“Teruntuk malam, kutitipkan rinduku untuknya. Rindu yang tak bisa kumiliki bahkan senyuman tulus yang tak bisa kudapatkan.”
Berhari-hari telah berlalu dan aku masih saja tidak betegur sapa dengan arga, bahkan sampai hari ini. Aku lelah dengan semua ini, lelah dengan sikap dia seperti itu padaku, lelah kenapa saat dia bertemu denganku dan dia pura-pura tidak melihatku. Hari ini aku mencoba untuk memberanikan diri untuk menemuinya. Tapi keraguanku ini yang menjadi penghambatnya.
Tiba-tiba saat aku berjalan di tengah kampus, aku melihatnya.. Itu arga..
“Gaa,” sahutku memanggilnya sambil melambaikan tangan.
Arga melihatku, namun berbalik arah dan tidak memperdulikanku.
Akupun berlari mengejarnya dan menarik lengan bajunya sambil berkata: “Gaa, happy birthday yaa. Are you okay ga? Kamu kenapa menghindar terus dariku? Kamu kok kayak gini sih ga?”
Arga hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaanku sambil melepaskan lengannya dari genggamanku.
“Gaa, kamu kok berubah? Kenapa diam aja ga, jawab dong!” Sahutku dengan mulai emosi.
“Berubah gimana? Terus apa maksud surat kamu itu day? Sudahlah day, kamu gausah peduliin aku lagi.” Jawab arga dengan nada pelan.
“Surat? Itu cuman isi hati aku. Kamu kenapa ga? Maksud kamu apa ngomong kayak gitu ga?” Tanyaku dengan sangat penasaran.
“Sudahlah day, kamu ga usah ngehubungi aku lagi, nggak usah deket-deket aku lagi. Oke paham day?” Sahut arga masih dengan nada lembut sambil memegang bahuku.
“Kenapa gitu ga? Kan kita berteman.. Emangnya ada yang salah ya?” Tanyaku kepada arga.
“Ya jelas salahlah day.. Mana ada cewek sama cowok itu bisa berteman akrab day.”
“Emang salah ya cewek sama cowok sahabatan?” Tanyaku kepada arga.
Dia hanya terdiam dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Aku tak mengerti apa yang ada di pikiran arga. Dengan mudahnya dia memutuskan pertemanan ini.
“Kenapa diam?” Tanyaku dengan wajah marah.
“Ya udahlah ya day, aku sudah punya pacar day.. Maaf untuk ini..” Penjelasan arga dengan tegas.
“Lah, terus apa hubungannya kamu punya pacar sama pertemanan kita ga?” Sambil melihat tajam ke arah mata arga.
“Kamu ni nggak ngerti-ngerti ya, kan aku sudah bilang tadi kalau cowok sama cewek itu ga bisa berteman akrab. Sudahlah day aku malas berdebat sama kamu.” Nada bicara arga mulai emosi dan langsung meninggalkan aku tanpa penjelasan yang jelas.
Dia pergi begitu saja dengan cepatnya tanpa adanya penyesalan yang telah dia lakukan kepadaku. Langkah kakinya semakin jauh dan perlahan-lahan menghilang. Tak ada satu tolehan ke belakang yang dia tujukan untukku sebagai tanda perpisahan terakhir bagiku. Entah apa yang dipikirkan oleh arga, aku tak mengerti. Aku hanya bisa terdiam melihat punggungnya yang perlahan meninggalkanku.
Arga membentakku seperti itu, aku sangat terkejut. Aku tak pernah melihatnya marah seperti itu. Arga yang selama ini aku anggap sangat baik, sangat perhatian, dan sangat peduli. Nyatanya dia sama saja dengan pria lainnya. Arga, andai kita tak pernah ditemukan. Andai kita tak pernah bersama. Andai kita tak pernah bertemu. Mungkin, kamu tak akan seperti ini.
Arga, kamu menyuruhku untuk menjauhimu. Akan aku usahakan walaupun ini sangat menyakitkan. Aku tak berhak untuk menyuruhmu selalu berada disisiku. Kamu benar, pria dan wanita tidak pernah bisa berteman baik. Karena, aku menyukaimu dan semoga kamu bahagia bersamanya..