Pekalongan, 15 april 2012
Dalam ruangan yang begitu ramai, terlihat seseorang duduk dipojokan sembari memandang langit. Terlemparlah kertas-kertas sampah ke arahnya, kemudian datang siswa dengan seragam yang tak rapi, menarik dan menghantamnya.
Seseorang itu hanya diam, “Beraninya kau beri tahu nama orang tuaku kepada teman-teman”. Siswa itu tetap diam sembari membetulkan seragam. Dia menunduk berjalan melewatinya. Kemudian semua anak-anak menyoraki mereka berdua untuk bertarung. Siswa itu menarik lagi. “Far, Kenapa hanya diam?” ucapnya, lalu memukulnya kembali. Ya, dia adalah Far, yang selalu di bully di adu domba oleh anak-anak. Dia selalu di kucilkan. Far bangkit kembali, menoleh lalu pergi.
Pukulan susulan datang. Ia menghindar, berlari keluar dari kelas. “Lari, lari kau pengecut” ucap semua teman kelasnya. Lalu mereka semua tertawa. Far berhenti di suatu tempat, duduk di pinggir lapangan sendirian. Menatap langit kembali. “Pemenang adalah orang yang penyabar, bukankah seperti itu kek?” gumamnya. Dia termenung.
Termenung sembari melihat darah yang menetes ke celana dan tangan menghapus luka di bibirnya. Datang seorang perempuan yang memberikan tissue, “ini, aku lihat darahmu menetes di kelas tadi” ucapnya. Namanya adalah Salma. Seorang perempuan yang percaya bahwa Far tidak melakukan apapun yang di ucapkan oleh laki-laki yang berlagak preman itu. “Ayo kembali ke kelas” ucapnya. Far mengangguk, merapikan seragamnya.
Sesampainya di kelas, tas milik Far berada di atas jendela. Buku-buku berserakan, semua teman kelasnya tertawa. Far hanya menelan ludah. Dia tidak malu, dia hanya tidak tahu cara mengambilnya karena dia pendek. Ketika memalingkan kepala, pukulan mendarat begitu cepat dan tragis di pipinya. “Sekali lagi aku tanya pada mu, Kenapa? Dan untuk apa?” ucap laki-laki itu. Far hanya diam, dia kembali bangun untuk mengambil tas. Salma membantunya mengumpulkan buku-buku yang berserakan.
“Salma sudah berpacaran dengan laki-laki pecundang itu?", apa yang dimilikinya sehingga ia mau?” ucap laki-laki preman sembari membelai pipinya. Tindakan yang begitu tidak senonoh untuk seorang remaja SMP. Far begitu geram, tak memikirkan tasnya ia meloncat dari bangku dan menginjak kaki preman itu. Far menarik kakinya, menyeret keluar dari kelas menjauh dari Salma. Kemudian Far menarik kerahnya dan memukulnya. “Jangan pernah melakukan hal senonoh pada temanku” kata-kata yang keluar dari bibirnya.
Bell masuk pun berbunyi, dan akhirnya Far masuk ke ruang BK akibat dari adu domba teman-temannya. Dia duduk paling depan. Dia bukan apa-apa melainkan pecundang yang bersembunyi di dalam batu. Dia bernama Rosyid dan lelaki preman itu bernama Rudin.
“inikah yang dinamakan kesabaran, kek ?” Gumamnya ketika di hukum.
Pekalongan, 15 April 2012
Pekalongan, 18 April 2012
Di ruangan belajar yang begitu luas terpampang komputer pribadi dengan merk yang belum sangat di kenali orang, duduklah seseorang yang sedang merenungkan nasibnya, karna bullyan orang semata. Menatap ke kabin-kabin. Setelahnya ia menari dengan jari jarinya. Menularkan ide-ide fantasi yang pertamanya. Berjudul “The black Ninja”, berisi kisah tentang dirinya yang di ubah menjadi sosok ninja hitam yang begitu pintar dan cerdas. Itu adalah harapan dirinya dalam kelas untuk selalu di kenal pintar dan cerdas. Dengan 1000 kata dia mengarang begitu hikmat dan nikmat. Di temani oleh teh hangat dalam gelas mug yang bertuliskan “Cintai Ibu”. Dan suara kipas angin yang sudah agak rusak.
Setelahnya ia klik save. Setelahnya ia menengguk teh hangat, ia bangkit sembari merapikan tempat duduk dan merapikan meja duduk. Dia mulai mengganti pakaiannya dengan seragam untuk berangkat sekolah. Matahari mulai menyingsing. Jam mulai berdering menunjukan waktunya untuk sekolah. Ia berjalan sembari membetulkan kancing kemeja seragamnya. Membuka pintu rumah setelah bersalaman dengan ibu, ia berangkat dengan cepat.
Angin lembut membelainya ketika ia menggayuh sepeda dengan cepat. Ayam berkokok di pinggiran seolah menyapanya yang sedang bersemangat untuk meraih mimpinya. Ia menggayuh begitu cepat semakin cepat dan cepat. Sesampai di jembatan ia menoleh ke sungai dan berhenti sementara. Menyaksikan aliran sungai yang begitu bening. Tampak batu batuan yang tertata rapi tanpa ada yang menata. Anak anak kecil yang bersorak bermain dengan aliran air hangat dari sana. Setelah berhenti sesaat menyaksikan kesenangan itu, ia melanjutkan kembali perjalanan.
Polisi polisi sudah mulai mengatur jalan jalan yang ada disana. Polusi sudah begitu banyak dan mobil mobil klakson yang begitu menyorak di telinga. Dia terus menerobos mencari celah sembari menahan bisingnya klakson mobil mobil yang merasa paling punya kekuasaan untuk jalan.
Sesampai di kelas dia memarkirkan Sepedanya. Ia berlari menuju kelas, kemudian mulailah mereka menjahili anak satu ini. Baru melangkah sekali dia langsung di lempari oleh anak laki laki satu kelasnya. Dia hanya tersenyum “pagi” di sahut oleh salma. “pagi juga” Ucapnya sembari senyum.
Lelaki preman yang kemarin mulai mengerjainya dengan mendorong kursi far ke belakang, namun karna Far hafal akan hal itu dia mulai pura-pura duduk. Dengan menahan pegelnya kaki yang menahan tubuhnya karna berpura pura duduk. “hari ini kenapa kau begitu senang?” Tanya salma. Far menunjukan kertas yang telah ia tulis karangannya sebelum ia ketik di komputernya. 5 lembar kertas yang berukuran buku kecil itu di berikannya. “aku mulai baca ya”
Dia mulai tersenyum dan semakin semangat. “iya”, semua anak kelasnya heran. Karena dia tak lagi murung, dia mulai tersenyum. Semua ide itu muncul karna aksi heroiknya kemarin.
Pekalongan 18 April 2012
Pekalongan, 19 April 2012
Pagi menari menyingsing, Far begitu semangat. Tak meragukan kamar yang berantakan. Ia bergegas menuju kamar mandi tanpa membangunkan adik kecil. Dalam mandi, ia mengimajinasikan chapter selanjutnya, dan berpikir salma takkan mengkritik kisahnya. Mandi sembari membayangkan kerajaan fantasi yang akan ia bangun. Semua fantasi yang ia buat karna tontonan kartun di pagi hari saat libur sekolah. Yang selalu tayang dan komik komik yang selalu dilarang oleh pihak sekolah yang katanya hanya mengotori otak sang anak.
Senyum itu terukir begitu senang. Tak menghiraukan bullyan lagi. Tak menghiraukan teman teman jahat itu. Keluar dari kamar mandi ia langsung menyelimuti handuk yang tergantung di atas tali jemuran yang biasa. Setelahnya ia mulai mengambil buku kosong. Dan bolpoin ia mulai bergegas salaman dengan kedua orang tua lalu ia berangkat sembari menggigit roti di mulutnya.
Sesampai di kelas. Bel berbunyi, pelajaran membosankan di mulai. Beberapa siswa yng duduk di belakang tetidur tidak dengan far. Ia selalu memandangi pelajaran namun pikirannya ke mana mana. Yah merapikan kisahnya. Dan melanjutkan fantasinya. Kursi sebelahnya masihlah kosong.
Tak di temani siapapun. Salma duduk paling depan. Bu Yeni, Guru mtk yang membosankan memanggil Far untuk maju. Sedang far tak memperhatikan apa yang telah di jelaskan.
“Aneh, padahal banyak yang gak dengerin kenapa harus aku?” gumamnya pada dirinya sendiri. Keringat mulai menetes seperti gerimis di jalan raya. Sampai di depan Salma memberikan kertas ke tangannya. Untung bu Heni tak melihat atau menyaksikan itu. Far membaca sebentar. Kemudian memasukan kertas itu ke dalm kantong saku . ia mengatur nafasnya kemudian ia mulai berjalan.
Mengisi pertanyaan mtk yang enggak jelas tulisan tangannya. Lalu setelah selesai bukan pujian yang ia dapat. Namun makian yang ia dapat. “Dapat contekan ya?” Ucap Bu heni tanpa dosa. Semua teman temannya yang tidur menyaksikan itu dan memanas manasi. “Far, kamu keluar dari kelas saya” Ucap Bu Heni. Far menghela nafas. Ia keluar tak seperti biasanya. Ia mulai berontak. Menggebrak meja yang ada di hadapannya. “Kemari PECUNDANG!!!” Ucap Far kepada Si adu domba. Dia adalah Rosyid. Ia di lempar penghapus. Far menghindar. Setelahnya keluar sembari memecahkan kaca.
“SMP YANG TAK MANUSIAWI!!!!” Teriaknya. Ia meninggalkan kelas dan sekolahnya. Salma tampak berdiri. Kemudian menjelaskan kepada Bu Heni. BU heni yang terhipnotis tak merasa bersalah sama sekali. “ya sudah, kalian bujuk. Salma, Nanda, dan Irfan. Sana kejar Far” Perintah Bu Heni.
Di jembatan dekat rumahnya ia memandangi sungai yang masih asri itu menenangkan disana. Sembari bergumam dengan mentari “Maaf, Kek, aku tak bisa sabar seperti yang kakek harapkan. Aku tak bisa sabar dan bijak seperti kakek. Sudah berbulan bulan kek..... sudah berbulan bulan Far Di bully di hina di injak.” Tampak Nanda menemukan Far yang sedang merenung melempari batu ke sungai. “Oii!!, Far jangan lompat!!!” Ucap Nanda yang mulai salah paham. Far kaget. Kemudian terpeleset. Tangan nya berpegangan. Dengan kayu jembatan. “oii, sudahlah maafkan mereka. Mereka begitu karna iri denganmu!!” Ucap Salma. “Udah GILA LO Ya” Ucap nanda.
Far meraih tangan nanda kemudian bangkit dan mulai naik jembatan kembali. “aku tidak bunuh diri aku bukan orang yang suka bunuh diri. Aku tidak pernah menyerah, aku hnya sedang menenangkan diri disini. MANA SI PECUNDANG ITU....TANGANKU SUDAH GATAL DENGANYA!!!”
Pekalongan, 19 April 2012