Read More >>"> Starlight and Integra (Part 4. Ternyata...) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Starlight and Integra
MENU
About Us  

"Bagaimana dia bisa ada di sini?" aku merasakan ada seseorang di sampingku, dia mengelus-elus dahiku.

"Dibandingkan memikirkan itu, lebih baik kita pikirkan keadaannya dulu, bagaimana kondisinya, Dear?"

"Ya, syukurlah dia stabil sekarang, masa kritisnya sudah lewat. Seharusnya di sudah sadar kemarin. Kita tunggu dan berdoa saja, Anata (sebutan sayang dalam bahasa Jepang)."

"Apakah harus dilakukan amputasi?"

"Emm...soal itu....", suara keduanya tak asing, mungkinkah?! Samar-samar aku melihat cahaya lampu berwarna putih, bukan itu langit-langit yang berwarna putih.

"Dimana aku?" seingatku terakhir kali aku berada di taman kota, aku berusaha bangun. Emm...sakit, aku merasakan sakit di lengan dan pahaku yang tertembak kemarin.

"Kau sudah sadar, Sayang? Syukurlah!" keduanya memelukku dengan erat, sampai aku tak bisa bernapas.

"Papa, Mama, aku tak bisa bernapas!"

"Oh maafkan, Sayang!" mereka melepaskan pelukannya, Mama masih juga memelukku sambil mengelus-elus dahiku.

"Syukurlah, kau sudah sadar!" Papa mengecup dahiku,"Aku akan segera kembali, istirahatlah!"

"Mama, ini dimana? Badanku sakit!" aku mengeluh pada Mama, aku rindu pelukan dan belaiannya.

"Anggap saja kau sedang dirawat di rumah sakit," Mama kembali mengecup dahiku,"tenanglah, semua akan baik-baik saja, Mana ada di sini!" Mama mengecup dahiku lagi, aku teringat sesuatu.

"Mira, Revan!" ucapku spontan.

"Ada apa, Sayang? Mengapa kau berteriak?"

"Mama, Mira Ma, Mira dia gimana? Aku ke sini sama Mira!" ingatanku kembali ke peristiwa itu,"REVAN!!!" aku berteriak,"REVAN!!!" air mataku menetes,"REVAN!!!".

"Sayang! Lia! Sayang!" Mama memelukku,"Tenanglah Sayang! Tenanglah! Semua sudah berakhir! Tenangkan dirimu! Mama di sini!" Mama memelukku erat-erat, aku menangis di pelukan Mama.

"Mama, Mama....", aku terus menangis meluapkan ketakutan, kehilangan segalanya bercampur aduk jadi satu,"Lia takut Ma, Lia takut!" aku menangis,"Semuanya mati, darah, tembakan!", aku terus tersedu-sedu. Seumur hidup baru pertama kali kulihat hal semenakutkan itu.

"Tenanglah Sayang! Tenanglah! Semua sudah berakhir!" Mama ikut menangis bersamaku,"Kau aman di sini! Tak ada yang akan menyakitimu! Mama dan Papa ada di sini!"

***

Rasanya memang sakit, tapi aku senang. Entah sudah berapa lama aku di sini, hari terasa cepat berlalu. Meski Mama bilang ini rumah sakit, tetapi tak pernah kulihat ada dokter atau perawat yang masuk mengecek keadaanku. Agak aneh memang, semuanya dilakukan oleh Mama, mulai dari menyuapiku, mengganti perban, memandikanku sampai mengecek kondisiku secara rutin.

"Mama!", ucapku sambil menelan bubur itu,"Mama, kenapa aku tak melihat ada dokter di sini? Mengapa dari kemarin semua hal dilakukan oleh Mama?"

"Ayo makan!" aku menerima suapan itu lagi,"Apa kau tidak suka dirawat oleh Mama?"

"Bukan! Aku senang kok dirawat Mama, hehehe. Sangat senang, aku rindu Mama.", aku tertunduk.

"Oh Sayang! Jangan sedih!" Mama mengecup dahiku,"Maafkan Papa dan Mama ya," Mama memelukku,"sekarang yang terpenting kamu harus sembuh dulu, jangan pikirkan hal lain ya!"

"Mama, Mira gimana? Dia dimana? Apa dia...", aku tak sanggup membayangkan kemungkinan terburuk.

"Dia baik-baik saja kok! Tenanglah sekarang pikirkanlah dirimu dulu ya!" Mama mengelus-elus rambutku.

"Mama, apa Mama tidak bertugas? Mama kan staf medis kerajaan."

"Mama cuti, Sayang. Ratu berbaik hati untuk memberi cuti bagi pegawai yang keluarganya terkena musibah itu. Jangan memikirkan hal lain, pikirkan dulu kesembuhanmu ya.", Mama mengecup dahiku lagi.

"Papa dimana, Ma? Mengapa dari kemarin aku tak melihatnya?"

"Papa sedang ada pekerjaan, sebentar lagi kembali kok. Makananmu sudah habis, sekarang istirahatlah ya," Mama menyelimutiku, ia membenarkan posisi bantalku, lalu mengecup dahiku,"Mama akan segera kembali, tidurlah.", Mama pergi meninggalkanku sendiri. Aku mencoba memejamkan mata untuk tertidur. Tidak bisa, aku tidak bisa tidur jika tak ada belaian Mama sejak peristiwa itu aku tak bisa tidur. Aku berusaha bangun, tubuhku sudah membaik tidak sesakit waktu itu. Aku duduk di tepi tempat tidur. Mengamati kamar sekelilingku, untuk sebuah ruang di rumah sakit, fasilitas di kamar ini bisa dibilang terlalu lengkap sampai disediakan lemari dan rak penuh buku. Mungkin ini kelas VIP, ya kerajaan memang baik. Lengan kananku jika digerakkan masih sakit, sampai harus memakai penyangga lengan agar tak bergerak. Pahaku juga masih sakit, tapi tidak sesakit dulu. Revan?! Bagaimana keadaannya? Apakah dia selamat? Aku teringat sesuatu, Cincin! Dimana cincin itu? Mengapa di kedua tanganku tidak ada? Aku nekat turun dari tempat tidur, aku berjalan dibantu dengan tongkat penyangga. Mungkinkah di laci? Mungkinkah di lemari? Aku berusaha mencari cincin itu di semua laci yang ada di kamar itu, semua laci itu kosong. Aku mencoba mencarinya di lemari, anehnya justru hanya gaun yang aku temukan. Gaun? Di rumah sakit? Ah, rumah sakit ini memang terlalu mewah. Aku memcoba membuka pintu kamar, ternyata tidak terkunci.

Ternyata kamarku berada di pojokan sebuah lorong, di kiri-kanannya terdapat pintu dengan warna yang berbeda-beda. Aku mencoba membuka pintu-pintu itu, tapi percuma saja, pintu-pintu itu terkunci.

"Mama! Mama!" aku memanggil sambil berjalan terpincang-pincang,"Mama! Mama!" sepi sekali. Benarkah ini sebuah rumah sakit? Jika iya, mengapa aku tak melihat orang berlalu lalang? Mengapa tak ada dokter atau perawat yang berjaga? Mungkinkah karena Mama dekat dengan raja dan ratu jadi diberi fasilitas khusus rumah sakit yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu? Aku melihat ada sebuah pintu terbuka, terdengar bunyi alat-alat seperti di rumah sakit. "NGEKK!!!", aku membuka pintu itu."Mama!" panggilku lirih, tidak ada siapapun yang menjawab. Aku memasuki kamar itu, nuansanya berbeda dengan kamar yang aku tempati. Dinding kanar ini berwarna biru langit, plafonnya berwarna putih sama seperti kamar yang aku tempati. Lantainya dilapisi dengan kain yang berwarna putih pucat yang belum pernah aku lihat sebelumnya. "Siapa itu?!" ucapku spontan.

Nampak ada seseorang terbaring di sudut ruangan, di sekitarnya nampak berbagai macam peralatan medis, ada tabung oksigen, alat pendeteksi detak jantung dan banyak alat yang tak kupahami. Aku mengamatinya, dia manis juga. Nampak seseorang laki-laki muda tergeletak tak berdaya di ranjangnya yang bersprei biru muda. Ia berkulit putih, berhidung mancung, rambutnya kuning keemasan, dia gondrong. Rambutnya yang sepanjang bahu dibiarkan terurai begitu saja. Aku mengamatinya dengan seksama, di hidungnya ada selang untuk membantunya bernapas terhubung dengan tabung oksigen, di mulutnya juga ada selang entah apa fungsinya. Kedua kakinya di gips, apakah dia juga korban seperti aku? Ia berselimut warna hijau tozka, DUG!!! DUG!!!DUG!! Samar-samar aku mendengar suara detak jantung. Aku mencari sumber suaranya, nampaknya dari orang ini. Ada selang dan kabel yang terhubung ke bagian atas tubuhnya dari sebuah mesin. Aku menyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian atasnya, HAH!!! Baru pertama kali aku melihat hal semenakutkan ini, aku melihat jantung yang berdetak, tidak tertutup kulit, tapi sengaja dibiarkan terbuka, ada semacam panel bening yang melindungi jantung orang itu. Ketika aku hendak menutup kembali selimutnya, BLAR!!! AKH!!! Teriakku, orang ini tiba-tiba membuka matanya. BRUKKK!!! Aku kehilangan keseimbangan, aku merasakan dahiku membentur benda keras. Semuanya tiba-tiba gelap.

***

Samar-samar terlihat warna putih, hitam perlahan-lahan menjadi putih seutuhnya. Ya, plafon berwarna putih.  AUCH!!! Aku merasa sakit di dahiku.

"Kau sudah sadar?" suara yang asing, yang belum pernah kukenal sebelumnya. Aku melihat ke arah samping kanan.

"AKH!!! HANTU!!!" teriakku. Aku melempar bantal yang ada di sebelahku ke arahnya,"MAMA!!! PAPA!!! TOLONG!!!" aku memejamkan mataku,"MAMA!! PAPA!!!"

"Tenanglah Lia! Tenanglah! Mama di sini!" aku merasakan Mama memelukku, "Jangan takut! Jangan berteriak! Tenanglah!" aku membuka mataku.

"AKH!!!" teriakku lagi,"Siapa kau?! Kau bukan Mama!" kurasakan pelukan dan sentuhannya seperti Mama, tetapi penampilannya bukan. Seorang perempuan dengan rambut keemasan, rambutnya saat dikuncir ke belakang sepanjang rambut Mama. Matanya biru sebiru warna langit, mirip dengan warna mata "hantu" itu.

"Lia! Tenanglah!" orang itu berusaha menyentuhku.

"Pergi! Kau bukan Mama! Kau bukan Mama!" aku meronta-ronta,"Dimana Mamaku?! Kembalikan Mamaku! Pergi!! Pergi!!! orang itu memelukku, aku memukulinya dengan tanganku,"pergi!! Lepaskan!! Pergi!!!

"Lia!! Tenanglah!! Lia!!" panggilnya terus,"Ini aku, Mama!! Lia!! Tenanglah!!, panggilnya terus-menerus.

"Lepaskan!! Pergi!!" aku terus melawannya,"Mama bukan kamu!! Kamu bukan mamaku!!", CUP!!! orang ini mengecup dahiku, mengapa sentuhannya seperti Mama?! Apa yang terjadi?!

"Lia!! Lihatlah aku!! Aku ini mamamu!!" ucapnya dengan lembut sambil memelukku, aku berhenti melawan, CUP!! Orang ini mengecup dahiku lagi. Aku membuka mataku, perlahan." Coba lihat aku baik-baik.", ia mengarahkan wajahnya ke hadapanku, matanya dan mataku langsung bertatapan.

"MAMA!!!" teriakku, aku memelukknya,"Mama, mengapa Mama berbeda?!" aku bingung dengan situasi yang terjadi,"Mama! Kepalaku sakit! Mama kemarin dimana?! Aku mencari Mama tapi justru bertemu hantu!" aku mencurahkan segala isi hatiku, Mama diam saja, dia memelukku, sambil mengelus-elus rambutku, sesekali mengecup dahiku.

"Tenanglah! Lia! Mama di sini!" aku mengeratkan pelukanku pada Mama,"Bukalah matamu! Tidak ada hantu!" aku membuka mataku, melihat ke arah orang itu.

"Hay!", ia tersenyum, sambil menatap ke arahku.

"MAMA!!" aku memejamkan,"Hantunya masih ada!!"

"Lia! Sayang!" Mama mengecup dahiku lagi,"Jangan takut! Dia bukan hantu! Dia manusia!" aku membuka mataku, mengarahkan pandangan ke orang itu. Ia tersenyum ramah, aku memberanikan diri. Kusentuh bahunya dengan jari telunjukku.

"Iya, benar-benar dia manusia!" aku melepaskan diri dari pelukan Mama,"Kamu siapa? Mengapa jantungmu terbuka? Apa kamu korban juga seperti aku?!"

"Emm...aku...emm...", dia terlihat ragu-ragu dalam menjawab,"aku...",ia melihat ke arah Mama.

"Namanya Arjuna!" jawab Mamaku.

"Apa dia korban seperti aku, Ma?", aku menatap Mama.

"Lia!" Mama mengusap kepalaku,"Kamu percayakan jika Papa dan Mama menyayangimu?"

"Emm...iya aku percaya kok kalo Mama dan Papa menyayangiku.", Mama tersenyum, ia memelukku sambil mengusap-usap kepalaku.

"Jika kamu percaya, berjanjilah kamu tidak akan marah, Mama akan menceritakan sesuatu."

"Dia adalah kakakmu, Sayang. Kakak kandungmu, lebih tua 3 tahun darimu!"

"HAH?!!! KAKAK?!! BAGAIMANA MUNGKIN???!!!" aku berteriak sangat keras. PIP!!PIP!!PIPP!!, Watch-i di tangan Mama bergetar, ada hologram gambar hati di sana.

"Tenangkan dirimu, Sayang!" Mama mengecup dahiku,"Mama pergi sebentar, Papa memanggil Mama.", Mama meninggalkanku seorang diri bersama orang asing itu. Suasana hening, aku berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi, apa yang baru saja dikatakan Mama. Seorang kakak kandung? Sejak kapan? Mengapa aku tak pernah tahu? Mengapa hal ini disembunyikan dariku? Aku menatap wajah orang itu, dia duduk di sebuah kursi roda. Kakinya terlentang, masih terbalut gips. Dia tak lagi bertelanjang dada, ia memakai pakaian dengan kancing di bagian depan dan celana panjang warna biru langit.

"Ja...jadi...kau...em...be...nar-be..nar kakakku?!" aku menatap matanya, matanya mirip dengan warna mata Mama dengan penampilan yang sekarang.

"Iya, aku kakakmu, nama saya Arjuna", dia tersenyum ramah,"panggil saja saya Juna!"

"Juna ya?!" aku berusaha mencerna segala hal yang terjadi,"Emm...apa kau tahu jika aku adikmu?!"

"Tentu, aku menunggu saat yang tepat untuk bertemu denganmu, Lia!"

"Aku pusing!" kepalaku semakin terasa sakit, apa saja yang disembunyikan oleh Mama dan Papa selama ini?.

"Kau kenapa? Apa kepalamu sakit? Apa perlu kupanggilkan Ibunda?"

"Ibunda?" aku tertegun,"kau memanggil Mama, Ibunda?"

"Iya, aku sejak kecil aku terbiasa memanggil Yang Mulia Ratu, Ibunda.", ia tersenyum.

"Yang Mulia Ratu?!" teriakku,"Sejak kapan Mama menjadi ratu? Apa kita benar-benar terlahir dari ayah dan ibu yang sama? Sejak kapan Mama menjadi istri raja? Apa Mama dulunya selir yang diangkat menjadi ratu?"

"Jaga bicaramu, Dik!" ucapnya dengan nama meninggi,"Ayahanda hanya punya satu istri sejak dulu, yaitu ibunda kita. Sejak menjadi pangeran, Ayahanda tidak pernah menikah lagi, beliau selalu setia pada Ibunda. Ibunda bukan selir, beliau istri sah dan istri satu-satunya ayahanda kita."

"Dik?!" ucapku,"Kau memanggilku adik?!"

"Tentu saja, kau kan adikku,tentu saya memanggilmu Adik!"

"Kakak, Yang Mulia Ratu, pangeran! Aku semakin pusing! Tak bisakah kau berhenti bercanda? Aku semakin pusing!" ucapku sambil memegangi kepalaku.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, Dik. Memang itulah kenyataannya."

"Kau ini sebenarnya siapa? Mengapa kau bisa tertidur dengan jantung terbuka seperti kemarin? Kau bukan zombie yang menghipnotis Mamaku kan?!"

"Saya ini memang Kakakmu. Saya kecelakaan, saya tak terlalu ingat kejadiannya tapi ketika saya tersadar 8 hari yang lalu, saya sudah berada di kamarku...."

"Tunggu!", aku menyelanya,"Kau bilang 8 hari? HAH! Aku pingsan selama itu?!"

"Iya, kepalamu terbentur laci, agak keras sehingga berdarah dan butuh dijahit. Maaf sudah mengagetkamu di pertemuan pertama kita, saya tak bermaksud mengagetkanmu. Saya bahkan baru sadar jika saya sudah koma selama 2 tahun akibat kecelakaan itu."

"2 tahun?! Kau seperti itu selama 2 tahun?!" aku terkejut,tunggu 2 tahun,"Jadi Mama dan Papa tidak pulang selama 2 tahun karena menjagamu?"

"Ya, bisa dibilang seperti itu. Maafkan saya karena membuatmu tidak bisa  bertemu Ayahanda dan Ibunda selama 2 tahun, Dik. Itu bukan kemauan saya, jangan marah kepada Ayahanda dan Ibunda. Saya tak pernah melihat Ayahanda sekhawatir itu sebelumnya, beliau sampai tidak bisa tidur karena menungguimu sadar."

"Aku tak tahu harus berkata apa, aku bingung dengan semua ini. Aku ke sini hanya untuk berlibur sekaligus menghadiri pelantikan kekasihku sebagai Royal's Guard. Aku sudah kehilangan dia, akibat peristiwa mengerikan itu. Sekarang aku punya seorang kakak yang muncul tiba-tiba, Mama yang katamu seorang ratu, oh semua ini membuatku gila!" aku menutupi wajahku dengan bantal lalu menangis.

"Jangan menangis" orang itu memegang tanganku, salah satu tangannya mengusap air mataku,"saya tahu ini membingungkan, tapi percayalah pada orang tua kita."

"Aku bingung, Kak. Jika memang Mama dan Papa menyayangiku, mengapa mereka menyembunyikannya? Aku bingung ketika harus menerima kenyataan ini secara tiba-tiba."

"Untuk melindungimu dan demi keberlangsungan hubungan Mama dan Papa."

"Maksud Kakak apa?!"

"Kau adalah perempuan, Dik. Perempuan yang terlahir dari keturunan ras rambut emas murni. Kau lebih berharga dibandingkan semua harta Ayahanda dan Ibunda. Beginilah keadaan Heart of Star, meski terlihat gemerlap dan mewah, tetapi sering terjadi penyerangan atau konflik dengan Kerajaan Integra. Perempuan lebih berharga karena keturunan yang sehat dan sempurna ditentukan dari calon Ibu. Ayahanda dan Ibunda tidak ingin kau menderita akibat dijadikan barang tarik ulur untuk pernikahan politik atau sejenisnya. Selain itu, kakek dari Ibunda, tidak suka jika Ibunda menikah dengan Ayahanda yang merupakan seorang pangeran. Kakek tidak ingin keluarganya terlibat dalam urusan politik, beliau lebih suka fokus untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan riset yang berpusat di Free Land, tempat Ayahanda dulu bertugas sebagai tentara. Ayahanda ketika menikah dengan Ibunda merupakan seorang tentara, Ibunda tidak tahu bahwa Ayahanda seorang pangeran. Identitas Ayahanda sengaja disembunyikan untuk keamanan beliau. Awalnya pernikahan Ayahanda dan Ibunda baik-baik saja, sampai Kakek  Bima, sakit-sakitan sehingga harus turun tahta sebagai raja. Saat itulah Ayahanda mau tidak mau harus kembali menjalankan takdirnya sebagai pangeran yang mewarisi takhta. Awalnya Ibunda dan keluarganya marah dan merasa dibohongi, tapi melihat kondisi Ayahanda yang tertekan, Ibunda dan keluarganya melunak. Ibunda tidak lagi marah, ia bersedia ikut pergi ke kerajaan untuk diangkat sebagai ratu. Kakek dari Ibunda merestui hubungan orang tua kita berlanjut, dengan satu syarat. Harus ada keturunan yang dibesarkan di luar lingkungan istana sejak kecil agar dapat meneruskan usaha dan riset yang sudah dibangun oleh Kakek di Free Land. Akhirnya, Ayahanda dan Ibunda membiarkanmu dibesarkan oleh kakek dan nenek kita yang ada di Free Land, agar kau bisa hidup aman dan tenteram tanpa harus dibayangi pernikahan secara politik sejak dini."

"Jadi begitu," aku menghela napas, diam sejenak berusaha mencerna cerita itu,"sejak kapan kau tahu hal ini? Mengapa aku tak diberitahu jika aku punya kakak? Apa kakek di Free Land membencimu?"

"Saya tahu sejak kecil, Dik. Tidak, kakek di Free Land tidak membenciku, hanya saja kakek kita yang di sinilah yang melarangku ke Free Land. Beliau ingin aku fokus menjalankan tugasku dan pembelajaranku sebagai putra mahkota. Aku harus fokus, tidak boleh terlalu terlena oleh masalah pribadi keluarga. "

"Tunggu berarti kakek dari Papa adalah Raja Bima Goldenlight II? HAH?!"

"Iya, memang itu kenyataaanya."

"Jadi karena ini, kakek dan nenek di Free Land selalu melarangku ke Heart of Star? Aku tak menyangka jika serumit ini."

"Apakah kakek dari Papa tahu kalau ada aku sebagai cucunya?"

"Tentu saja!" orang ini memelukku,"Kakek tidak sekejam itu, beliau tahu jika cucunya tidak hanya aku saja, hehehe. Beliau sebenarnya ingin menemuimu seperti Ayahanda dan Ibunda, tetapi beliau tidak ingin memperkeruh suasana."

"Lalu Kak, jika aku selalu di Free Land dan Papa dan Mama serta Kakak benar-benar, keluarga kerajaan yang memerintah sekarang, lalu siapa yang jadi putri ketika tampil di acara-acara kerajaan itu, seperti di acara pelantikan kemarin?"

"Oh dia! Jangan cemburu padanya, dia itu robot pengganti, hehehe. Posisimu masih diakui kok tenang saja. "

"Jadi aku ini benar-benar keturunan ras rambut emas? Tidak kekurangan gen? Berarti tampilan Papa dan Mama yang sebenarnya, berambut emas dan bermata biru? Jadi legenda itu bukan cuma mitos?"

"Ya, memang itu bukan mitos, Dik,hehehe. Ya, saat  bertemu denganmu Ayahanda dan Ibunda memang menyembunyikan penampilan dan identitas aslinya, agar kau tidak syok. Mereka ingin memberitahumu ketika kau sudah lulus kuliah agar pendidikanmu tidak terganggu akibat fakta membingungkan ini. Tetapi karena kau sudah di sini, jadi ya sekalian saja hehehe."

"Lalu, namaku siapa Kak? Apa tetap Roselia Hope?"

"Ya, namamu memang masih sama tetap Roselia. Hanya family name-nya saja yang berbeda. Bukankah materi tentang keluarga kerajaan ada di pelajaran ketatanegaraan? Jangan bilang kau tidak tahu nama putri yang sebenarnya namamu serta namaku sebagai putra mahkota.", ia menatapku tajam.

"Hehehe!" aku tersenyum simpul,"Emm...em...memang aku tidak tahu, hehehe. Aku hanya tahu nama raja dan ratu saja, hehehe. Aku tidak terlalu suka pelajaran yang berbau kerajaan dan ketatanegaraan, hehehe."

"Lalu Kak, sebenarnya kita dimana? Apa ini benar-benar rumah sakit?"

"              Oh ruangan ini? Sebenarnya ini salah satu kamar tamu di area kediaman raja dan ratu, bisa dibilang ring I atau area pribadi."

"HAH?!" mulutku menganga,"kediaman raja dan ratu? Berarti ini istana?"

"Ya, bisa dibilang kompleks istana, Dik!"

***

"Ayo AAA!!!" aku mengunyah makanan dari suapan yang diberikan Mama,ya setidaknya sudah bukan bubur lagi,"Mama, aku sudah kenyang, jangan membuatku gendut!"

"Kau itu masih sakit! Tidak perlu memikirkan gendut atau tidak yang penting sembuh dulu. Lihat piring kakakmu sudah kosong sedari tadi, ayo makan ini suapan terakhir! AAA!" mau tak mau aku memakannya,"anak pintar!" puji Mama seperti memuji seorang anak kecil. Aku teringat sesuatu.

"Mama!" panggilku.

"Iya, kenapa?"

"Dimana barang-barangku? Aku mencarinya dari kemarin tapi tidak ada, dimana Ma? Aku...."

"Jangan memikirkanya, nanti Mama belikan lagi. Pikirkanlah kesehatanmu agar bisa sembuh!"

"Tapi Ma...tapi...Watch-i-ku kan penuh kenangan dari kecil aku memakainya, bandoku juga, semua barang yang aku pakai penuh kenangan. Mama, barangku dimana?" aku merajuk seperti anak kecil,"Mama, Mama!" aku terus merajuk,"Mama, dimana barang-barangku?, Mama katakan! Mama!"

"Barangmu sudah rusak, nanti Mama belikan ya baru, ya. Jangan dibahas lagi ya."

"Tidak mau, aku mau barangku yang dulu, dimana Mama, katakan kumohon katakan, Mama! Mama!" aku kembali merajuk seperti anak kecil,"Dimana Mama?.Dimana?,"aku menarik rok Mama yang hendak keluar kamar.

"DIAM LIA!!! AKU SUDAH MEMBAKARNYA!!!" teriaknya Mama, apa dibakar? Dibakar? Kaget, takut, sedih bercampur jadi satu, aku menangis. Belum pernah kulihat Mama semarah itu padaku, ditambah lagi semua barangku dibakar? "Oh Lia!" Mama memelukku,"Maafkan Mama, aku tak bermaksud marah padamu. Aku tak tahan melihat semua barang-barang itu, Nak, "Mama memelukku sambil menangis,"semuanya berlumuran darah, aku ingin menyimpannya tapi hatiku tak kuasa melihatnya. Maafkan Mama ya Sayang, Maafkan Mama.", aku menangis bersama Mama. Cukup lama aku berusaha mencerna apa yang terjadi. Benar juga, orang tua mana yang tega melihat anaknya berlumuran darah. Apalagi seorang ibu yang melahirkanku.

"Mama,maafkan sudah membuat Mama sedih, aku...."

"Sudahlah tidak apa-apa!" Mama mengecup dahiku,"maafkan Mama juga karena sudah membentakmu."

"Mama," panggilku lembut.

"Iya, ada yang kau inginkan?"

"Boleh,aku bertanya sesuatu?"

"Bertanyalah, asal jangan tanyakan lagi dimana barang-barangmu. Aku sudah membakar semuanya, termasuk yang ada di hotel tempatmu menginap bersama Miranda. Aku tak ingin melihat benda kenangan buruk itu."

"Bagaimana Mama bisa menemukanku? Aku kan tidak bilang jika aku pergi ke...."

"Watch-i perakmu sebenarnya adalah sebuah pelacak. Aku dan Papa bisa selalu memantaumu dimana pun kau berada asal masih ada di planet Nu Hope. Tetapi, karena kau mengenakan Watch-i baru di atas Watch-i perak, kami jadi tidak bisa melacakmu. Kami baru tahu jika kau ada di sini, saat bandomu mengirimkan sinyal SOS. Bandomu adalah alat pendeteksi kesehatanmu, jadi aku bisa memantaunya dari jauh. Tetapi tidak ada pelacaknya, hanya ketika tubuhmu dalam keadaan genting, bando itu mengirim sinyal SOS, ke Watch-i Mama, Papa serta kakek dan nenek di Free Land.", oh jadi karena itu, aku tidak boleh berganti Watch- i sejak kecil, tunggu kakek dan nenek juga dikirimi sinyal SOS?

"Jadi kakek dan nenek juga sudah tahu jika aku di sini?" aku melepaskan pelukan Mama.

"Tentu, mereka sudah tahu sejak kau pergi ke stasiun. Ya, karena kau sudah besar dan pergi bersama Mira, jadi mereka membiarkanmu.

"Apa Mira benar-benar baik-baik saja? Apakah dia sudah kembali ke Free Land?"

"Jangan khawatir Sayang, Mira benar-benar baik-baik saja. Dia masih hidup, tidak terluka parah. Sekarang dia dirawat di rumah sakit militer, di ruang VIP."

"Apa aku boleh bertemu dengannya? Tanganku sudah sembuh, sudah bisa bergerak. Aku juga sudah kuat berjalan kok."

"Emm...", Mama tidak menjawab, ia termenung, GREKK!!! Terdengar pintu terbuka, ada yang masuk ke kamar ini. Topeng tembaga? Siapa dia?

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    penyajian bahasanya oke, seperti dibawa larut dalam alurnya. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Part 1. Menuju Pusat Kerajaan
Similar Tags
Strawberry Doughnuts
537      361     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Koma
15891      2667     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
197      157     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Letter hopes
809      454     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
JUST A DREAM
819      380     3     
Fantasy
Luna hanyalah seorang gadis periang biasa, ia sangat menyukai berbagai kisah romantis yang seringkali tersaji dalam berbagai dongeng seperti Cinderella, Putri Salju, Mermaid, Putri Tidur, Beauty and the Beast, dan berbagai cerita romantis lainnya. Namun alur dongeng tentunya tidaklah sama kenyataan, hal itu ia sadari tatkala mendapat kesempatan untuk berkunjung ke dunia dongeng seperti impiannya....
One Step Closer
1924      777     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
Peringatan!!!
1913      819     5     
Horror
Jangan pernah abaikan setiap peringatan yang ada di dekatmu...
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
The Black Envelope
2379      837     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
Apakah Kehidupan SMAku Akan Hancur Hanya Karena RomCom?
3187      931     1     
Romance
Kisaragi Yuuichi seorang murid SMA Kagamihara yang merupakan seseorang yang anti dengan hal-hal yang berbau masa muda karena ia selalu dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya akibat luka bakar yang dideritanya itu. Suatu hari di kelasnya kedatangan murid baru, saat Yuuichi melihat wajah murid pindahan itu, Yuuichi merasakan sakit di kepalanya dan tak lama kemudian dia pingsan. Ada apa dengan m...