaratkan bahwa “nggak apa” jika aku melakukannya. Arga melihatku dengan sangat tajam, lalu saat aku menyuapkan sepotong kue kecil kepada arga. Tiba-tiba lena nyeletuk dengan berkata:

            “Ihh kok situasinya lebih romantis sama arga ya dibanding sama dito. Atau jangan-jangan kalian berdua pernah menjalin hubungan tanpa diketahui siapapun.” Sahut lena dengan serius sambil mencurigakan kami berdua.

            Aku dan arga pun langsung terdiam melihat lena berkata seperti itu. Apakah lena mengetahui masa laluku dulu bersama arga? Tapi aku tak pernah menceritakan hal ini kecuali sama geya dan dito. Apakah geya yang menceritakan kepada lena, atau itu dito? Tapi itu nggak mungkin, karena mereka nggak saling kenal. Atau jangan-jangan arga sendiri yang menceritakan kepada lena? Tamat sudah... pikirku dalam hati.

            “Haha bercanda-bercanda, sampai terdiam begitu kalian berdua.” Sahut lena sambil tertawa terbahak-bahak.

            “Syukurlah..” Sahut arga ketika semuanya sedang hening.

            “Kok syukurlah? Jadi kalian emang ada hubungan spesial sebelumnya.” Tanya lena dengan sangat terkejut.

            Aku terdiam dan arga juga terdiam. Lalu lena berkata: “Kok diam? Jadi emang beneran ada day? Arga?” Tanya lena dengan sangat serius.

            “Cuma teman satu organisasi aja len.” Sahut arga meyakinkan lena.

            “Ahh sudahlah, aku nggak menyangka ternyata kalian berdua mengkhianatiku.” Sahut lena langsung pergi tanpa mendengarkan penjelasanku dan arga.

            Arga pun langsung berlari mengejar lena. Dan divya juga ikutan mengejar lena. Aku hanya terdiam dan langsung terduduk di kursi yang berada di ruang tamu sambil menangis tersedu-sedu. Dito melihatku dengan diam dan berkata:

            “Keluarin semuanya sayang, nggak apa kok.” Sambil menenangkanku.

            “Huhuhu.” Aku pun menangis mulai keras dan tersedu-sedu.

            “Heiii, nangis sih nangis. Tapi suaranya jangan besar-besar, nanti dikira ibu sama bapak, aku ngapa-ngapain kamu lagi.” Sahut dito mencoba menghiburku dengan sabar.

            “Huhuhu.” Suaraku mulai mengecil.

            “Nah gitu dong, sudahlah diam jangan nangis terus.” Sahut dito sambil mengusap air mataku.

            “Gimana nggak sedih dit, aku merasa bersalah banget karena aku nggak pernah tahu kalo arga itu mantannya lena. Aku baru mengenalnya saat pertama aku masuk organisasi yang sama.” Sahutku masih menangis.

            “Emang lena nggak pernah ngenalin arga ke kamu?” Tanya dito sambil menenangkanku.

            “Nggak pernah, aku cuman tahu kalo waktu SMA dulu nama pacarnya itu arga.” Sahutku masih bersedih.

            “Sudahlah berarti bukan salah kamu kok sayang, terus kenapa kamu nangis? Kamu masih suka sama arga?” Tanya dito mulai serius.

            “Iss pertanyaan kamu, yaa nggaklah. Aku nangis gara-gara tadi dikatain lena, dia bilang aku mengkhianatinya. Sakit banget saat dibilang pengkhianat.” Sahutku mulai nangis lagi.

            “Iya-iya sudah aku percaya kok, jangan nangis lagi. Nih makan kue dulu, aku suapin yaa.” Sahut dito sambil menyodorkan sesuap kue kepadaku.

            “Nggak mau kenyang.” Sahutku sambil menolaknya.

            Dito pun terdiam dan memberikan ekspresi marah dengan berkata: “Aku pulang yaa.”

            Lalu aku pun berkata: “Jangan pulang. Iya sini-sini.” Sambil menarik tangan dito dan memakan kue yang disuapin dito.

            “Lagii? Aaaakkk” Tanya dito kepadaku sambil menyuapkan kuenya.

            “Iya boleh.” Aku berpikir dalam hati: “Hem orang lagi nggak mood disuapin kue mulu, tapi nggak apalah biar dia nggak marah.”

            Hening seketika, dan aku bertanya kepada dito: “Kamu kok gituin aku kemarin?”

            “Kan surprise sayang.” Sahut dito.

            “Tapi aku nggak suka cara surprisenya gitu, aku jadinya mikirin kamu aneh-aneh.” Sahutku sambil cemberut.

            “Emang mikirin apaan.” Sahut dito penasaran.

            “Mungkin aja kamu sudah punya cewek lain terus nggak peduli lagi sama aku, mungkin aja kamu nggak sayang lagi sama aku. Pokoknya aneh-aneh deh.” Sahutku masih kesal.

            “Kalo gitu kenapa kamu nggak ngehubungi aku? Nggak nanyain kabar aku duluan? Aku tuh maunya kamu perhatian sama aku?” Sahut dito balik marah ke aku.

            “Akhirnya kamu marah juga.” Sahutku sambil tertawa.

            “Aku pulang nii.” Sahut dito mau berdiri.

            “Jangann pulang.” Sambil menahan dito. Jadi gitu ya pengen ditanyain kabar duluan. Tapi jangan gitu lagi ya sayang, aku kan jadinya khawatir.” Sahutku berwajah sedih.

            Dito pun pindah tempat duduk ke sebelahku dengan jarak yang begitu dekat. Dia memegang kedua tanganku dan mengelusnya. Lalu dia menatapku dan berkata: “Aku rindu banget, dua bulan nggak pernah ketemu kamu.”

            “Iya aku juga, rinduuu banget.” Sahutku sambil tertawa.

            Dia menyentuh rambutku, lalu menyelipkan rambutku ke telingaku. Kemudian dia berkata: “Ginikan cantik.”

            Aku pun melepaskan selipan rambutku yang ada di telinga dan berkata: “Nggak suka.”

            Dito pun kembali menyelipkan rambutku seperti tadi. Lalu dia kembali lagi menggenggam tanganku.

            Aku pun membiarkannya, karena aku juga sangat-sangat merindukan genggaman tangannya bahkan aku merindukan saat aku di peluknya. “Sayang, kamu percayakan sama aku? Aku sudah nggak ada rasa kok sama arga, aku sudah menganggapnya hanya masa lalu aku. Dan sekarang aku mulai menerima dia sebagai pacarnya temanku.” Tanyaku sambil menatapnya.

            “Iya, aku percaya sama kamu.” Sahut dito dengan meyakinkanku.

            “Kenapa kamu percaya sama aku?” Tanyaku kepada dito.

            “Nggak ada alasan buat percaya.” Jawab dito dengan tegas. “Main ke rumah aku yuk sesekali.”

            “Nggak ah kamu kan sendirian di kosan.”

            “Iya jangan pas aku lagi sendirianlah sayang, kan bapak aku sering kesini. Jadi kapan-kapan aku kenalin ke bapak aku yaa.” Sahutnya sambil tersenyum.

            Kami saling berpegangan tangan dan tak ada yang ingin melepasnya. Tiba-tiba bapak baru pulang dan mau masuk ke rumah. Aku pun langsug menyuruh dito pindah tempat duduk dan berkata: “Adaa bapak, cepet sana.”

            Dia pun langsung cepat-cepat berdiri dengan berpura-pura mengambil minuman. Tampak sekali gugup di wajahnya, dan dia kembali duduk di kursi yang hanya bisa diduduki satu orang. Lucu sekali dito bertingkah seperti itu, aku pun tersenyum dan menahan tawa. Bapak pun masuk ke dalam rumah dan menyapa dito, dito pun menyapa bapak.

            Setelah dia selesai minum, dia mau pulang. Kemudian dia berdiri dari tempat duduk dan berjalan ke arah luar, lalu dia berhenti dan kembali lagi ke hadapanku seperti saat dulu dia ingin meminta pelukan. Tapi kali ini dia hanya diam berdiri tanpa menyodorkan kedua tangannya. Tanpa pikir panjang dia langsung menarikku ke pelukannya, dia memelukku dengan sangat erat hingga aku tak bisa bernafas. Aku hanya terdiam dan beneran tak bisa bernafas karena tinggiku hanya sebahu dito. Tak lama dia pun melepas pelukannya.

            Lalu dia menyentuh rambutku dan menyelipkannya ke telingaku, tak disangka dia mencium keningku selama tiga detik. Lalu dia berkata: “Sudah”

            Aku hanya terdiam dia memperlakukanku begitu, jantungku berdegup sangat kencang dan tubuhku terasa lemas. Dito langsung pulang dan aku hanya bisa melambaikan tanganku, aku tak sanggup berkata-kata. Aku langsung masuk ke kamarku. Dan kejadian tadi masih sangat jelas terbayang diingatanku bahkan masih terasa saat dia memeluk dan mencium keningku. Aku berpikir ada sesuatu yang nggak wajar tapi aku senang. Sekarang aku benar-benar mencintainya..

            Keesokan harinya, aku mencoba menghubungi divya untuk menceritakan semuanya. Aku janjian dengan divya di kampusnya dan aku menunggunya di taman. Tak lama kemudian divya menghampiriku.

            “Day..” seseorang memanggilku dari belakang.

            Aku pun menoleh dan langsung menariknya. “Aku mau cerita div, tentang arga. Sebenarnya aku nggak pernah tahu kalo arga itu mantannya lena. Lena gimana sekarang div?”

            “Lena masih marah sama arga, sama lu mungkin juga day.”

            “Terus aku harus kayak mana div? Please.. aku gamau persahabatan kita hancur cuman gara-gara ini.”

            “Oke, sebaiknya lu ceritain aja semuanya ke lena day.. Mungkin kalo lu cerita bakalan luluh deh hati si lena.”

            “Temenin.. Please... Aku takut..” sahutku sambil menarik lengan divya.

            Kami pun pergi ke rumah lena, dan aku menyuruh lena untuk memanggilnya. Ternyata yang keluar ibunya lena dan kami dipersilahkan masuk. Ibunya memanggil lena, kami berdua duduk di ruang tamu. Tak lama kemudian lena keluar dan saat melihatku lena langsung berwajah kesal. Tetapi dia tetap duduk di ruang tamu.

            “Ada apa?” tanya lena dengan cetus.

            “Len... maafkan aku.. aku..” sahutku sambil memegang tangan lena.

            “Sudahlah day, aku nggak mau dengerin penjelasan kamu lagi.”

            “Len.. coba dengerin dulu penjelasana dayana. Pliss..” sahut divya memohon kepada lena.

            Lena pun terdiam dan aku berusaha untuk menjelaskan. “Len, sebenarnya waktu dulu aku nggak pernah tau arga itu mantan kamu. Aku kira dia beneran nggak ada kaitannya sama kamu, soalnya kamu nggak pernah cerita sama aku kalo arga sefakultas sama aku, terus juga kamu cuman sekali ngelihatin foto arga ke kami.”

            “Kenapa kamu nggak nanya? Kamu harusnya terbuka day sama kita, kamu harusnya cerita kamu dekat sama siapa.” Sahut lena dengan kesal.

            “Iya maafin aku len, div. Aku emang nggak suka cerita ke kalian siapa gebetan aku, atau siapa yang lagi dekat sama aku. Soalnya kalo belum pasti aku malas ceritainnya. Pliss maafin aku len, aku nggak ada rasa kok sama arga, aku sudah ada dito. Arga itu cuman teman aku.”

            “Maafin ya len, dayana kan sudah ceritain tuh semuanya.” Ucap divya dengan membujuk lena.

            Akhirnya lena pun mengangguk dan kami saling berpelukan. Bagiku sangatlah penting suatu persahabatan itu, janganlah sampai hancur suatu persahabatan hanya karena masalah cinta.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Under a Falling Star
1066      625     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Dolphins
631      404     0     
Romance
Tentang empat manusia yang bersembunyi di balik kata persahabatan. Mereka, seperti aku yang suka kamu. Kamu yang suka dia. Dia suka sama itu. Itu suka sama aku. Mereka ... Rega Nicholando yang teramat mencintai sahabatnya, Ida Berliana. Namun, Ida justru menanti cinta Kaisal Lucero. Padahal, sudah sangat jelas bahwa Kaisal mengharapkan Nadyla Fionica untuk berbalik dan membalas cintanya. Sayan...
I have a dream
327      264     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
My Reason
720      475     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Perahu Waktu
435      297     1     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Cazador The First Mission
8291      2298     21     
Action
Seorang Pria yang menjadi tokoh penting pemicu Perang Seratus Tahun. Abad ke-12, awal dari Malapetaka yang menyelimuti belahan dunia utara. Sebuah perang yang akan tercatat dalam sejarah sebagai perang paling brutal.
Dramatisasi Kata Kembali
712      372     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
Menggapai Asa
483      352     0     
Short Story
Menggapai harapan dengan menjalin kerjasama sahabat dan penuh dengan perjuangan yang keras serta mandiri
After School
3346      1363     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...