Read More >>"> Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete) (Satu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
MENU 0
About Us  

Seperti mimpi rasanya, aku melayang dan terbang melintasi awan yang biasanya hanya bisa kulihat dan kupandangi dari bawah. Menyusuri langit biru yang membentang luas dan indah yang membuatku begitu takjub. Meski sesering apapun ku pandangi, aku tetap saja tak pernah berhenti untuk berucap syukur dan terus merasa takjub.

“Tuhan...begitu indahnya dan sempurnahnya ciptaan-Mu..,” batinku.

Aku terbang menuju negeri matahari. Menuju negeri dimana dapat kunikmati hangatnya sinar mentari di musim panas, indahnya kelopak bunga yang berjatuhan di musim gugur, indahnya hujan salju di musim dingin dan betapa indahnya bunga sakura di musim semi. Aku pergi ke negeri empat musim. Negeri dimana akan ku dapati orang-orang berinteltualitas tinggi. Dan negeri dimana semua orang-orangnya sangat menghargai waktu dan enggan membuangnya dengan percuma.

Aku menarik napas lega. “Tokyo... aku datang....,”

            Aku menyetop taksi yang akan membawaku ke tempat tujuanku. Sebuah flat sederhana yang terletak di kawasan Universitas Tokyo. Aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi S2 ku di bidang kedokteran. Jangan salah sangka, ini bukan berarti aku berasal dari keluarga yang kaya raya karena mengambil jurusan itu. Sejak awal menjadi dokter memang impianku. Meskipun aku berasal dari keluarga yang pas-pasan tapi itu tak pernah menyurutkan impianku yang sangat tinggi itu untuk kalangan sepertiku. Karenanya aku belajar lebih banyak, lebih banyak dari teman-temanku. Aku berjuang lebih keras, lebih keras dari teman-temanku. Itulah yang membawaku bisa mendapat beasiswa untuk kuliah gratis di sebuah universitas ternama di Yogyakarta. Dan kini, berkat kebesaran Tuhan, aku pun mendapat kesempatan untuk meneruskan S2 di negeri matahari terbit ini yang tentunya dengan gratis.

            Boleh di bilang, ini berkat para dosen-dosenku. Mereka mengajukan kualifikasiku untuk mengikuti pendaftaran beasiswa itu. Tentunya, tanpa kepercayaan dari dosen-dosenku itu, sekarang aku masih tidak bisa mempercayai kemampuanku sendiri. Aku bukanlah orang yang jenius ataupun cerdas. Kalau aku orang yang cerdas, barangkali aku tak perlu belajar untuk dapat mengerti semua pelajaran dan bisa mendapatkan nilai-nilai yang baik. Itu semua ku dapatkan karena belajar dan berusaha, dan tak lupa juga dengan kekuatan do’a hingga dapat mengantarku berada di tempat ini sekarang.

            Taksi yang ku tumpangi berhenti di sebuah flat sederhana di kawasan Universitas Tokyo itu. Aku keluarkan beberapa koperku dari bagasi dengan di bantu pula oleh supir taksi itu. Aku membungkuk untuk menghormat seperti kebiasaan orang-orang Jepang. Aku pun tak lupa untuk mengucapkan terima kasih untuk supir taksi yang bersedia membantuku mengeluarkan koper-koperku dari bagasi itu.

“Arigato gozaimas[1]...,” ucapku.

Bahasa Jepangku memang masih belum fasih dan mungkin juga terdengar kikuk. Maklum aku hanya belajar otodidak dari buku-buku yang ku pinjam di kampusku dulu. Dari dulu, aku memang sudah tertarik dengan negara Jepang, karena itu mendapat kesempatan untuk bisa mencoba hidup di negara itu membuat diriku begitu bahagia. Aku tak pernah berhenti untuk berucap syukur atas semua rahmat Tuhan yang begitu melimpah ruah padaku.

Supir taksi itu menghormat pula padaku dan tersenyum kecil. Aku tahu jika di bandingkan dengan kebanyakan orang di sana mungkin penampilanku sedikit aneh bagi sebagian orang. Aku mengenakan jilbab dan baju gamis yang panjangnya sampai-sampai dapat di gunakan untuk menyapu lantai. Tapi, aku tak pernah mempedulikan pendapat orang jika memang orang-orang itu memandangku dengan aneh, karena sebelumnya aku sudah bisa memperkirakan hal itu. Namun seperti dugaanku, orang Jepang memang benar-benar cuek dan tak pernah mempedulikan hal itu, mereka tetap menghormat seperti biasa meskipun itu dengan orang asing.

            Aku membawa masuk semua koper-koper itu. Ku dapati seorang temanku yang sama-sama berasal dari Indonesia itu berlari kecil ke arahku. Dia membantuku membawa koper-koper itu. Kami memang tidak begitu akrab karena meskipun dari kampus yang sama kami cuma bertemu beberapa kali . Dia mengambil jurusan bisnis di sini. Sama sepertiku, dia juga mendapat beasiswa meskipun sebenarnya dia anak orang kaya.

“Aku senang kau sudah datang...,” ucapnya sembari mencium ke dua pipi kanan kiriku.

“Iya...,” ucapku dengan tersenyum kecil ke arahnya.

“Mari ku bantu,”

“Iya, terima kasih,”

            Cantrika Liena Rantika, itu adalah salah satu teman sekampusku yang memang berbeda fakultas. Tapi, dia bukan orang Yogjakarta asli, melainkan orang Jakarta. Berbeda sepertiku yang mungkin menurut sebagian orang cupu, penampilan Liena, begitu dia di panggilnya, sangat modis. Meskipun kami sama-sama muslim, gadis pemilik kulit putih dan mata sipit itu, tidak mengenakan kerudung sepertiku. Tapi, ku akui penampilan dia masih lebih wajar jika di bandingkan kebanyakan orang Jakarta yang tampil begitu terbuka.

            Dibimbingnya aku ke rumah penjaga flat yang juga menempati salah satu flat itu. Di sana aku melihat beberapa orang berkumpul dan tersenyum ke arahku.

“Yamato san, Mayumi san, kochira wa Indonesia no Najwa san desu[2],” ucap Liena memperkenalkan aku pada Tuan Yamato dan Nyonya Mayumi.

“Hajimemashite. Najwa desu. Dozo yoroshiku[3],” ucapku mempertegas mereka dengan memperkenalkan namaku kembali dengan membungkukkan badan.

Tuan Yamato dan Nyonya Mayumi pun melakukan hal yang sama. Mereka memberi kunci pintu flatku dengan tersenyum ramah. Aku pun melakukan perkenalan yang sama dengan kedua anak Tuan Yamato dan Nyonya Mayumi. Tuan Yamato dan Nyonya Mayumi mempunyai seorang anak perempuan yang masih berumur sekitar sepuluh tahun dan mempunyai satu anak laki-laki yang seumuran denganku dan Liena. Yang ku dengar dari Liena, anak laki-laki Tuan Yamato dan Nyonya Mayumi itu juga kuliah di Universitas Tokyo sama seperti kami, tapi berbeda fakultas. Dia mengambil jurusan Teknik Mesin kata Liena.

            Liena mengantarku sampai ke flatku di lantai dua dengan masih membantuku membawa koper-koperku. Flat Liena juga berada di lantai yang sama denganku, hanya berjarak dua kamar saja dari kamarku. Liena langsung meminta izin pergi ketika aku sudah masuk ke dalam kamarku. Dan aku mengizinkannya serta tak lupa untuk berterimakasih atas bantuannya.

“Terima kasih ya Lien..,”ucapku.

“Iya, Najwa jangan sungkan..,” ucapnya dengan senyum kecilnya yang tampak begitu manis.

            Aku memasuki kamar flatku dan langsung menata baju-bajuku dalam almari. Flat itu cukup besar jika di bandingkan dengan kamar tidurku di Yogjakarta. Terdapat sebuah tv dan sofa kecil dengan karpet di depannya yang menyatu dengan ruang tamu. Terdapat sebuah kamar tidur kecil, almari dan meja belajar diruang tengah. Dan terdapat sebuah dapur kecil dan kamar mandi kecil di bagian paling belakang. Aku berpikir berapa sebenarnya harga sewa flat ini sebulan, untuk ukuran anak kos di tempatku ini sudah cukup mewah. Tapi, aku tak perlu menghabiskan waktuku hanya untuk memikirkan hal itu. Karena semua itu sudah di urus dan aku hanya tinggal melakukan kewajibanku dengan baik sebagai seorang pelajar.

Usai bersih-bersih dan merapikan semuanya aku langsung mandi, mengganti bajuku dengan baju biasa dan mengganti kerudungku dengan jilbab yang langsung pakai serta seperti biasa menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim untuk sholat karena jam sudah memasuki waktu sholat isya. Aku beristirahat dan membaca beberapa buku hingga kantuk menghampiriku. 

 

 

 

 

 

[1] Terima Kasih.

[2] Tuan Yamato, Nyonya Mayumi, ini adalah Nona Najwa dari Indonesia.

[3] Apa kabar? Saya Najwa. Senang berkenalan dengan anda.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Just a Cosmological Things
869      486     2     
Romance
Tentang mereka yang bersahabat, tentang dia yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri, dan tentang dia yang patah hati karena sahabatnya. "Karena jatuh cinta tidak hanya butuh aku dan kamu. Semesta harus ikut mendukung"- Caramello tyra. "But, it just a cosmological things" - Reno Dhimas White.
Sebuah Jawaban
378      269     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
Venus & Mars
5225      1415     2     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagunan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan ...
Secret Elegi
4018      1146     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Isi Hati
438      309     4     
Short Story
Berawal dari sebuah mimpi, hingga proses berubahnya dua orang yang ingin menjadi lebih baik. Akankah mereka bertemu?
Rumah
478      333     0     
Short Story
Sebuah cerita tentang seorang gadis putus asa yang berhasil menemukan rumah barunya.
Apakah kehidupan SMA-ku akan hancur hanya karena RomCom? [Volume 2]
1495      702     0     
Romance
Di jilid dua kali ini, Kisaragi Yuuichi kembali dibuat repot oleh Sakuraba Aika, yaitu ia disuruh untuk bergabung dengan klub relawan yang selama ini ia anggap, bahwa melakukan hal seperti itu tidak ada untungnya. Karena godaan dan paksaan dari Sakuraba Aika terus menghantui pikirannya. Akhirnya ia pun terpaksa bergabung. Seiring ia menjadi anggota klub relawan. Masalah-masalah merepotkan pun d...
My Halloween Girl
1015      546     4     
Short Story
Tubuh Kevan bergetar hebat. Ia frustasi dan menangis sejadi-jadinya. Ia ingat akan semalam. Mimpi gila itu membuatnya menggila. Mimpi itu yang mengantarkan Kevan pada penyesalan. Ia bertemu dengan Keisya dimimpi itu. “Kev, kau tahu? Cintaku sama besarnya denganmu. Dan aku tak akan membencimu,”. Itu adalah kata-kata terakhir Keisya dimimpinya. Keisya tak marah dengannya. Tak membencinya. Da...
Another Word
597      344     2     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
Luka di Atas Luka
422      279     0     
Short Story
DO NOT COPY MY STORY THANKS.