Read More >>"> Starlight and Integra (Part 2. My Special Moments) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Starlight and Integra
MENU
About Us  

Para penjaga itu menutup mataku dengan sebuah kain, mereka mendudukkanku di sebuah kursi. Aku tidak tahu arah, tetapi dapat kurasakan bahwa kursi ini juga melayang. Tak lama kemudian mataku terbuka, aku sudah berada di sebuah ruangan yang berwarna serba biru laut, mulai dari dinding, langit-langit, hingga lantainya semua berwarna biru laut.

"Selamat datang Nona, mohon maaf atas ketidaknyamanan tadi," seseorang Royal Guard's telah duduk berhadapan denganku, entah sejak kapan di hadapanku sudah ada meja dengan permukaan berwarna putih. Dari atribut yang dikenakannya, sepertinya dia seorang komandan pasukan pengaman. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat, Royal's Guard itu melepaskan topeng hitamnya, nampak dia seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahunan, mata kirinya merupakan mata asli berwarna hijau limun, sedangkan mata kanannya mata bionik berwarna hijau safir. Dia merupakan ras rambut perak, terlihat dari warna rambutnya yang berwarna putih mengkilap. "Apa kau lapar Nona?" ucapnya sambil menyodorkan teh dan makanan Bumi yang disebut donat.

"Emm...te..te...terima...ka...sih, ta...pi...saya masih ken...yang!" jawabku terbata-bata. Komandan itu hanya tersenyum, dengan santai beliau menyeruput teh dari cangkir lalu memakan donat kecil itu.

"Tak usah tegang!" ucapnya santai,"kami hanya akan...."

"Apa salah saya?! Ini pertama kalinya saya datang ke sini! Saya tidak tahu apa peraturan yang saya langgar, apa ini ada hubungannya dengan candaan saya dengan sepupu saya tadi? Apakah itu termasuk penghinaan terhadap keluarga kerajaan? Apakah saya ditangkap karena itu?" Komandan itu kembali tersenyum, ia mengeluarkan suatu kotak berwarna hitam dengan tulisan "Top Secret".

"Dugaanmu salah Nona, kami hanya ingin melakukan beberapa pemeriksaan terhadapmu, setelah selesai kami akan melepaskanmu Nona, tak perlu khawatir."

"Tapi jika saya tak bersalah mengapa saya harus diperiksa di ruangan ini? Mengapa tidak bersama dengan orang lainnya?"

"Karena Anda berbeda Nona Roselia Hope.", ucap Komandan itu sambil menatap layar hologram berisi data diriku.

"Saya berbeda? Apa maksudnya Komandan?" aku bingung,"Apa karena aku terlalu normal?" ucapku lirih.

"Ya, karena Anda normal, bahkan bisa dikatakan sempurna secara fisik luar dalam serta secara mental. Selain itu Anda memiliki ciri-ciri ras rambut emas murni. Keturunan ras rambut emas murni terlahir dari orang tua dari ras yang murni pula atau dari perkawinan dengan orang tua ras berbeda tetapi sama-sama murni."

"Tapi bisa saja organ dalam saya hasil transplantasi, di luar sana banyak yang memiliki mata berwarna biru laut dan rambut emas sama seperti saya...", aku berusaha membantah Komandan itu.

"Nona, kami bisa membedakan mana organ yang dimiliki sejak lahir atau bukan, serta kami juga bisa membedakan mana warna asli dan warna dari hasil variasi fashion,"  Komandan mulai mengeluarkan alat dari dalam kotak itu,"mari kita mulai pemeriksaan terhadap Anda."

"Tapi saya tidak normal Pak! Saya juga cacat seperti yang lainnya!" aku mengeluarkan suatu kertas dari dalam koperku, "Saya kekurangan gen dari ibu saya, Pak! Karena itu tampilan saya seperti ini!", kertas itu aku serahkan pada Komandan.

"Emm...jadi begitu ya!" ucap Komandan itu santai sambil membaca kertas yang kuserahkan padanya,"Berdasarkan Surat Keterangan Kesehatan Kelahiran ini, ternyata Anda sudah seperti ini sejak lahir ya?! Emm, suatu kasus yang langka. Karena Anda lahir dan besar di Free Land, kami belum mendapatkan data yang lengkap untuk kasus langka bagi warga Free Land," Komandan itu melakukan scanning terhadap surat itu,"baiklah Nona, sepertinya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan, Anda akan kami bebaskan!"

"Komandan, bolehkah saya bertanya?"

"Apa yang ingin Anda tanyakan Nona?" Komandan itu kembali melahap satu butir donat mini itu.

"Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan secara khusus terhadap orang dengan ciri ras rambut emas murni?"

"Kami melakukannya untuk melindungi keturunan murni ras rambut emas, Nona. Keturunan murni ras rambut emas yang bertubuh normal dan sempurna secara fisik dan mental-yang berasal dari luar keluarga kerajaan, jumlahnya semakin sedikit. Kami ingin mendata mereka, agar  bisa melindungi mereka secara maksimal dari ancaman pengambilan organ secara paksa atau pernikahan paksa untuk dapat menghasilkan keturunan yang normal dan sempurna secara fisik maupun mental."

"Oh begitu," aku berusaha mencerna kata-kata Komandan itu,"baiklah Pak jika saya sudah boleh pergi ke mana arah yag harus saya tuju? Dimana pintu keluarnya?"

"Duduklah saja Nona, tutuplah matamu, jangan bicarakan kepada siapa pun tentang kejadian ini! Karena hal ini merupakan rahasia kerajaan demi melindungi warganya!" aku mengikut perintahnya. Ketika aku membuka mata....

"Berikutnya!" terdengar salah satu suara petugas pemeriksa, aku dan Mira telah selesai melewati pintu pemeriksaan oleh Royal's Guard Ring III.  Entah hanya perasaanku atau memang semua orang terlihat biasa-biasa saja seolah-olah tak terjadi peristiwa penangkapan itu.

"Mir!" panggilku, Mira menoleh,"kamu pernah liat aku ditangkep sama Royal's Guard itu nggak?" aku menunjuk ke arah petugas Royal's Guard setelah berjarak cukup jauh.

"Kamu?! Ditangkap?!" Mira setengah berteriak,"Jangan ngaco ah! Dari tadi kita kan antri, aku sama kamu terus, dari tadi kamu di depanku. Paling cuma imajinasimu saja, efek lelah.", jadi yang tadi itu apa? Padahal dengan jelas aku melihat Mira memanggilku tadi, apakah mungkin tim di ring III itu telah melenyapkan ingatan semua orang? Tanpa sadar kami sudah naik ke permukaan Heart of Star," wow, lihat itu Li! Itu kan alat yang baru saja dikembangkan di Free Land!" Mira menunjuk sebuah robot besar berwarna hitam dengan lambang kerajaan berupa bintang emas segi lima dengan gambar tangan saling mengecengkeram di bagian pusat bintang. Robot itu cukup mengerikan untuk sebuah robot di pusat kota. Raksasa besi itu berbentuk humanoid, seperti robot pada umumnya, dengan muka berupa layar berwarna merah serta mulut dengan gigi taring besi yang mencuat keluar. Aku melihat ke sekeliling, ada banyak robot yang ditempatkan tetapi dengan warna yang berbeda-beda.

"Kapan kita akan selesai perang dengan Kerajaan Integra? Aku muak mendengar kabar pengembangan senjata baru yang terus dilakukan di Free Land!"

"Sabarlah Li!" ucap Mira,"sebentar lagi peperangan akan berakhir, aku yakin itu! Kau hanya marah kan akibat tak bisa lolos seleksi peneliti militer kan ? Karena tinggi badan dan keberanianmu yang dianggap kurang kan? Ayolah Fi, menjadi dokter atau peneliti kesehatan tidak terlalu buruk kok, hehehe."

"Sudahlah lupakan itu! Aku memanggil Spin-Taxy lewat Watch-i-ku, lalu naik tanpa mempedulikan Mira. Taxy itu mulai berjalan, Heart of Star memang berbeda dari Free Land, di sini ada lebih banyak tanaman hijau hybrid, hasil persilangan antara tumbuhan Bumi dan Nu Hope. Heart of Star memang dibuat khusus sebagai lingkungan tempat tinggal, karena itu kota ini tidak ditutupi dengan kubah pelindung raksasa seperti di Free Land. Di sini aku bisa melihat bintang yang menyinari Nu Hope, Sun II bersinar dengan baik, tidak tertutup oleh kubah pelindung. Gedung-gedung di sini terlihat menyatu dengan tumbuhan, hampir seluruhnya ditutupi oleh tanaman. Di bagian atasnya tersedia air untuk membantu menyejukkan ruangan serta sebagai sarana penanggulangan kebakaran. Kata Nenek desain seperti itu belajar dari pengalaman masa lalu, gedung yang terbuat dari kaca akan panas, sehingga boros energi untuk menyalakan alat kuno yang disebut Air Conditioner (AC). AC sendiri memakai bahan yang bernama Freon yang dapat melubangi lapisan ozon sehingga lama kelamaan Bumi menjadi rusak.

"Di sini berbeda ya dengan di Free Land!" ucap Mira lirih,"Di sini banyak tumbuhan, udaranya segar, tidak tertutup kubah pelindung radiasi. Emm...maaf soal yang tadi aku tak bermaksud membuatmu marah! Hehehe!"

"Tidak apa-apa," aku melihat ke arah Mira,"aku benci peralatan militer bukan karena gagal menjadi peneliti untuk pengembangan militer, tetapi karena itu hanya akan membuang-buang sumber daya kita yang berharga, entah itu riset, Artastar atau yang lainnya."

"Ya tapi mau bagaimana lagi, sejak dulu leluhur pendiri Kerajaan Integra dan Kerajaan Star Light  memang sudah berbeda pandangan. Leluhur Integra ingin menciptakan generasi yang sempurna, bisa dibilang generasi yang dipenuhi manusia nornal nan sempurna, tidak boleh ada individu yang cacat di komunitas mereka, dari sejak di rahim pun dari cerita yang pernah kudengar, generasi muda di Integra genetiknya sudah direkayasa oleh para ilmuwan, jika ditemukan kecacatan akan dibunuh. Kudengar Star Light berdiri karena generasi "istimewa" yang ingin dihilangkan oleh Integra berhasil kabur dibiarkan pergi, mereka lalu membuat peradaban yang dapat menerima semua orang secara inklusif . Seperti yang kita tahu, banyak dari kita yang terlahir dengan " istimewa", sebagian besar populasi terlahir seperti itu, ya tapi kau tidak akan direkayasa meski telah diketahui akan lahir "istimewa", kau akan dibiarkan lahir sesuai takdirmu."

"Tetapi leluhur Integra salah, justru dari dengan bersatunya orang-orang yang "dibuang" serta orang normal justru bisa membangun peradaban teknologi yang lebih maju dibandingkan mereka."

"Iya oleh karena itu mereka ingin mengambil wilayah kita-yang mereka klaim sebagai tanah mereka-padahal kan di sini tanah yang mereka tinggalkan, setelah jadi maju malah diminta lagi, sungguh ras rambut api yang aneh. "

"Apakah menurutmu semua ras rambut api di Integra semuanya kejam?"

"Entahlah, tapi dari sinetron Integra yang pernah kutonton mereka itu pembunuh berdarah dingin, hi jangan sampai deh nikah sama keturunan ras rambut api dari Integra! Bisa-bisa kamu cuma disia-sia. Eh kita sudah sampai Li.", aku dan Mira turun dari Taxy, tak terasa kami sudah sampai di hotel yang telah dipesankan oleh Revan."Wow Li, untuk sebuah gratiaan ini termasuk mewah, wkwkwk!" robot humanoid berwarna putih dengan tuxedo berwarna emas membantu mengangkat koper kami. Ya, untuk hotel ini tergolong mewah, hotel ini berdiri megah dengan cat dominan berwarna putih, dikombinasikan dengan warna emas pada bagian pintu, balkon, dan daun jendelanya. Desain hotel ini mirip seperti desain Buckingham Palace yang ada di negara Inggris, Bumi.

"Selamat datang di Hotel Gold!", sapa seorang resepsionis dengan ramah,"Kamar untuk Nona Roselia dan Nona Miranda telah dipersiapkan, silahkan mengikuti staf robot kami, berikut adalah Smart Key (Smaky) yang bisa Anda pasang di Watch-i Anda. Smaky berfungsi sebagai kunci pintu serta remot kontrol segala fasilitas di hotel kami.", resepsionis itu menyerahkan chip berukuran sangat kecil berwarna transparan, aku mendekatkannya ke Watch-i-ku, chip itu lalu tertarik ke dalamnya."Kami memiliki fasilitas anti gravitasi, jika Anda ingin memakainya silahkan tekan menu pada Watch-i Anda.", Mira mencoba fasilitas itu, tubuhnya lalu melayang seperti di stasiun kereta tadi.

"Li, ayo kita segera ke kamar kita!" ajak Mira, aku melayang menuju kamarku. Di kiri dan kanan di ding hotel in terpasang replika lukisan terkenal Bumi, ada juga lukisan konvensional karya pelukis dari Star Light. Kami sampai di kamar tipe twin bedroom, kamar ini berwarna putih polos bersih baik sprei, meja, dinding bahkan lantainya pun berwarna putih.

"Untuk ukuran hotel mewah, desain kamarnya minimalis banget bahkan terkesan polos.", aku merebahkan badanku di tempat tidur.

"Hey jangan salah, lihat ini!"  tiba-tiba kamar itu berubah menjadi seperti di atas awan, berwarna biru serta putih,"Memang polos, tapi kita bisa mengganti suasananya sepertu keinginan kita lewat Watch-i kita, coba deh Li!" aku mencobanya, benar suasana kamar berubah lagi menjadi luar angkasa.

"Kutarik kata-kataku tadi, ini baru namanya hotel mewah, wkwkwk!" kurasakan Watch-i ku bergetar, ada icon love di hologramnya, wajah itu pun muncul.

"Hey, gimana say suka nggak hotelnya?" tanyanya santai,"Cie yang lagi pacaran!" salah seorang teman laki-lakinya muncul di layar,"Apaan sih!" Revan mendorong wajah temannya itu. Aku hanya tersenyum menahan tawa.

"Lumayan hehehe! Aku nggak nyangka hotelnya bakal semewah ini, hehehe!"

"Segini mewah?!" ucap salah satu teman Revan yang lain,"Apaan sih loe! Revan mendorong muka temannya lagi agar menyingkir dari layar hologram.

"Maaf ya say, temen-temenku memang agak ngeselin! Ya kamu jangan kaget, ini hadiah dari kerajaan bagi para calon Royal's Guard. Sebenarnya ini hotel kelas menengah, kamu harus berkunjung ke hotel-hotel lain yang dekat istana, lebih mewah dan lebih banyak robot penjaganya, oh ya mumpung masih pagi, gimana kalo kita jalan-jalan? Aku sama temenku pagi ini ada waktu, hehehe."

"Jalan-jalan?" Mira langsung menyahut,"Boleh banget Van, boleh banget! Lagian kan kita nggak capek kok, iya kan Li?"  ia menyikut lenganku.

"Boleh, aku juga udah nggak sabar ingin lihat-lihat Heart of Star.",  jawabku lirih.

"Oke say, nanti ketemuan di lobbi hotel ya, hehehe!"

"Enak ya punya pacar yang masa depannya udah jelas, kamu tinggal mikirin gimana caranya lulus pendidikan tinggi dengan cepat biar bisa cepet nikah, wkwkwk!"

"Aku nggak tau, Mir!"

"Lho kenapa kok tiba-tiba kamu sedih? Ayo dong senyum, besok hari pelantikan Revan, ku harusnya seneng dong!"

"Aku nggak tau Mir, setelah sampai di sini rasanya sedih, Revan bakal resmi dilantik besok. Aku tak tahu apakah hubungan LDR kami bisa bertahan tidak, selama 2 tahun ini aja kami sulit ketemu lho, apalagi besok kalo dia udah resmi di istana, bakal sulit komunikasi apalagi ketemu. Mungkin dari segi finansial jadi pegawai yang melayani kerajaan penghasilannya besar, tapi aku nggak cuma butuh materi Mir, aku juga butuh perhatian, ketemuan langsung. Aku nggak ingin Revan jadi kayak Mama dan Papa yang jarang banget bisa ketemu," tak terasa air mataku menetes, "terakhir ketemu 2 tahun yang lalu, setelah itu mereka nggak pernah pulang, cuma video call aja itu pun sebulan sekali nggak pasti!"

"Ya udah lebih baik kamu bilang ke Revan secara langsung soal ini, jangan ada yang ditutupi mumpung kalian berdua masih muda, hehehe! Ayok kita mandi dan siap-siap yuk!" aku mengikuti ajakan Mira, kami segera berdandan untuk pergi berwisata.

***

"Perkenalkan nama saya Lee.", ucapnya sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

"Namaku Roselia, panggil saja aku Lia dan perkenalkan ini sepupuku Miranda!"

"Panggil saja aku Mira, hehehe!" sahut Mira dengan semangat,"Temenmu cuma ini aja Van yang senggang? Aku kira banyak! Wkwkwk!"

"Mir!" aku menyikut Mira, dia memang paling tertarik jika berkenalan dengan cowok yang kinclong-kinclong.

"Eh, ayo jemputan kita sudah datang!" Revan berusaha menggandeng tanganku.

"Mir, temani aku duduk di Taxy bagian belakang ya, perutku baru nggak enak nih! Efek naik kereta supercepat tadi pagi mungkin!"

"Eh, eh...i...iya Li, aku temani duduk di belakang.", akhirnya Mira duduk di bagian tengah diapit olehku dan Lee.

"Oh ya Lee, apakah kamu satu peleton dengan Revan?" Mira memecah keheningan.

"Tentu saja! Hehehe! Kami bersahabat sejak awal masuk Akademi Royal's Guard, kami berkenalan ketika seleksi, oh ya bagaimana denganmu? Jurusan apa yang kamu ambi di pendidikan tinggi?"

"Aku?!", jawab Mira malu-malu,"Aku mengambil jurusan....", keduanya mengoceh panjang lebar, sesekali Revan menyahut dari kursi depan dekat dengan supir. Ya meski sudah berteknologi sangat canggih, Spin Taxy butuh seorang manusia untuk mengawasinya, agar dapat dikendalikan secara manual saat keadaan darurat. Aku hanya terdiam memandangi kemegahan Kota Heart of Star dari jendela. Dari kejauhan nampak ada bangunan di tengah kota, seluruhnya berwarna kuning keemasan dengan kombinasi warna biru laut di pintu, gawang jendela serta atap menara. Bangunan itu menonjol, tidak seperti bangunan lainnya yang ditutupi tumbuhan, bangunan itu dibiarkan berdiri kokoh dengan banyak menara berbentuk kerucut ramping mengelilingi bagian tengah yang berbentuk bintang segi delapan.

"Itu adalah istana Nona Roselia," ucap Pak Supir ramah," ya meski pun keluarga kerajaan hidup secara sederhana, tapi istana kerajaan tidak boleh terlihat sederhana, harus mencolok agar kita terlihat lebih bermartabat dibandingkan dengan Kerajaan Integra. "

"Tapi, apa tidak berlebihan membangun istana megah nan mencolok seperti itu? Bukankah itu akan menghilangkan semangat inklusi yang dicita-citakan oleh pendiri kerajaan ini?"

"Menurutku tidak Nona, di dalam istana itu terdapat banyak alat yang mengendalikan kota ini, jadi sudah sepatutnya istana itu dibangun tanpa tertutup tumbuhan agar perawatan dan pengawasannya lebih mudah," Pak Supir turut larut dalam pembicaraan bersama yang lainnya. Istana ya? Aku jadi teringat Mama dan Papa, sedang apa ya mereka? "Nah, kita sudah sampai.", Taxy itu berhenti di sebuah area outdoor yang luas.

"Wow! Ini keren sekali!", Mira terkagum-kagum. Aku melihat sekeliling ada banyak permainan di sana.

"Ini voucher-nya mainlah sepuasnya,wkwkwk.", Lee menyerahkan chip kecil padaku dan Mira.

"Li! Ayo kita naik yang itu yuk!" Revan mencoba menggandeng tanganku, ia menunjuk sebuah kincir angin raksasa berwarna pink.

"Mir, naik itu yuk!" aku menggandeng Mira, ke sebuah permainan Bumi bernama Roller Coaster.

"Boleh Li! Boleh!" Mira mengiyakan. Permainan gila ini membuat jantungku nyaris copot, aku seakan terlempar ke sana kemari dalam kecepatan tinggi. "Wow! Seru banget! Kalian nggak ikut naik tadi?"

"Nggak, kami di sini jagain barang yang kalian buang!" Lee menyerahkan tas Mira.

"Hehehe, aku belum pernah ke sini soalnya jadi semangat banget."

"Kalo gitu kita naik yang itu yuk, Li!" Revan menunjuk sebuah permainan Bumi dengan papan nama bertuliskan Komidi Putar. Ia berusaha menggandeng tanganku.

"Li, Lee,Van, naik itu aja yuk!" Mira menunjuk sebuah permainan Bumi dengan papan nama bertuliskan Crazy Kora-Kora.

"Boleh! Boleh!" aku menghiraukan gandengan tangan Revan,"Habis itu naik yang itu ya!" aku menunjuk sebuah permainan Bumi dengan papan nama bertuliskan Nightmare Roller Coaster.

"Boleh Li! Boleh! Terus habis itu kita coba ke toko souvenir ya!"

"Boleh banget Mir!" aku dan Mira kegirangan seperti anak kecil, tanpa menghiraukan yang lainnya, kami mencoba permainan itu satu persatu. Mama, Papa kapan aku bisa piknik bersama kalian lagi?

***

"Emmm...makanan di sini enak-enak!" Mira nampak kekenyangan.

"Iya, aku belum pernah makan siang sebanyak ini, wkwkwk.", aku menyeka mulutku dengan tissu makan. Kami duduk di lantai dua restoran bergaya klasik Eropa-salah satu benua kuno di Bumi. Nuansanya didominasi warna putih dan gold. Dari balkon lantai 2 restoran ini nampak pemandamgan indah taman hiburan ini.

"Aku baru pertama kali makan seafood, ya meskipun bukan asli tapi hybrid tapi rasanya enak seperti seafood yang pernah diceritakan temanku.", Mira melahap makhluk kecil berbalut tepung crispy yang disebut udang itu. Tak terasa, makanan kami sudah habis.

"Eh, ayo kita beli oleh-oleh sambil jalan-jalan lagi yuk!" Lee bangkit dari kursi.

"Ayo!" Mira mengikuti, aku pun langsung berdiri hendak mengejar keduanya.

"Kamu kenapa terus menghindar dari aku Li?" Revan menarik tanganku.

"Aku lelah Van, besok atau nanti aku kirimi pesan.", aku meneruskan langkahku dengan masih membuang muka pada Revan.

"Kamu kenapa sih Li, hari ini? Aku punya salah apa sama kamu? Kenapa kamu menghindariku?" aku terus melangkah. Tiba-tiba kakiku tak bisa digerakkan.

"Lepaskan Van, kamu udah nyalahi aturan Royal's Guard, kamu belum resmi dilantik tapi sudah memakai senjatamu untuk keperluan pribadi.", akhirnya dia melepaskan semacam alat penahan tubuh yang berasal dari senjata Royal's Guard yang dibawanya.

"Aku ingin kita udahan aja!" ucapku lirih.

"APA?!" teriak Revan sangat kencang, untung saja restoran ini sepi, jadi tak ada yang dengar," aku salah apa Li? Kamu kenapa sih kok tiba-tiba begini? Kalo aku ada salah bilang! Jangan pergi sepihak seperti ini!"

"Kamu nggak salah! Aku yang terlalu egois, biar kita sama-sama nggak terluka di masa depan, lebih baik kita udahan aja Van."

"Apa ini karena pengangkatanku? Kamu takut kan, kalo aku bakal ngelupain kamu dan kita nggak bakal bisa ketemu karena aku sibuk bertugas? Kamu takut aku bakal "ninggalin" kamu seperti mama dan papamu?" aku terdiam.

"Apa pun itu, itu bukan urusanmu!" aku bisa melangkah beberapa saat sampai, langkahku kembali tertahan,"lepaskan aku Van!" aku meronta.

"Tidak mau!" Revan memelukku dari arah belakang,"Aku takkan pernah membiarkanmu sendiri! Aku menjadi Royal's Guard hanya sementara sampai kau lulus kuliah. Aku berusaha mengumpulkan uang untuk masa depan kita kelak, aku berencana membuka bisnis di Free Land, setelah tabunganku cukup dan kau sudah lulus, apa pun pangkatku kelak aku akan berhenti. Aku mohon bersabar dan bertahanlah sebentar saja. Kau mau kan berjuang bersamaku?" ia mengucapkan semua itu dengan suara lirih nan menyayat hati.

"Van, aku....", air mataku menetes, aku tidak tahu jika Revan sudah menjadi sedewasa ini, tak kusangka dia sampai memikirkan kelanjutan hubungan kami hingga sejauh itu. Aku mengira dia hanya mengejar ambisinya, "maafkan aku Van, aku sudah egois....aku...aku...", aku malu, suaraku seakan tertahan. Revan memelukku dari arah depan.

"Sudahlah! Tak perlu minta maaf," ucapnya lirih, aku menangis dipelukannya,"jangan bersedih!" ia menatap wajahku lalu menghapus air mataku dengan jarinya,"kau adalah duniaku, motivasiku berjuang sampai sejauh ini, aku yang lemah ini bisa kuat karenamu," ucapnya sambil menatap mataku dalam-dalam, kedua tangannya memegang pipiku. Entah mengapa rasanya waktu terasa berhenti saat itu juga. Tanpa sadar wajahku dan wajah Revan semakin mendekat, dekat, semakin dekat. Saat itulah jantungku berdebar lebih dari biasanya. Apa yang akan dia lakukan? Apakah dia akan melakukannya sekarang? Aku larut dalam suasana itu, tanpa sadar aku menutup mataku, lalu...."ah hampir saja!" aku kaget, kubuka mataku. Revan pergi menjauhiku, mukanya merah seperti kepiting rebus. Entah mengapa aku merasa kecewa, oh apa yang aku pikirkan. Bukan saatnya untuk memikirkan itu Lia, kau hampir putus dengannya, kendalikan dirimu.

"Van, kamu nggak papa?" aku mendekatinya, mukanya masih merah. Ia menghela napas.

"Jangan ulangi hal ini lagi Li, aku hampir kelepasan tadi....!" Revan duduk di sebuah kursi, aku menjadi bingung, mengapa dia terlihat lucu ya saat seperti ini.

"Kelepasan apa? Kamu kenapa sih? Mau menciumku ya, wkwkwk.", aku menggodanya.

"Jangan sampai itu terjadi!" ucapnya tegas.

"Mengapa? Bukankah kita sudah pacaran? Aku juga sudah kuliah kok! Memangnya ada yang melarang ya di sini?" Revan tak menjawab, ia justru memakai sarung tangan di kedua tangannya.

"Seharusnya aku tak sembarangan menyentuhmu tadi, maafkan aku!"

"Maaf? Menyentuh sembarangan? Maksudmu apa? Padahal kan kamu tidak macam-macam!"

"Aku hampir menciummu Li, itu tidak boleh terjadi diantara kita! Aku juga sudah menyentuh kulitmu langsung! Aku merasa bersalah sudah melakukan itu!"

"Em...em...memangnya kenapa Van?" aku duduk berhadapan dengannya, ia memegang kedua tanganku,"lihat aku Li!"  ucapnya tegas, aku menatap wajahnya, pandanganku lurus ke matanya.

"Kau adalah duniaku, yang mengisi perjalanan hidupku. Sudah tugasku untuk melindungimu bahkan sari diriku sendiri. Kita memang sudah membuat janji dalam ikatan yang kebanyakan orang sebut pacaran, tapi kita belum membuat janji dihadapan Sang Pencipta. Bagiku kau ibarat mutiara yang masih ada di laut lepas, untuk mendapatkanmu perlu perjuangan berat. Mutiara itu indah, putih bersih bersinar dengan sangat indah saat pertama kali kau lihat di dalam cangkang. Aku tidak mau mengambil apa yang belum menjadi hakku. Kau belum menjadi mutiaraku sepenuhnya, aku ingin mendapatkanmu dalam keadaan utuh sepenuhnya, tidak boleh aku menyentuhmu secara langsung sebelum resmi berjanji dihadapan Sang Pencipta,. Karena bagiku cinta itu melindungi bukan mengambil apa yang belum menjadi haknya, jika cinta itu hanya memuaskan diri untuk mendapatkan apa yang belum menjadi hakknya itu namanya nafsu bukan cinta..", aku hanya terdiam berusaha mencerna kata-katanya. Kalo dipikir-pikir iya juga, baru pertama kalinya aku tadi  bersentuhan secara langsung dengan Revan. Biasanya dia selalu memakai sarung tangan, aneh memang tapi kupikir itu hanya fashion ternyata tujuannya sedalam itu.

"Kau membuatku bingung, tapi aku akan berusaha mengerti!"

"Kau harus mengerti mengapa aku tidak jadi menciummu seperti di film-film kebanyakan, aku ingin melindungimu bahkan dari diriku sendiri. Perempuan itu makhluk yang sensitif, mudah terbawa arus saat bersama lawan jenis. Seperti peristiwa tadi, saat aku hendak menciummu kau tidak melawan. Jangan sampai aku sering bersentuhan denganmu melampaui batas wajar pertemanan. Karena kita memang masih berstatus teman meski orang bilang kita pacaran. Karena dari sebuah ciuman bisa saja diriku dan dirimu tidak terkontrol sehingga melakukan hal yang hanya boleh dilakukan oleh suami dan istri.  Jangan sampai generasi kita mendapat masalah karena dilahirkan dari perbuatan kotor generasi sebelumnya. Selain itu, aku tidak tahu apakah aku yang akan jadi jodohmu di pelaminan kelak, kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Oleh sebab itu, aku tidak mau mengotorimu dengan ciumanku, itu hanya akan membuat kenangan buruk seandainya takdir berkata lain."

"Kau mengerti kan sekarang?"

"Iya aku mengerti!" dia dewasa sekali, ehm...aku jadi semakin menyukainya.

"Oh ya aku punya sesuatu untukmu!" Revan mengeluarkan sebuah bungkusan yang dibungkus dengan kertas kado warna biru laut lengkap dengan pita berwarna merah,"Bukalah!" tanpa basa-basi aku langsung membukanya.

"Ini kamu?" tanyaku sambil memandangi bantal dengan cetakan animasi imut yang mirip Revan.

"Iya, itu aku, hehehe. Gimana mirip nggak?" aku membandingkan animasi imut di dakimaru husbando itu dengan wajah Revan.

"Ya, lumayan mirip, hehehe!"

"Aku harap dia bisa jadi temanku, terutama ketika kamu tidur terus rindu aku kamu bisa peluk dia. Cium juga boleh, wkwkwk."

"Apaan sih!" duh jadi malu karena tadi kelihatan banget ingin dicium.

"Oh ya satu lagi!" Revan mengeluarkan sesuatu lalu memasangnya di salah satu jariku.

"Kamu melamarku?" aku kaget melihat cincin berwarna putih bertahtakan batu safir kecil warna biru laut terpasang di tanganku.

"Bukan melamar, hanya menitipkan, hehehe."

"Menitipkan? Maksudnya?" aku jadi bingung.

"Ini cincin perkawinan ayah dan ibuku, hehehe. Aku bakal bertugas jadi Royal's Guard setelah dilantik nanti, akan sering berpindah-pindah sesuai keperluan kerajaan. Aku ingin cincin itu aman, sampai kita emm...menikah kelak, emm...jadi aku ingin kamu yang simpan. Anggap aja itu hadiah dariku, masalah siapa yang kelak akan menikahimu itu takdir. Aku hanya ingin memenuhi wasiat almarhum ibuku yang berpesan untuk memberi cincin itu pada orang yang berharga bagiku. Li, kamu ngapain?!"

"Terima kasih!", aku memeluk Revan," Aku akan menyimpannya dengan baik! Kutunggu kau kembali untuk mengambilnya kembali untuk dipasangkan saat kita berjanji di hadapan Sang Pencipta."

"Berjanjilah kau akan selalu menjaga dirimu, jangan sampai ada teman laki-laki yamg menyentuhmu di luar batas pertemanan!"

"Aku berjanji, aku berjanji!" akan kuingat terus momen yang indah dan berharga ini Van.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    penyajian bahasanya oke, seperti dibawa larut dalam alurnya. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Part 1. Menuju Pusat Kerajaan
Similar Tags
Strawberry Doughnuts
537      361     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Koma
15891      2667     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
197      157     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Letter hopes
809      454     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
JUST A DREAM
819      380     3     
Fantasy
Luna hanyalah seorang gadis periang biasa, ia sangat menyukai berbagai kisah romantis yang seringkali tersaji dalam berbagai dongeng seperti Cinderella, Putri Salju, Mermaid, Putri Tidur, Beauty and the Beast, dan berbagai cerita romantis lainnya. Namun alur dongeng tentunya tidaklah sama kenyataan, hal itu ia sadari tatkala mendapat kesempatan untuk berkunjung ke dunia dongeng seperti impiannya....
One Step Closer
1924      777     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
Peringatan!!!
1913      819     5     
Horror
Jangan pernah abaikan setiap peringatan yang ada di dekatmu...
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
The Black Envelope
2379      837     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
Apakah Kehidupan SMAku Akan Hancur Hanya Karena RomCom?
3187      931     1     
Romance
Kisaragi Yuuichi seorang murid SMA Kagamihara yang merupakan seseorang yang anti dengan hal-hal yang berbau masa muda karena ia selalu dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya akibat luka bakar yang dideritanya itu. Suatu hari di kelasnya kedatangan murid baru, saat Yuuichi melihat wajah murid pindahan itu, Yuuichi merasakan sakit di kepalanya dan tak lama kemudian dia pingsan. Ada apa dengan m...