Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Secret Of Bond (Complete)
MENU
About Us  

Hari ini aku balik ke Jogja. Ayah, Ibu dan Kak Dicky mengantarkanku ke stasiun kereta. Sebelumya mereka bersikeras ingin mengantarkan kepergianku sampai tujuan. Tapi aku tak mau, aku lebih senang berangkat sendiri dengan kereta. Dan akhirnya mereka pun menyetujui kehendakku. Ibu memelukku dengan pelukan hangatnya, begitu pula dengan ayah dan kakakku. Ini bukan karena aku akan pergi jauh dari mereka tapi terlebih karena mereka terlalu khawatir dengan apa yang telah terjadi di kehidupanku beberapa minggu sebelumnya.

            Kereta melaju saat aku masih mendapati mereka berdiri dan melambai ke arahku. Aku membalas lambaian tangan mereka dan menyunggingkan senyum terindahku sebagai pertanda kepada mereka bahwa aku akan baik-baik saja dan tak perlu mereka khawatir akan diriku. Aku kembali pada kesendirianku saat itu. Masih teringat jelas dalam ingatanku seseorang yang biasanya duduk di sampingku untuk mengantarkan kepergianku ke Jogja.

            Dia selalu mengantarkanku setiap kali aku balik ke Jogja. Meskipun dia juga sibuk dengan kuliahnya di bidang kedokteran dan kerja sambilannya, tapi dia tak pernah mengizinkanku untuk pergi sendiri ke Jogja. Dia pasti akan mengawalku untuk sampai ke tempat tujuanku itu dengan selamat. Meski kerap dia sering menghabiskan watunya untuk tertidur di kereta dan bersandar di bahuku ketika dia benar-benar lelah dengan rutinitas yang dia jalani. Tapi, sedikitpun dia tidak pernah mengeluh, bahkan dia lebih sering meminjamkan pundaknya untukku bersandar setiap kali aku mengantuk di kereta meskipun sebetulnya dia sendiri juga benar-benar lelah dan mengantuk. Dia selalu mengalah akan sesuatu hal hanya agar aku mendapatkan yang terbaik yang aku inginkan.

            Alfarish Andana Putra, itulah nama kekasihku yang oleh Tuhan di panggil beberapa hari yang lalu untuk kembali kepadanya. Dia adalah anak sulung dari dua bersaudara. Dia berasal dari keluarga yang tak begitu kaya raya namun dia berusaha dengan sangat keras agar bisa menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran. Dia bekerja dengan sangat keras agar bisa memenuhi biaya kuliahnya tanpa harus membebani orang tuanya. Dia juga orang yang sangat cerdas dan pintar, jadi tak heran jika dia bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di bidang kedokteran yang pada dasarnya sulit untuk dimasuki oleh orang-orang yang tidak benar-benar pintar dengan biaya pas-pasan kecuali untuk orang-orang kaya yang memang sering menggunakan kekuasaan uangnya untuk mendapatkan segala macam yang mereka inginkan.

            Suatu hari aku pernah bertanya padanya kenapa dia ingin sekali menjadi seorang dokter. Dan dia pun menjawab bahwa dia ingin menjadi tangan kanan Tuhan. Dia tahu Tuhan tidak perlu memerlukan pertolongan untuk melakukan kuasanya. Tapi ia tetap ingin menjadi tangan kanan Tuhan, yang dengannya ia dapat membantu untuk memberikan harapan pada orang-orang yang sakit, menghapus rasa sakit mereka dan membantu mereka mendapatkan kebahagiaan mereka kembali dalam hal mendapatkan kesehatan serta membantu orang-orang yang tak mampu agar mendapatkan pengobatan gratis dan mendapatkan perlakuan yang sama dengan orang-orang lainnya tanpa adanya diskriminasi seperti kebanyakan yang di lakukan oleh pihak-pihak rumah sakit saat ini. Yakni ada uang dilayani tapi kalau tidak maka mereka akan disisihkan. Itulah yang dia jelaskan padaku. Dia tahu dia memang bukan Tuhan yang dapat menyembuhkan semua penyakit orang, tapi setidaknya lewat dirinya dia akan berusaha untuk membantu mereka mengatasi rasa sakitnya meskipun jelas secara tidak langsung itu adalah kehendak Tuhan lewat dirinya.

            Ketika aku mendengar alasannya itu, aku semakin mengerti orang seperti apa dia dan betapa mulianya orang ini. Hingga perlahan-lahan tanpa dipaksa hatiku menjadi semakin hari semakin mencintainya. Hingga tak tahu jika cinta itu menjadi semakin besar seperti saat ini. Sampai aku tak dapat melupakannya meskipun jasadnya telah berada damai di alam sana. Tanpa terasa tetesan air hangat membasahi pipiku, aku menangis ketika tiba-tiba saja kenangan itu menghampiriku. Sungguh aku tak dapat menghindar dari tetes airmataku saat itu. Tuhan, tidak bisakah untuk sejenak kau biarkan aku lupa ingatan, batinku dalam hati.

            Kereta telah sampai di stasiun dan aku pun langsung turun. Dengan sisa air mata yang masih membekas di pipiku, aku menuju toilet untuk menghapusnya. Kusibak air itu dan terasa begitu segar membasahi wajahku. Lekas itu, aku berjalan dan naik bis untuk sampai ke rumah kontrakanku di Jogja. Aku terkejut ketika ku dapati Intan dan Sari yang tengah bertengger di depan rumah kontrakanku.

“ Eh,, lama banget sih neng,,, aku sampai capek berdiri di luar sini,” ucap Intan padaku tanpa basa-basi. Aku berpikir untuk apa mereka menungguku, tapi aku juga tahu apa alasannya. Selama beberapa hari aku tidak menghubungi mereka jadi sudah sangat jelas jika mereka mengkhawatirkanku. Dan mungkin saja kakak perempuanku itu juga telah memberitahukan apa yang tengah terjadi kepadaku selama beberapa hari ini.

“ Iya, aku juga udah capek Kar, kakiku sampek kesemutan,” ucap Sari sambil merengek.

“ Iya, ma’af,,,” ucapku singkat.

“ Mana kuncinya?” ayo cepat-cepat kita masuk,” kata Sari.

Kami pun masuk rumah bersama-sama. Mereka membantu memasukkan barang bawaanku di kamar. Terdapat dua kamar tidur di rumah itu, dengan ruang tamu yang tak begitu besar, ruang tengah yang agak luas dengan bertengger satu televisi dan karpet berbulu disana serta dengan dapur dan satu kamar mandi. Mereka berdua sudah hafal betul seluk beluk rumahku hingga Intan yang buru-buru ke kamar mandi yang sudah tak lagi dapat menahan ingin buang air kecil tak perlu bertanya lagi dimana tempatnya.

Meskipun sudah tahu apa maksud mereka tiba-tiba kemari dan ingin menginap di rumahku aku tetap berusaha bertanya kepada mereka.

“ Kenapa tiba-tiba ingin menginap disini?” tanyaku.

“ Apa maksudmu kenapa, kita kangen sama loe tentu saja itu,”

“ Iya, lagipula ntar kita tidak bisa lagi menginap disini karena adik ipar kakak loe mau tinggal di sini juga. Ya,, kan,,” tanya sari meminta kejelasan.

“ Ah, kau itu,, bilang saja kalau kau juga ingin sedikit cari-cari informasi tentang adik ipar kakaknya Karin, karna kamu mau membuang status jomblomu itu dengan mendekatinya, “ ledek Intan pada Sari.

“ Hushhh,,, memang keliatan jelas ya,,” ucap Sari dengan wajah bersemu merah.

Kami semua pun tertawa melihat tingkah Sari yang benar-benar kocak. Temanku yang satu itu memang sangat berbakat sekali dalam hal menghibur orang yang sedang sedih. Tingkahnya masih saja konyol dan masih saja bersikap seperti anak kecil. Jika kau melihatnya mungkin tak akan ada yang akan menyangka bahwa dia seorang mahasiswi semester 5, mungkin semua orang akan mengira bahwa dia masih anak SMU terlebih lagi anak SMP melihat betapa imut dan kecilnya postur tubuhnya. Sementara Intan, dia seperti duplikat kakak perempuanku. Memiliki pemikiran dewasa dan nasehat-nasehat yang membangun untukku. Dia lah tempat curhat ternyaman kedua setelah kakakku. Dan aku sangat mencintai kedua sahabatku yang selalu ada untukku itu.

            Sedikitpun mereka tidak menyinggung tentang kematian kekasihku meskipun mereka sangat-sangat ingin tahu kenapa hal itu bisa terjadidan bagaimana dengan keadaanku saat ini. Mereka sangat-sangat tahu, jika mereka bertanya tentang itu kabut pekat itu akan menghiasi mataku lagi. Mereka menunggu, sampai aku benar-benar telah siap untuk menceritakan semuanya kepada sahabat-sahabatku itu.

*****

            Pagi menjelang, ku tarik gorden kamar tidurku hingga terlihat matahari yang telah berada di langit dengan manisnya, dengan awan biru yang indah sebagai permadani. Sungguh indah pagi ini. Udara begitu segar ku rasa ketika jendela itu ku buka perlahan. Aku tak sadar bahwa ada orang lain ditempat itu selainku.

“ Aduh,, Kar,,, silau nih,,,”

“ Iya, masih jam berapa sih?” Entar aja ke kampusnya,” seru Sari menambahi omongan Intan.

“ Ah,, iya ma’af aku lupa kalau kalian ada disini. Udah lanjutin tidur dulu aja. Aku mau ke kampus dulu. Ada hal yang harus ku urus,”

“ Okelah,, yang baru diangkat jadi Asdos. Sibuk banget sih,,” ledek Intan yang masih dengan memincingkan mata karena silaunya terik mentari pagi ini.

“ Ah,, kau ini. Sudah aku berangkat dulu,” ucapku.

“ Ya, hati-hati. Kau memang selalu semangat dalam hal apapun. Lakukanlah yang terbaik. Aku dan Sari akan mendukungmu,” ucap Intan.

“ Iya, terima kasih,,” ucapku sembari memeluk mereka berdua yang masih dengan rambut acak-acakan dan masih belum sadar sepenuhnya dari tidurnya. Aku memang sudah bangun sejak subuh tadi. Itu sudah menjadi kebiaasaan yang tak bisa di ubah dariku. Selalu bangun pagi dan bersiap-siap ke kampus meskipun masih beberapa jam lagi.

            Sebenarnya, aku masih punya banyak waktu dan tak perlu datang sepagi ini ke kampus. Karena kuliah dimulai pukul 10.00. Tapi aku ingin singgah beberapa jam di Perpus karena harus menyelesaikan bahan untuk mengajar adik-adik kelasku, menggantikan dosenku yang tengah izin cuti beberapa bulan untuk menjalani operasi ginjalnya. Awalnya aku tak pernah menyangka bahwa jadi Asdos itu juga harus bisa mengajar semua mahasiswa menggantikannya. Ku pikir aku hanya dijadikan tangan kanannya saja tanpa harus terjun secara langsung. Tapi mau bagaimana lagi, dosenku telah memintaku menggantikannya selama beberapa bulan dan aku tak bisa menolak untuk itu, karena beliau sudah ku anggap seperti ibuku yang begitu mulia, sabar dan penuh pengertian.

            Aku merasa gugup untuk beberapa waktu saat itu, tapi sekarang sudah terbiasa. Aku cuman pengganti dan dosen pembantu, jika dosenku telah kembali semuanya akan seperti semula. Dan aku sangat menunggu saat itu tiba, hingga aku tak menjadi terlalu sibuk seperti sekarang. Aku berdo’a sepanjang waktu untuk dosenku itu, jujur saja jadi Aslab saja sudah menyibukkan apalagi Asdos. Tapi, aku cukup senang jika diriku bisa berguna untuk yang lain, selain itu akupun bisa belajar dari semua itu.

            Kampus begitu sepi, bahkan di perpus pun hanya berisi segelintir orang saja. Akupun memilih duduk di samping jendela kaca dengan membaca dan membolak-balik buku-buku yang telah ku cari di rak tadi. Aku kembali ke kelas saat jam tengah menunjukkan pukul 10.00, karena kuliahku akan dimulai. Kudapati Intan dan Sari yang tengah bertengger di bangku tempat biasa kami duduk.

“ Lama amat sih Kar,,?”

“ Iya, gue pikir loe pingsan di perpus, makanya gue sama Sari mau terbang kesana,”

“ Ah, loe tuh ada-ada saja, kalaupun gue pingsan. Gue gak mau milih pingsan di perpus, ntar gak ada yang bantu gue,” ucapku menanggapi candaan Intan dan Sari.

“ Loe, tuh ya, mana ada orang pingsan bisa milih-milih tempat, kalau bisa aku pasti akan milih pingsan di depan cowok tampan, biar dia yang bakalan nolongin gue,” cerca Sari.

“ Ah, loe tuh Sar, kebanyakan ngehayal terus,,”

“ Biarin aja,,,” ucap Sari, acuh.

“ Sudah,,sudah kok jadi bicarain pingsan sih,,” ucapku melerai pembicaraan mereka yang makin ketus satu sama lain.

“ Emangnya sapa yang mulai dulu,” sahut Sari.

“ Ah,, ya deh ma’af. Gue gak bermaksud bikin kalian khawatir. Hanya saja gue tadi lagi serius banget nyelesain bahan ajar buat adik tingkat kita, sampai-sampai gak bales sms kalian,”

“ Okelah,, nie kunci rumahmu,” ucap Intan sembari memberikan kunci rumah itu padaku.

“ Loe, tuh Kar,, gak takut apa rumahmu bakal ludes barang-barangnya oleh kita berdua, sampai-sampai ninggalin kita di rumah loe sendiri,,”

“ Ah, gak bakalan, toh di rumah kontrakanku juga gak ada apa-apa,” ucapku menanggapi ucapan Sari. Dan kami pun tertawa bersama-sama hingga sesaat sebelum perkuliahan dimulai.

*****

            Hari ini hanya ada satu mata kuliah saja. Karena itu kami bertiga hendak hunting cari buku dan keperluan-keperluan cewek sepulang kuliah. Jujur hal itulah yang menjadi favorit para mahasiswi, kalau sudah bicara tentang shoping seolah semua hal menjadi terlupakan. Begitu pula dengan Sari yang sudah menyiapkan daftar panjang barang-barang yang hendak dibelinya nanti. Entah berapa banyak orang tuanya mengirim uang sebulannya seolah-olah uangnya tak pernah habis. Kebanyakan mahasiswi paling enggan diajak jalan atau shoping pada tanggal tua karena kiriman uang mereka pasti menipis, tapi tidak dengan Sari, dia tak pernah kehabisan uang sedikitpun. Jadi, jangan pernah coba-coba menawarkan kepada Sari untuk pergi shoping, karena dia tidak akan pernah menolaknya. Setiap haripun dia pasti mau.

            Kami naik angkot ke tempat pembelanjaan setempat atau ke mal-mal terdekat. Maklumlah dari kami bertiga tak begitu suka naik motor, kami lebih suka naik angkot yang berdesak-desakan karena penuh, daripada naik motor. Meskipun masing-masing dari kita punya motor, kecuali Intan yang memang dari keluarga yang kurang berada. Tapi, itulah sensasinya, dengan naik angkot kami bisa ngobrol bersama dan tertawa bersama panjang lebar hingga panas dan sesak jadi tak terasa. Kalau naik motor kami jadi tak bisa bercakap-cakap atau bercerita panjang lebar karena harus fokus menyetir.

            Seperti biasa tanggal muda, mal-mal pada penuh, maklumlah bagi mahasiwa/mahasiswi  uang lagi cair-cairnya di tanggal muda. Mungkin juga kalau dihitung statistik dari semua pengunjung yang ada di tempat itu, paling banyak adalah mahasiswa atau mahasiswi. Sari masih berkeliling mencari barang-barang yang telah ia daftar sebelumnya ketika aku dan Intan tengah duduk melepas lelah di sebuah cafe terdekat dari tempat Sari berada.

            Namun tiba-tiba terdengar dering HP berbunyi, saking asyiknya aku tak menyadari bahwa HP ku telah berdering beberapa kali tadi. Dan aku terkejut setelah ku dapati nomor kakakku di sana dan beberapa nomor yang tidak ku kenal telah beberapa kali menghubungiku. Langsung ku lakukan panggilan pada nomor kakakku.

“ Ada apa kak,,?”

“ Kamu kemana aja sih dari tadi kakak telponin gak di angkat-angkat. Lagi ada kuliah?”

“ Ah, ma’af kak, aku udah selesai kuliah dan sekarang lagi di mal untuk membeli kebutuhan bulanan jadi gak kedengeran kalau kakak menelponku,”

“ Baikklah kalau gitu, sekarang kamu cepat ke stasiun gih,, dia pasti udah nunggu lama,”

“ Ke stasiun,,? Siapa yang menunggu?”

“ Ituloh, adik kakak iparmu yang mau kuliah di tempatmu. Dia sudah sampai disana beberapa jam yang lalu. Dia belum mengenal betul daerah sana jadi tolong jemput dia ya,,” pinta kakakku.

“ Ah,, baiklah,, tapi kayaknya agak lama karna aku lagi gakbawa motor,”

“ Ya, tak apa, kau bisa menelponnya dia sedang ada dimana sekarang. Takutnya dia udah nekat nyari rumahmu sendiri, soalnya dari tadi dia juga menghubungimu tidak kamu angkat,”

“ Emm,,, baiklah kalau begitu,,”

            Aku pun bergegas pergi ke stasiun setelah izin pada Intan seketika itu. Intan pun langsung mengiyakan dan menyuruhku untuk cepat-cepat pergi. Tapi mungkin berbeda halnya dengan Sari, kalau sari pasti akan bakalan marah jika acara belanjanya sampai digangguin meskipun  bukan kepentingannya secara langsung. Tapi mengambil sahabatnya yang tengah menemaninya berbelanja adalah hal paling menjengkelkan untuknya, meski kerap dia lebih sibuk sendiri.

*****

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Evolvera Life
12460      3539     28     
Fantasy
Setiap orang berhak bermimpi berharap pada keajaiban bukan Namun kadang kenyataan yang datang membawa kehancuran yang tak terduga Siapa yang akan menyangka bahwa mitos kuno tentang permintaan pada bintang jatuh akan menjadi kenyataan Dan sayangnya kenyataan pahit itu membawa bencana yang mengancam populasi global Aku Rika gadis SMA kelas 3 yang hidup dalam keluarga Cemara yang harmonis du...
Lentera
886      608     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...
Verlieren
1244      543     2     
Romance
❝Aku ingin bersama mu dalam dua waktu saja. Sekarang dan selamanya.❞ Kehilangan itu mungkin sebuah akhir bagi sebagian orang, tapi tidak untuknya. Dia dipertemukan oleh kehilangan agar menemukan jalan hidupnya. Yang baru. Azka merasa bahwa hidupnya terasa hampa dan terus terpuruk. Sejak 'dia' hilang, rasanya hidupnya tak mempunyai warna lagi. Karena Aresha, terpisah darinya selama bela...
Dua Sisi
8321      1891     1     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"
Darah Dibalas Dara
590      342     0     
Romance
Kematian Bapak yang disebabkan permainan Adu Doro membuat Dara hidup dengan dihantui trauma masa lalu. Dara yang dahulu dikenal sebagai pribadi periang yang bercita-cita menjadi dokter hewan telah merelakan mimpinya terbang jauh layaknya merpati. Kini Dara hanya ingin hidup damai tanpa ada merpati dan kebahagiaan yang tiada arti. Namun tiba-tiba Zaki datang memberikan kebahagiaan yang tidak pe...
THE HISTORY OF PIPERALES
2083      812     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Meja Makan dan Piring Kaca
57125      8408     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Good Art of Playing Feeling
403      297     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
Elevator to Astral World
2720      1401     2     
Horror
Penasaran akan misteri menghilangnya Mamanya pada kantornya lebih dari sedekade lalu, West Edgeward memutuskan mengikuti rasa keingintahuannya dan berakhir mencoba permainan elevator yang dikirimkan temannya Daniel. Dunia yang dicapai elevator itu aneh, tapi tak berbahaya, hingga West memutuskan menceritakannya kepada saudara sepupunya Riselia Edgeward, seorang detektif supernatural yang meny...
Kreole
142      128     1     
Romance
Apa harus ada kata pisah jika itu satusatunya cara agar kau menoleh padaku Kalau begitu semoga perpisahan kita menjadi ladang subur untuk benih cinta lain bertunas