GOD'S BLESSINGS : JAWS
Chapter 1 : A Planned Night
Written by :
Adinda Amalia
Characters :
1. Alice
Nama tokoh akan diungkap satu per satu seiring dengan berjalannya cerita.
Daftar bahasa asing yang digunakan :
1. Wan an (Bahasa Mandarin) = Selamat malam
Daftar bahasa asing akan diperbarui seiring berjalannya cerita.
.
.
Selamat membaca~
Cahaya terang telah melambaikan tangan pada hari yang singkat ini, ia pergi dengan perlahan, memberikan izin pada kegelapan untuk menggantikannya. Angin semakin keras berhembus, membuat suhu udara semakin menurun. Malam yang cukup mencekam di daerah perbukitan, namun seorang gadis kecil dengan penampilan serba putih justru pergi semakin jauh, seakan-akan ada yang menariknya untuk masuk ke dalam area bukit.
Alice namanya, ia dengan segala kekuatannya itu masih terus-terusan menerjang pepohonan. Ia tak tau apa yang terjadi, namun ia lari. Lari. Lari. Tujuannya memang tak jelas, akan tetapi sang gadis tau langkah kakinya itu benar.
Perlahan Alice mulai bisa melihat pemandangan tak biasa. Jauh di sana, sebuah benda putih terjun bebas dari atas atas tebing. Alice tak peduli bagaimana nasibnya kelak, entah ia akan cidera atau sejenisnya, itu sudah tak ia pikirkan sama sekali. Alice dengan yakinnya melompat tinggi-tinggi, dan menadah kedua tangannya dengan sigap.
BRAKK!
Dapat! Dan disaat yang sama pula, Alice jatuh menghantam tanah dan dihantam pula oleh benda putih yang kini sudah berada di atasnya.
Ini gila! Alice emang gila! Kenapa juga gadis ini lari? Kenapa juga Alice menyelamatkan makhluk seperti ini? Makhluk ini kan jelas-jelas…
“Hakutaku?”
Lembu yang Alice dekap rapat-rapat itu mulai melawan, berusaha melepaskan tangan Alice darinya. Dengan tubuhnya yang lumayan besar, sang hewan masih perlu berguling-guling beberapa kali sebelum akhirnya ia bisa berdiri kembali. Melihat tingkahnya yang seperti itu, nampaknya ia tak apa-apa. Ia juga tak terlihat terluka.
Sesaat setelah beban berat di atas tubuhnya di rasa telah pergi, Alice pun berdiri secara perlahan. Kedua matanya mengamati sosok hewan aneh itu dengan seksama. Dari atas ke bawah, benar-benar ia amati mati-matian. Alice yakin ia tak salah. Hewan ini seekor lembu, warnanya putih.
Tapi yang membuatnya terlihatnya menyeramkan, ia mempunyai tiga mata di wajahnya, dan dua tanduk di kepalanya. Tak hanya itu, di sisi kiri kanan tubuhnya juga ada tiga mata dan dua tanduk lagi. Jadi, totalnya hewan ini punya sembilan mata dan enam tanduk.
“Hakutaku! Ini pasti hakutaku!”
Jika kalian bertanya mengapa Alice tau tentang hakutaku, itu karena ia sering membaca buku tentang mitologi. Sosok hakutaku mungkin tak asing baginya, tapi tetap saja jika harus melihat secara langsung seperti ini, hakutaku tentu cukup menyeramkan.
Detak jantung Alice benar-benar berdetak kencang, tubuhnya juga pasti bergetar hebat. Tentu saja ia merasa takut. Aneh ya, padahal hewan ini baru saja ia selamatkan. Hakutaku melihat sekelilingnya, bukit yang penuh pepohonan ini begitu suram dan sunyi walau malam baru saja datang.
Hakutaku mendadak menatap Alice, sorot matanya begitu tajam, seketika ketiga buah mata di wajahnya itu benar-benar fokus ke arah Alice. Gadis itu tak bisa apa-apa, layaknya orang yang lemas lunglai tak berdaya. Ia juga sudah kehabisan kata-kata. Ketakutan sudah terlanjur menjalar di sekujur tubuhnya.
“Kau takut?”
Kedua mata Alice terbelalak seketika, detak jantungnya sesaat melonjak hebat. Gadis itu sempat terdiam, terlalu kaget akan peristiwa yang baru saja ia alami.
“Dari mana? Dari mana suara itu?” pikirnya. Padahal tidak ada orang lain disini. Bahkan setelah Alice memberanikan diri untuk menoleh ke kanan, kiri, dan belakang, memang tak ada siapa-siapa. Namun, Alice rasa suara itu justru berasal dari depan. “Mungkin kah dari hakutaku itu?” Alice melirik lembu di hadapannya itu, mencari sedikit kepastian akan tanda tanya besar di kepalanya.
“Bener kok, itu suara ku. Kau juga tau kan, bahwa hakutaku dapat berbicara dengan bahasa manusia?”
Lagi. Suara itu terdengar kembali. Jika diperhatikan dengan seksama, sudut bibir lembu itu juga bergerak-gerak bersamaan dengan terdengarnya suara tersebut. Dan sesuai dengan apa yang Alice pelajari dari buku, hakutaku memang bisa berbicara dengan bahasa manusia.
“Oh, maaf. Tunggu sebentar, mungkin kau akan lebih nyaman dengan wujud ku yang lain.”
“Wujud lain? Apa maksudnya?” ujar Alice dalam hati, ia berusaha memahami kalimat sang lembu barusan. Lembu itu terdiam. Alice pun setia menunggu apa yang akan terjadi. Gadis itu mungkin masih takut, tapi ia sudah tak setakut yang tadi. Walau ia mendadak merasa was-was dengan ucapan hakutaku barusan.
Lembu itu mulai berubah, wujudnya perlahan menjadi aneh dan semakin aneh. Ia semakin tak menyerupai hewan lagi. Tubuhnya berantakan kemana-mana, layaknya karet yang ditarik kencang-kencang. Rasanya hewan itu akan putus menjadi dua. Sungguh mengerikan. Wujudnya justru jauh lebih menyeramkan.
Namun perlahan, wujudnya yang semula seperti karet yang merenggang itu kini mulai terlihat jelas. Ia sudah tak terlalu mengerikan lagi, wujudnya bahkan sudah mulai bisa diprediksi. Dalam wujudnya yang belum sempurna itu, seakan-akan ia bakal memiliki satu kepala, dua tangan, dua kaki, dan tentunya sebuah tubuh. Itu memang bukan wujud hewan, tapi wujud seorang manusia.
“Wan an.” (selamat malam), ujar seorang pemuda berwajah tampan yang kini berdiri di depan Alice, menggantikan sosok lembu aneh tadi. Alice sempat menatap pemuda itu beberapa saat sebelum ia menjawab salamnya.
“Wan an …,” ujar Alice lirih. Rasa takut Alice mendadak hilang. Hakutaku yang serem itu kini sudah tak ada, justru lelaki dengan senyuman manis di hadapannya itu lah yang sukses membuatnya meleleh.
“Bahasa Mandarin? Padahal ini kan di Korea. Bentar, tapi dia kan hakutaku, kenapa nggak pake Bahasa Jepang?” pikir Alice di sela-sela percakapan mereka.
“Hakutaku...?” Alice tanda sadar mempertanyakan kembali akan wujud dari pemuda tersebut. Rasanya ia masih saja tak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya. Alice menetap sosok di hadapannya itu dengan pikiran yang bercampur aduk.
“Iya, aku hakutaku yang tadi,” suara lelaki itu sangat lembut. Begitu nyaman untuk didengar dan sukses membuat hati menjadi tenang.
“Oh iya, hakutaku kan cuma sebutan dari orang Jepang. Sebenarnya makhluk ini berasal dari China, disana dia disebut Bai Ze,” Alice masih saja sempat-sempatnya untuk melanjutkan pemikirannya mengenai gaya bahasa pemuda yang mengaku hakutaku itu.
Alice masih belum sanggup untuk berbicara, rasanya ia terlalu shock, layaknya baru saja dihantam batu besar tepat di atas kepalanya. Lelah menunggu giliran bicara Alice, hakutaku pun mulai mengutarakan kalimatnya kembali, “Oh iya, boleh ngomong pake ‘lu-gue’ nggak? Kita kan seumuran.”
“Ngg… Nggak apa-apa kok,” sungguh terlihat jelas, Alice masih saja merasa bingung dengan keadaan. “Makasih,” pemuda itu tersenyum semakin lebar, eye smile-nya bahkan terlihat jelas. Begitu manis, hingga cukup untuk membuat Alice semakin meleleh.
Alice hanya ketawa kecil guna membalas senyuman manis pemuda itu. Alice juga masih berusaha mencerna beberapa kejadian barusan. Aneh, ini memang sangat aneh. Mulai dari Alice yang tanpa sadar menyelamatkan seekor lembu putih, yang ternyata justru ternyata hakutaku, yang ternyata hakutakunya justru berubah menjadi ikemen -sebutan bagi pemuda tampan di Jepang- sukses membuat Alice pusing tujuh keliling.
Tapi sayangnya, Alice tak mau kalah, mau sepusing apapun, ia akan tetap bisa mencerna semuanya. Perlahan tapi pasti, Alice mulai memahami keadaan, dan di saat yang bersamaan pula, ia menyadari adanya hal ganjil yang terlewatkan.
Pemuda itu mengaku ia adalah hakutaku, akan tetapi bagaimana bisa wujudnya jadi persis layaknya manusia normal, dengan wajah yang rupawan pula. Tak ada yang salah dengan penampilannya. Kakinya dua, tangannya dua, matanya dua, tak ada tanduk yang terlihat. Jelas-jelas manusia kan? Tapi, bukankah aneh jika hakutaku bisa berubah persis seperti manusia normal?
.
.
To Be Continue-
Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan maupun kata-kata yang kasar dan menyinggung perasaan pembaca. Kesamaan nama, tempat kejadian, atau cerita itu hanya kebetulan belaka.
Salam, penulis.