Loading...
Logo TinLit
Read Story - Contract Lover
MENU
About Us  

          “Kehidupan...Setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda-beda. Ada yang mempunyai beban kehidupan yang berat, adapula yang tampak tak memiliki beban kehidupan sama sekali. Kalo ada yang bertanya termasuk dimanakah aku, maka aku akan menjawab di tengah-tengahnya. Di satu sisi, aku selalu dituntut oleh orangtuaku untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. Di sisi lainnya, hidupku sudah terjamin karena aku...Aku adalah seorang penulis megabestseller yang sudah cukup tenar sampai suatu saat, hidupku berubah hanya karena suatu tuntutan lainnya. Ya, tuntutan yang datang dari editor dan para fansku !”

            Dalam sebuah ruangan perkantoran yang tampak berantakkan di segala sisinya akibat banyak sekali kertas-kertas yang berserakkan entah itu di atas meja maupun di lantai, seorang lelaki berambut pendek bergelombang sedang duduk di atas kursi hitam menghadap seorang lelaki separuh baya yang sedang memegangi sebuah tumpukkan kertas. Lelaki berambut pendek itu tampak merebahkan punggungnya ke sandaran kursi sembari memainkan handphonenya. Tak butuh berapa lama, lelaki separuh baya yang duduk persis di hadapannya menaruh tumpukkan kertas itu di atas meja yang terletak tak jauh darinya. Ia kemudian membetulkan kacamatanya dengan tangan kanannya sembari berkata,”Ini yang kamu sebut dengan naskah ?”. Ia mengatakan itu sembari memasang wajah serius dengan tampak sedikit kekecewaan di wajahnya itu.

            Mendengar perkataan lelaki separuh baya tersebut, lelaki berambut pendek itu langsung memasukkan handphonenya ke dalam kantung celana dan menegakkan punggungnya. Ia lalu menopang kedua tangannya dengan paha dan diletakkannya di dagunya.

            “Ya...Itu naskah ! Kalau kau berkata naskahku jelek dan kurang menarik, apakah kau bisa menjelaskan mengapa saya bisa menjadi penulis megabestseller ? Dear Pak Editor tercinta !” Ucapnya sewot.

            Pak Editor tampak terlihat kesal. Ia lalu mengambil tumpukkan kertas yang ia letakkan di atas meja tadi dan berkata,”Kau lihat ini ? Naskahmu yang bercerita tentang seorang lelaki petualang yang pergi mengembara untuk mengalahkan Raja Setan. Sekarang, saya mau tanya. Untuk apa lelaki ini menjadi pengembara ?”.

            “Yaaa...Untuk mengalahkan Raja Setan ! Kau baru saja mengatakan alasannya !” Balas lelaki itu dengan cepat.

            “ANTONI TETSUYA ! Saya tahu kalau kau itu sudah cukup tenar ! Tapi, kalau kau tak menjaga ketenaranmu itu, bahkan seorang atlet angkat besi yang sudah tak berlatih puluhan tahun tak akan mampu mengangkat beban yang seharusnya ia bisa angkat !” Ucap Pak Editor menceramahi Antoni sambil memukul meja di dekatnya dengan menggunakan naskah Antoni.

            “Lalu, apa sebenarnya yang mau anda katakan ?” Tanya Antoni to the point.

            Pak Editor terlihat senang dengan pertanyaan Antoni tersebut. Ia kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan menuju meja yang berjarak beberapa langkah dari tempat ia duduk. Ia kemudian mengambil sebuah laptop yang terlihat terbuka layarnya dan membawanya ke hadapan Antoni. Tanpa berbicara, ia langsung menyodorkan laptopnya pada Antoni sehingga Antoni bertanya spontan,”Apaan, nih ?” padanya.

            “Lihat saja sendiri !” Ucapnya.

            Diambillah laptop tersebut dari tangan Pak Editor dan Antoni mulai melihat-lihat tampilan layar laptop itu yang berisi banyak tulisan-tulisan dari beberapa orang. Setelah 5 menitan, Antoni lalu menengok ke arah Pak Editor dan memasang lirikkan sinis. Pak Editor tampaknya telah mengetahui bahwa Antoni sudah mendapatkan apa yang mau ia sampaikan sehingga ia berkata,”Jadi ? Kau sudah tahu apa yang mau saya bilang, kan tentang kesalahan naskahmu itu ?”.

            Antoni lalu menaruh laptop itu di meja sebelahnya dan menanggapi pertanyaan editornya dengan muka yang tak senang.

            “Jadi, kau dan para fansku menyuruhku untuk menambahkan tema kurang penting tersebut ke dalam cerita ? Apa sih pentingnya cinta-cintaan di dalam novel fantasi petualanganku ini ?” Tanya Antoni dengan nada tak senangnya.

            Mendengar pertanyaan Antoni, Sang Editor dengan cepat melepaskan kacamatanya dan menggantungkannya di kantung bajunya. Dengan wajah serius separuh kesal, ia membalas,”TIDAK PENTING ?!? Kau tak tahu betapa kami, para pembaca menanti-nantikan adegan di mana Putri dari kerajaan tertentu yang disukai oleh karakter utama diculik oleh Raja Setan sehingga membuat si karakter utama sedih dan dendam pada Raja Setan ! Dari sana, karakter utama akan mengembara untuk memburu Raja Setan dan menyelamatkan Sang Putri yang disekap ! Setelah diselamatkan, karakter utama akan hidup bahagia dengan si Putri dan tamat !”.

            Antoni hanya menyipitkan matanya tanda ia bosan dengan ocehan si Editor. Ia lalu mengambil handphone di kantungnya dan mulai memainkannya kembali. Melihat tingkah Antoni, Pak Editor langsung menarik handphone Antoni dari tangannya dan berkata,”Jadi ? Kamu sudah mengerti apa yang harus kamu lakukan, kan ?”.

            “Saya akan membuat naskah saya seperti biasanya ! Titik !” Ucap Antoni yang masih bersihkeras pada pendiriannya itu.

            “Walaupun nanti naskah kamu tidak akan laku lagi ? Apakah kamu mau menerima konsekuensi itu ? Soalnya, ini bukan hanya permintaan dari saya sendiri melainkan para fansmu juga !” Ucap Pak Editor setengah mengancam Antoni.

            “Saya yakin naskah saya masih tetap akan terjual !” Kata Antoni dengan cepat.

            Pak Editor kemudian kembali menyenderkan punggungnya di senderan kursi miliknya sambil masih memandangi Antoni yang terlihat telah bersiap-siap pergi meninggalkan kantor penerbitan. Sesaat setelah Antoni berdiri dari kursinya, Pak Editor membuka suaranya yang membuat langkah Antoni terhenti.

            “Memangnya kenapa, sih kamu tak mau untuk menambahkan tema cinta ke dalam naskahmu ? Biasanya, setiap saran dari fansmu pasti kamu ikuti !” Tanya Pak Editor.

            Dengan tubuh membelakangi Pak Editor, Antoni berkata,”Mudah saja ! Karena cinta itu adalah hal yang tak diperlukan !”.

            Antoni kemudian meneruskan langkahnya menuju pintu keluar ruangan. Namun, sebelum ia sempat keluar, Pak Editor setengah berteriak padanya,”Kalau naskahmu yang berikutnya tak memenuhi kriteria penerbitan saya, jangan salahkan diri saya jika naskahmu itu tidak akan terbit sekalipun kamu penulis megabestseller !”.

            Antoni tak menanggapi perkataan Pak Editor tersebut dan langsung melanjutkan langkahnya tuk keluar dari kantor penerbitan tersebut. Setelah ia sampai di luar, ia melihat sebuah iklan dari LCD TV. Di iklan tersebut, terlihat seorang model wanita yang cantik sedang mempromosikan barang.

            “Model, ya ? Apakah kehidupan mereka juga seberat gua ? Atau bahkan lebih berat ?” Ucap Antoni dalam hati yang kemudian ia mulai melanjutkan langkahnya tuk menuju tempat berikutnya yang ia tuju.

J

            Dalam sebuah ruangan yang tertata rapih, terlihat seorang gadis yang mengenakan baju kasualnya sedang merebahkan dirinya di atas sofa merah yang tampak empuk. Ia terlihat damai dan menikmati betul waktunya tersebut. Tak lama, masuklah seorang wanita separuh baya yang mengenakan pakaian rapih lengkap dengan dasi ke dalam ruangan dan mendekati gadis yang sedang merebahkan badannya tersebut.

            “Saika ! Kamu lupa kalau hari ini ada jadwal pemotretan majalah Plus ? Kamu mau cari mati, ya ?” Ucap wanita tersebut yang terdengar sedikit marah.

            Gadis bernama Saika tersebut kemudian menjawab dengan masih membaringkan tubuhnya di atas sofa berkata,”Undur saja ! Hari ini aku sedang tidak ada mood untuk itu ! Badanku pegal-pegal di sana-sini ! Manager bisa tolong panggilkan tukang pijat untukku ?”.

            Wanita separuh baya yang merupakan managernya terlihat sedikit kesal kemudian mengambil segelas air yang terletak di atas meja di dekatnya dan menyiramnya persis di muka Saika. Saat Saika terkena siraman air itu, ia langsung berdiri dari sofa tersebut sambil berteriak,”Wadow ! Kamu gila apa ? Muka model gini-gini bisa-bisanya disiram air ! Gua bukan mobil yang kotor yang mesti disiram air kayak gitu !”.

            “Makanya kerja ! Jangan hanya bermalas-malasan di atas sofa itu mulu ! Kamu tak tahu apa sudah berapa banyak pemotretan yang diundur karena sifatmu yang gak jelas itu ? Apa kamu pikir pekerjaan sebagai model itu main-main ?”

            Saika tak mengindahkan kata-kata dari managernya tersebut dengan masih membaringkan badannya di atas sofa. Ia malah mengambil penutup kuping yang berada di atas meja dekat dengannya dengan hanya mengulurkan tangan kanannya saja kemudian menutup kupingnya dengan itu tanda ia tak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh managernya itu. Melihat tingkahnya, manager Saika tak terlalu mengambil hati kejadian tersebut. Mungkin, kejadian ini sudah terjadi lebih dari puluhan kali sehingga sudah menjadi makanannya sehari-hari.

            “Terserah kamu sajalah !” Ucap managernya sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.

            Setelah manager Saika keluar dan tak tampak dari pandangan Saika, Saika kemudian bangkit dan menegakkan badannya itu masih di atas sofa merah itu. Badannya yang berisi tetapi tidak gemuk itu dengan lengkuk yang menakjubkan merupakan dambaan bagi banyak sekali wanita. Selain karena badannya yang bagus, wajah serta penampilannya yang anggun mempunyai daya tarik sendiri sehingga tak heran kalau dirinya dapat menjadi model bagi banyak sekali majalah dan iklan.

            Ia kemudian menengokkan kepalanya dan mencari suatu barang di ruangan tersebut. Tak lama, kepalanya terhenti dengan matanya yang memandang sebuah buku yang terletak di atas meja di dekatnya. Dengan perlahan, ia mengambil buku tersebut dengan kedua tangannya. Di bagian sampul dari buku itu terlihat gambar seorang pria yang mengenakan seragam lengkap prajurit dengan persenjataannya di satu sisi. Sedangkan, di sisi lainnya terlihat gambar sebuah mahluk yang mirip seperti naga yang tampak sangat kuat dan menyeramkan. Sepertinya, buku itu merupakan sebuah buku fantasi tentang petualangan seorang pria untuk mengalahkan mahluk itu. Selain kedua gambar itu, di sampul tersebut juga terlihat kalimat “Things You Need to Become a Great Hero” yang sepertinya merupakan judul dari buku tersebut.

            Saika kemudian membuka halaman yang sepertinya telah ia batasi dengan pembatas buku kemudian terhening sejenak. Matanya terpaku mengikuti alur teks yang terdapat di halaman tersebut. Kurang lebih 10 menitan, ia meletakkan pembatas buku tersebut di halaman yang baru lalu menutup buku itu. Ia kemudian merebahkan kembali badannya di atas sofa merah sambil memeluk buku itu di depan dadanya.

            “Aaah...Memang tak ada yang lebih mengasyikkan daripada membaca buku Sir Edward. Jadi gak sabar menunggu buku yang berikutnya !” Ucapnya pelan pada dirinya.

J

            Dalam sebuah ruang kelas yang cukup besar, terlihat segerombolan mahasiswa yang riuh ricuh mirip seperti di pasar pagi. Suasana saat itu benar-benar berisik dimana mayoritas suara berasal dari lelaki. Sepertinya, ada kejadian menarik yang akan terjadi sebentar lagi sehingga topik pembicaraan satu ruangan ini menjadi sama.

            Di sebuah bangku yang terletak cukup strategis yaitu baris ke 3 di tengah, terlihat seorang mahasiswa yang mengenakan snell jasnya (jas dokter) dan sudah berpakaian rapih. Ia terlihat menekuk tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya di atas tekukkan tangan tersebut serta menutup matanya tanda ia sedang ingin tidur. Namun, ia tidak dapat tidur karena suasana ricuhnya kelas ini juga karena ia selalu diganggu oleh sahabatnya yang selalu berada di sampingnya.

            “Ton ! Lo tidur jam berapa emang kemaren ? Sampe ngantuk gini ? Biasanya lo langsung keluarin hp lu itu terus buka wattpad buat nerusin novel lu yang gak jelas itu ?” Tanya sahabat Antoni.

            Antoni menggerakkan sedikit kepalanya sehingga mata kanannya dapat melihat sahabatnya itu.

            “Hmmm...Gua gak ngantuk ! Ini gua lagi stress ! Banyak pikiran dan novel gua itu gak jelek ! Bagus gitu, kok !” Jawab Antoni yang membantah perkataan sobatnya itu.

            “Yeee...Kenapa lagi, lo ? Kalo punya masalah, mending kan diungkapkan kepada sahabat lo yang keren satu ini ! Sang Deni Wikarsa yang ganteng tiada tara !” Ucapnya spontan berusaha menyemangati sahabatnya itu yang sebenernya malah membuat Antoni makin eneg bukan makin enak.

            Mendengar ucapan sahabatnya, Antoni bukannya ketawa malah menggerakkan kepalanya ke posisi semula di mana semua wajahnya ia letakkan menghadap ke meja alias ia buang muka dari Deni. Ia lalu berucap,”Ah ! Ganggu aja lo ! Ganteng tiada tara sih, ya...Okelah ! Tapi, kok ganteng-ganteng masih ngejones sampe sekarang ?”.

            Seketika itu, Deni langsung menunjukkan muka kagetnya. Mungkin, ia tidak percaya atau bahkan shock karena sahabatnya sekarang sudah bisa mengejeknya. Sambil memegangi dada kirinya dengan tangan kanannya ia berkata,”IA IA IA !!! Gua jones ! Tapi, maling jangan teriak maling lo ! Lihat nanti, ye ! Pacar gua nanti bakalan super cantik !”.

            “Iya ! Di antara para bencis, ya !” Ucap Antoni spontan sambil menegakkan tubuhnya di kursi dan tertawa sedikit.

            “Enak aje, lo ! Ngomong-ngomong berhasil kan gua buat lu tertawa ! Deni gitu, loh !” Katanya sambil menepuk dada kirinya dengan tangan kanannya 2 kali.

            “Gak, kok ! Gua gak tertawa ! Lo aja yang kepedean,” Bantah Antoni dengan cepat. Ia lalu melihat sekeliling dan merasakan keadaan ricuh yang tidak biasanya di kelas tersebut. Ia kemudian bertanya,”Kenapa nih kelas berubah jadi pasar ikan ? Rame banget gak ketolongan ! Lo abis ngelawak di depan, ye ?”.

            “Gaklah ! Lo emang gak tahu kenapa ?”

            Antoni hanya menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Melihat itu, Deni langsung menggerakkan tangan kanannya dan mulai mengusap-ngusap rambutnya sambil mengeluarkan ekspresi kecewanya. Ia lalu berkata,”Bagaimana lo bisa populer di kalangan wanita kalau berita penting macam ini aja lo tak tahu ?”.

            Akibat perkataan Deni, Antoni langsung menyipitkan matanya dan memberikan tatapan tajam kepada Deni. Deni yang tampak diserang secara mental langsung berkata lagi,”Iya Iya Iya ! Gak usah lu melototin gua kayak gitu ! Udah kayak tatapan gorilla mau minta pisang aja lo !”.

            “Emangnya lo pernah lihat gorilla ?” Tanya Antoni spontan sambil sedikit nyolot.

            “Udahlah ! Gak usah gua ke kebun binatang buat ngelihat satu ! Depan gua udah ada satu yang mirip, kok soalnya !”

            Mendengar itu, Antoni kembali melanjutkan tatapan sinisnya kepada si Deni yang merupakan suatu serangan mental tersendiri. Ia lalu ingin melanjutkan tidurnya kembali tapi sebelum ia sempat menaruh kepalanya ke posisi yang nyaman, si Deni kembali berbiacara.

            “Itu, loh ! Sang model cantik kita bakal datang ke kampus setelah sekian lama.”

            “Siapa ? Model ? Emangnya kampus kita punya orang macam itu ?” Tanya Antoni yang kelihatannya topik ini telah berhasil menarik sedikit perhatiannya.

            “Iya ! Jadi di angkatan kita tuh ada seorang mahasiswi cantik yang sekaligus bekerja sebagai model juga ! Dia jarang-jarang banget dateng ke kampus, tapi sekalinya dateng ya kelas jadi ricuh kayak gini. Lo sih gak pernah sekelas ama dia dari semester 1 ! Kalo gua udah pernah di semester 2, jadi udah biasa !” Ucap Deni berusaha menjelaskan apa yang sedang terjadi.

            Antoni kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia mengerti apa yang sedang terjadi. Ia berkata,”Oh ! Jadi maksud lo ada seorang model yang bakal dateng ke kelas kita ini. Emangnya dia secantik apa ? Coba jelaskan !”.

            “Lu itu ! Cantiknya tuh gak bisa dijelaskan dengan kata-kata ! Bahkan satu buku penuhpun tak akan mampu untuk menjelaskannya ! Lu harus lihat sendiri, lah !”

            Persis saat Deni mengucapkan kalimat ini, dari pintu kelas terlihat seorang mahasiswi yang telah rapih mengenakan snell jasnya. Ia masuk ke dalam kelas sambil telah diapit oleh tiga mahasiswi lainnya. Ia sudah sama seperti presiden yang diapit di tengah oleh bodyguardnya saat memasuki ruangan acara tertentu.

            “Nah, itu orangnya yang gua maksud,” Kata Deni sambil menunjuk ke arah mahasiswi yang diapit itu. Antoni hanya melihat saja dan kemudian Deni melanjutkan perkataannya,”Cantik, kan ? Namanya Saika Amanda, umur 19 tahun, golongan darah A. Dia model muda yang sudah sukses bersama beberapa teman modelnya sejak usia 16 tahun. Sama seperti kita, dia juga belajar kedokteran walaupun sudah dipastikan dia punya masa depan yang cemerlang karena profesinya yang sudah jelas itu !”.

            Mata Antoni masih terpaku dengan Saika. Ia seperti pernah melihatnya tapi ia lupa dimana. Wajahnya terlihat sangat familiar baginya. Setelah beberapa saat mengingat-ngingat, ia akhirnya tahu dimana ia pernah melihatnya.

            “Oooh...Iklan makanan yang gua lihat abis pulang dari kantor penerbitan kemarin ternyata dia !”

            “Nah ! Benar, kan ! Dia memang udah terkenal soalnya ! Tak heran kalau lu pernah melihat beberapa fotonya di iklan atau majalah gitu !”

            Antoni tak mengindahkan kata-kata dari Deni. Matanya masih terpaku pada sosok mahasiswi cantik tersebut yang lambat laun memasuki kelas dengan perlahan karena dikawal ketat. Saika tampak tersenyum-senyum saja sambil berbicara dengan 3 temannya yang mengapitnya itu. Tampaknya, mereka sudah bersahabat dekat.

            Saika lalu melihat-lihat ke sekeliling kelas untuk melihat teman-teman barunya di semester 3 ini. Wajar, ini merupakan tahun ajaran baru yang tentunya diikuti dengan kelas yang baru. Dalam kelas yang baru, sudah pasti ada teman yang baru pula. Mata Saika tampak memandangi satu-satu teman-teman kelasnya secara cepat hingga sampailah matanya melihat ke arah Antoni. Antonipun tampak sadar kalo dirinya sedang diperhatikan sehingga tampak sebuah perubahan pada ekspresi muka Antoni tersebut. Muka Antoni saat itu sedang menunjukkan bahwa ia tidak tahu kenapa wanita cantik tersebut sedang memandanginya agak lama tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Mereka bertatapan cukup lama hingga Saika yang tiba-tiba tersenyum ke arahnya.

            “Kenapa, Sai ? Kamu memandangi apa, sih sampai senyum-senyum gak jelas gitu ? Kesurupan ?” Tanya Lisa, Sang ketua kelas sekaligus salah satu dari 3 bodyguard Saika saat itu.

            “Gak, kok ! Gak kenapa-kenapa ! Gua hanya kepikiran hal lucu yang terjadi dulu.” Balasnya.

            Sedangkan, bagi para cowok yang merasa dirinya diperhatikan dan disenyumin Saika saat itu langsung berseru,”Eh ! Tadi dia perhatiin gua sampai senyum-senyum sendiri gitu, kan ? Apa mungkin gua punya kesempatan ?”. Deni Wikarsa, sahabat si Antoni merupakan salah satu dari cowok-cowok kepedean ini yang mengatakan hal serupa pada Antoni. Antoni memilih untuk tidak meladeni temannya tersebut karena ia tidak mau berdebat panjang dengannya.

            “Dia tadi perhatiin gua, kan ? Apa cuma perasaan gua, kah ?” Ucap Antoni dalam hati.

            Beberapa lama kemudian, semua mahasiswa telah duduk di tempatnya masing-masing. Saika dan teman-temannya memilih untuk duduk di kursi barisan terdepan.

            “Lis, ini depan banget, loh ! Gak apa-apa ?” Tanya Saika pada sahabatnya itu.

            “Tak apa-apa ! Justru bagus di depan ! Gak akan ada cowok yang berani modusin lo ! Cowok jadi fokus belajar dan lo jadi gak ada yang gangguin. Simbiosis mutualisme bukan ?” Kata Lisa menjelaskan.

            “Kalo cowok yang mau modusin lo gimana ? Lo cantik juga, loh ! Ngomong-ngomong, lo kayaknya kurusan, deh !” Ucap Saika sambil menggerakkan tangannya dan mencubit pinggang Lisa.

            “Eh...Masa ? Makasih, loh !” Jawab Lisa sambil senyum-senyum gitu. Mungkin ia merasa senang dikatakan kurus oleh seorang model.

            “Liburanmu gimana, Sai ? Gak pergi-pergi ?” Tanya Mila yang duduk di sebelah Lisa saat itu.

            “Oh, kagak ! Gua ada banyak pemotretan sama shooting iklan. Jadi, gitulah ! Habislah liburan gua itu hahaha...” Balas Saika.

            “Saika mah tak kenal kata libur. Tapi, lo hebat, ya ! Nilai integrasi (ujian blok) lu itu selalu bagus. Rahasia lu apa, sih ?” Tanya Anna dari samping kanan Saika.

            “Iya, kasihtau, dong !” Seru Lisa menambahkan.

            Mereka bertiga tampak menunggu jawaban Saika dengan antusias. Tak lama, Saika menjawab,”Hmmm...Itu karena gua belajar hahaha...”. Saika tertawa sendiri sedangkan ketiga temannya tampak tidak puas dengan jawaban Saika itu.

            “Udah ! Lupain dulu tentang belajar ! Masih baru awal blok juga ! Mendingan belajarin novelnya Sir Edward aja ! Iya, kan ?” Saran Anna pada mereka.

            “Betul banget !”Ucap Saika, Milla, dan Lisa serentak.

            Mereka lalu mengobrol tentang Sir Edward dan novelnya itu sedangkan Antoni dan Deni tampak mendengarkan obrolan mereka dari jauh. Jarak mereka dengan geng si Saika itu hanya 2 baris jadi obrolan mereka masih terdengar samar-samar gitu di kuping Antoni dan Deni.

            “Ton, mereka lagi ngomongin lu, tuh !” Bisik Deni di telinga Antoni.

            “Diam kau ! Entar ada yang denger !” Seru Antoni menyuruh sahabatnya itu agar tutup mulut. Ya, sebenernya Antoni ialah Sir Edward yang novelnya telah banyak mengambil hati para gadis sejak beberapa bulan ini. Namun, ia merahasiakan jati dirinya sehingga hanya nama penanya yaitu Sir Edward yang terkenal di kalangan gadis. Ia memiliki banyak sekali alasan untuk merahasiakan jati dirinya. Salah satunya dan yang terpenting yaitu privasi. Antoni hanya memberitahu sahabatnya yang terdekat yaitu Deni bahwa ia adalah Sir Edward dengan alasan agar ia bisa curhat soal masalah kepenulisan dibandingkan dipendam sendiri.

            “Enak, ya jadi penulis terkenal ! Cewek kayak Saikapun bisa ngomongin lu !”

            “Ya, mereka membicarakan Sir Edward. Bukan Antoni Tetsuya, kok ! Itu sama saja mereka ngomongin orang lain, kan ?” Tanya Antoni padanya.

            “Yaaa...Gak bisa dibilang gitu juga, sih,” Bantah Deni pelan. Ia lalu terdiam sejenak terlebih dahulu hingga beberapa lama kemudian, ia bertanya lagi pada Antoni,”Jadi gimana menurutlu si Saika itu ?”.

            “Apanya gimana ?”

            “Cantik, gak ? Cocok jadi pacar atau mungkin gebetan gitu ?”

            “Buatlu ? Jangan harap, deh ! Muka habis ketabrak kuda lumping gitu mau mimpi jadian ama cinderella.” Ucap Antoni dengan nada datarnya yang makin menyakitkan didengar Deni. Namun, mungkin Deni telah terbiasa dengan omongan runcing Antoni ini sehingga ia tak terlalu menaruhnya di hati.

            “Gaklah ! Gua kan tau diri ! Dia mah buatlu, lah ! Kalo gua mending ngincar Lisa atau Milla aja ! Mereka juga mayan cantik, kok !”

            “Oooh...Tapi, ucapanlu ada benarnya juga, sih ! Patut untuk dicoba !”

            Seketika itu, Deni langsung kaget. Ia tak menyangka kalau sahabatnya itu yang biasanya tak tertarik dalam hal berpacaran dan cewek bisa berkata seperti itu. Ia langsung berkata,”Apakah ini saatnya Antoni sang homo UDI (Universitas Dokter Indonesia) akan mengambil jalan kebenaran dari jalannya yang selama ini menyimpang ?”.

            Antoni hanya memberikan tatapan sinisnya pada si Deni dan tak mempedulikan apa kata-katanya tersebut. Ia lalu mengambil modul perkuliahannya yang berwarna merah dimana di bagian cover tersebut terlihat kalimat “Blok 10 Traktus Urogenital” dan meletakkannya di atas mejanya tanda ia sudah siap untuk mendengarkan kuliah.

            Tak lama setelah itu, dokter Marshal yang bertugas sebagai salah satu dosen mata kuliah Fisiologi memasuki kelas dan memulai pelajarannya tentang filtrasi dan reabsorbsi dari ginjal yang kerennya di kedokteran disebut dengan ren. Dokter Marshal sendiri merupakan salah satu dokter muda yang ada di UDI ini. Selain karena masih muda dan belom menikah, penampilannya yang memukau mata para mahasiswi juga merupakan salah satu sebab mengapa ia merupakan dosen paling disenangi saat ngajar. Bukan karena dia yang paling bagus ngajarnya di kampus, melainkan karena ia tampan dan mapan. Namun, manusia tidak hanya memiliki sifat positif saja. Mahasiswa juga tidak suka dengan salah satu sifatnya yakni sering memberi tugas yang aneh-aneh.

            “Nah, kalian telah mengerti tentang filtrasi (penyaringan) dan reabsorbsi (penyerapan kembali) dari ginjal bukan ? Kalo begitu, kalian cari tentang augmentasi (pengendapan) dan pembentukkan urin, ya,” Ucapnya yang disertai dengan hembusan napas tidak senang oleh banyak mahasiswa. Ia lalu melihat daftar absen kelas dan berkata kembali,”Ini kelas ada 90 orang, kan ? Dibagi 15 kelompok, deh ! Satu kelompok 6 orang, ya ! Jangan lupa gambar ginjalnya dimasukkin dan dikumpul pertemuan selanjutnya !”.

            Setelah ia mengatakan itu, ia lalu mengemas barang-barangnya dan keluar dari kelas tanda jam pelajarannya telah selesai. Pas setelah ia meninggalkan ruangan, seluruh mahasiswa langsung ricuh mencari pasangan kelompok. Antoni tampak tidak terlalu terbebani dengan masalah kelompok itu. Lain dengan Deni yang langsung menarik snell jas Antoni dan berkata,”Ton ! Kita sekelompok, ya ! 4 orang lagi siapa, nih ? Mana gua juga loners kayak lu pula !”.

            “Gua baru pernah denger, ada juga ya maling ngaku maling. Tenang aja ! Gua ranking satunya di sini ! Semua mahasiswa pasti bakal nyari gua !” Antoni berkata sambil menyombongkan dirinya. Memang benar, sih dia ranking satunya di UDI. Namun, karena sifatnya yang beginilah yang mengakibatkannya menjadi loners yang hanya punya satu temen doang.

            Deni hanya mendengarkan tanpa membalas sepatah katapun. Ia hanya menunjukkan muka tidak percayanya sambil menggaruki rambutnya dengan tangan kanannya. Setelah 30 menitan berlalu, akhirnya hampir semua mahasiswa telah mendapatkan kelompok. KECUALI MEREKA dan beberapa orang lainnya.

            “Tes tes tes...Tadi siapa yang menyombongkan dirinya, ya ! Bakal banyak orang yang nyari lu, kan ? Kok kita masih belom dapet kelompok, ya ?”  Deni menyindir Antoni.

            Antoni hanya membalas dengan tatapannya yang menunjukkan ketidakpercayaannya pada kejadian yang baru saja terjadi. Ia lalu menggerakkan kepalanya ingin meletakkannya di atas meja. Namun, gerakannya terhenti ketika Lisa, sang ketua kelas berbicara di depan kelas dengan menggunakan mike.

            “Jadi, kalian sudah dapet kelompok semua, kan ? Ada yang belom dapet kelompok, gak ?” Tanya Lisa pada teman-temannya.

            Saat itu juga, Deni langsung mengangkat tangan beserta badannya sambil berteriak,”Di sini ! Kami berdua belom dapet kelompok !”.

            Akibat teriakkannya yang cukup besar itu, Deni menjadi sorotan mata para mahasiswa di kelasnya. Antoni hanya menutup kepalanya dengan tangannya tanda ia tidak terlalu menyukai disorot seperti itu.

            “Oooh...Deni, ya kalo gak salah ! Lu nanti sekelompok ama kita aja ! Kita kekurangan dua orang juga,” Ucap Lisa pada Deni. Deni hanya membalas dengan anggukkan kepalanya tanda ia telah mengerti dan Lisa kembali berbicara,”Jadi, sudah dapet kelompok semua, ya ? Jangan lupa tugasnya dikerjain !”. Setelah itu, Lisa kembali ke tempat duduknya dan terlihat berbicara dengan teman-teman ceweknya lagi.

            “Syukur kita dapet kelompok ! Bilang apa ke gua ?” Tanya Deni pada Antoni.

            Antoni tak mempedulikan kata-kata sahabatnya tersebut dan kemudian mengambil hpnya lalu memainkan sebuah permainan di hp tersebut.

J

            Jam pulang kampus, Antoni sedang duduk di salah satu kursi perpustakaan. Ia memang biasanya menghabiskan waktunya di kampus hingga sore dengan alasan menikmati wifi serta ac yang gratis. Ia tampak sangat serius mengetik-ngetik keyboard di layar ponselnya yang sebenarnya ia sedang membuat proyek novel barunya itu. Keseriusannya terganggu ketika ia mendengar suara obrolan yang berisik dari suatu grup cewek yang duduk tak jauh darinya. Ia pun menutup ponselnya, memasukkannya ke dalam saku celana, dan menggerakkan tubuhnya ke arah grup perempuan itu.

            “Hei kalian ! Ini perpustakaan ! Bukan tempat disko ! Jangan berisik !” Ucap Antoni setengah membentak.

            Akibat ulahnya, merekapun melihat Antoni dan salah satu dari mereka yang berwajah familiar di muka Antoni berkata sambil menunjuknya,”Lu Antoni, kan ? Yang sekelompok Fisiologi ama si Deni itu ?”.

            “Ah, Lisa, ya ? Iya bener ! Gua berarti sekelompok ama lu juga,” Antoni membenarkan ucapannya dan lalu melihat ke sekeliling dimana ia menyadari bahwa yang ia bentak itu adalah gengnya si Lisa. Ia juga melihat ada Saika yang sedang duduk selisih dua bangku dari Lisa sedang mengerjakan sesuatu yang tampak tak asing baginya. Ia lalu melanjutkan perkataannya,”Eh, itu tugas Fisiologi, kan ? Yang tadi baru aja dikasih ? Emangnya lo gak sekelompok ama gua ? Kok ngerjain gak ngajak-ngajak ?” sambil menunjuk ke Saika.

            Geng Lisapun termasuk Saika melihat Antoni dengan sinis gitu. Antonipun akhirnya beradu pandang dengan Saika kembali. Saika lalu menjawab,”Iya ! Ini tugasnya ! Lu gak usah bantuin juga gak apa-apa ! Jadi penggembira aja di kelompok. Nanti, gua masukkin kok namanya.”.

            Antoni tampak tak senang dengan ucapan Saika itu. Ia lalu menjentikkan lidahnya dan setengah menggebrak meja berkata,”Lo pikir gua gak bisa bantuin lo ngerjain itu ? Gua kerjain tugas itu sendirianpun juga bisa !”.

            Mendengar perkataan Antoni, Saika lalu menyipitkan matanya tanda ia kaget dengan manusia satu ini. Menurutnya, mahasiswa yang tugasnya udah dikerjain orang lain itu harusnya senang dan berterimakasih pada orang tersebut. Tapi, sekarang malah kebalikannya. Ia lalu lanjut berkata,”Oooh...Tapi sayang ! Tugasnya baru aja selesai, nih !” sambil memberikan beberapa lembar kertas polio yang sudah ditulis tangan dengan rapih ke Antoni. Antoni hanya bisa memelototi Saika dan mengambil tugas itu dari tangannya.

            “Akan gua periksa ! Siapa tau lu asal-asalan ngerjainnya !” Antoni lalu menuju bangkunya kembali dan mulai membaca kertas itu.

            Sementara, Milla yang duduk di samping kiri Saika menyikut pinggul Saika berkata,”Tumben lu sewot gitu ! Biasanya, kan lu yang paling kalem di antara kita-kita.”.

            “Mungkin lagi bulannya ! Lu gak enak badan, ya ?” Tanya Anna pada Saika.

            “Gak, kok ! Biasa aja ! Lagian tuh cowok juga dateng-dateng marah-marah gak jelas ya gimana orang gak marah balik ?” Jawab Saika.

            30 menit kemudian, teman-teman Saika sudah pergi meninggalkannya. Milla dan Lisa harus menghadiri rapat BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sedangkan Anna harus pulang cepat karena orangtuanya yang datang dari Kalimantan ke kota Jakarta ini alias sedang berkunjung. Saika sedang duduk dengan tenang membaca novel yang dibuat oleh Sir Edward alias Antoni ketika Antoni mendatanginya dan memberikan kertas tugas tersebut padanya.

            “Gua udah periksa ! Mayan ! Kata-kata yang kurang baku udah gua ubah semua jadi baku ! Bersyukurlah karena kau sekelompok dengan penulis !” Ucap Antoni menyombongkan dirinya.

            Saika lalu menutup novel tersebut dan melihat ke arah Antoni. Ia lalu mengambil tugas tersebut dari tangan Antoni dan melihat beberapa tipeks yang sebelumnya belum ada di kertas itu saat ia berikan padanya.

            “Oooh...Oke !” Saika hanya berkata begini.

            “Cuma Oh ? Gak ada kata yang lain mau diucapkan ?” Tanya Antoni.

            “Emang lo mau gua berkata apa ?” Ucap Saika sedikit nyolot.

            “Wanita ini...Muka boleh cantik tapi sifatnya kok nyebelin bener, ya !” Gumam Antoni dalam hatinya. Ia lalu melihat ke arah tangan Saika dan mendapati bahwa novel karyanya sedang dipegang oleh Saika.

            “Itu...Novel karya Sir Edward, kan ? Lu suka baca itu ?” Tanya Antoni dengan nada monotonnya sambil menunjuk novel yang sedang dipegang oleh Saika tersebut.

            Saika terlihat kaget dengan pertanyaan si Antoni. Ia lalu mengangkat novel itu dan berkata,”Oh ! Lu sadar juga kalau ada masterpiece yang gua pegang ! Lu udah baca novel ini ?”.

            Antoni hanya mengangguk saja karena ia juga dari dasarnya malas berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Saika lalu kembali berkata,”Oh ! Bagus juga berarti seleralu ! Novel karya Sir Edward ini bagus banget dan ceritanya tuh seru ! Lain dari yang lain pokoknya !”.

            Antoni hanya mendengarkan saja tanpa komentar. Ia lalu mengambil tempat duduk di depan Saika dan mendengarkan Saika bercerita tentang keagungan dan kehebatan dari novel Sir Edward yang sebenarnya karyanya juga. Saika masih bercerita dengan antusiasnya sedangkan Antoni mulai mengeluarkan ponselnya dan membuka Wattpad untuk melanjutkan proyek novel barunya tanpa mendengarkan ucapan Saika.

            “Woi ! Lo kacangin gua, ye !” Saika sedikit berteriak ketika ia menyadari kalau dirinya memang sedang dikacangin oleh Antoni.

            Antoni masih tidak mempedulikan teriakkan Saika tersebut dan masih fokus pada layar ponselnya. Saika lalu melihat apa yang sedang Antoni lakukan dan berkata lagi,”Itu Wattpad ? Lo penulis juga ?”.

            Mendengar itu, Antoni memutar lehernya sedikit agar matanya dapat melihat Saika dan berkata,”Tadi bukannya gua udah bilang kalo gua itu penulis ? Apa lu budek ato punya amnesia sehingga gitu aja bisa lupa ?”.

            “Oooh...Ya bilanglah ! Gak usah marah-marah gitu kali !”

            “Siapa yang marah ? Lu aja yang ngerasa ! Daritadi lu juga marah-marah ! Lagi bulannya, ya ?” Balas Antoni.

            “Gua gak lagi datang bulan ! Masih lama juga ! Eh...Kenapa gua malah bilang itu ke lu !” Ucap Saika keceplosan.

            Antoni hanya diam saja mendengar hal yang memalukan yang baru saja Saika bocorkan. Ia hanya memberikan Saika sebuah sipitan mata yang sudah terungkap maksudnya.

            “Udah diam kau ! Gua lagi memikirkan suatu cerita. Daripada cerita tentang lu dateng bulan gua adaptasikan ke novel mending lu diem sekarang !” Suruh Antoni pada Saika yang berhasil membuatnya diam beberapa saat.

            “Hah...Paling juga novel gagal yang lu buat ! Sebagus apapun novel yang lu buat, tak akan bisa lu bersaing dengan novel Sir Edward yang masterpiece ini !” Sambil mengangkat novel itu.

            “Hooo...” Antoni hanya menjawab demikian. Namun, banyak sekali perkataan-perkataan mengancam yang sudah ia katakan di pikiran dan hatinya. “Kurang asem, nih cewek ! Fans gua, sih ! Tapi, kelakuannya kayak gini ! Mending gua gak usah punya fans sekalian ! Awas ya ! Gua kerjain juga lu !”.

            "Kalo gitu, bantuin gua bikin novel yang bagus !" Pinta Antoni pada Saika.

"Hah ? Jangan pernah berharap !" Balas Saika dengan sinisnya.

"Sayang ! Padahal gua kenal ama Sir Edward, loh ! Kalo lu bantu gua, mungkin gua bisa kenalkan lu dengan Sir Edward !" Kata Antoni dengan cepat.

"Jangan boh..." Ucapan Saika terhenti seketika ketika melihat benda yang sekarang dipegang oleh Antoni. Ia lalu meneruskan kalimatnya dengan masih tak percaya,"Ba...Bagaimana kau bisa memiliki tanda tangan Sir Edward di buku kuliah ?".

"Ooh...Gua gak bilang, kah ? Kalo Sir Edward itu teman baik gua ? Jadi, lu mau bantu gua, kah ?" Tanya Antoni pada Saika sekali lagi.

"DENGAN SENANG HATI !" Balas Saika dengan cepat setengah berteriak.

"Oke !" Balas Antoni.

"Jadi, apa yang gua harus lakukan ?" Tanya Saika.

"Mudah ! Jadilah pacar gua !" Ucap Antoni monoton.

"APAAA ?!?" Teriak Saika sekaget-kagetnya.           

How do you feel about this chapter?

0 6 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • yurriansan

    Tetsuya? Jadi inget tatsuya fujiwara. Nice story, pmilihan katanya jga menarik. Kunjungi jga storyku ya..

    Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal
  • playmaker

    mantap

    Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal
  • BudiawanSastro

    mending gua jadi saika aja dah biar ditembak di depan rektor hahaha... gak dikeluarin dari kampus udah bagus itu

    Comment on chapter Side : Anniversary
  • agusharyanto

    Anniversary yang bagus ya di igd hahaha

    Comment on chapter Side : Anniversary
  • Herman

    Mantap ceritanya !! Terus maju, kak !

    Comment on chapter Side : Anniversary
  • Drago

    Ceritanya bagus. Suka banget ama Antoni yang perjuangin cintanya dari SMA itu walaupun akhirnya seperti itu. Tapi tetap aku suka banget ama karakter Deni. Memang contoh sahabat yang baik :)

    Comment on chapter Side : Anniversary
Similar Tags
Letter From Who?
484      335     1     
Short Story
Semua ini berawal dari gadis bernama Aria yang mendapat surat dari orang yang tidak ia ketahui. Semua ini juga menjawab pertanyaan yang selama ini Aria tanyakan.
IZIN
3171      1163     1     
Romance
Takdir, adalah sesuatu yang tidak dapat ditentukan atau disalahkan oleh manusia. Saat semua telah saling menemukan dan mencoba bertahan justru runtuh oleh kenyataan. Apakah sebuah perizinan dapat menguatkan mereka? atau justru hanya sebagai alasan untuk dapat saling merelakan?
SHEINA
353      250     1     
Fantasy
Nothing is Impossimble
Singlelillah
1326      637     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Sendiri
457      303     1     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Dendam
855      557     2     
Mystery
Rian Putra Dinata, seorang pelajar SMU Tunas Muda, memiliki sahabat bernama Sandara. Mereka berdua duduk di bangku yang sama, kelas XI.A. Sandara seorang gadis ceria dan riang, namun berubah menjadi tertutup sejak perceraian kedua orang tuanya. Meskipun Sandara banyak berubah, Rian tetap setia menemani sahabatnya sejak kecil. Mereka berjanji akan terus menjaga persahabatan hingga maut memisahk...
Happiness Is Real
307      260     0     
Short Story
Kumpulan cerita, yang akan memberitahu kalian bahwa kebahagiaan itu nyata.
Lentera
886      608     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...
AraBella [COMPLETED]
36890      3652     13     
Mystery
Mengapa hidupku seperti ini, dibenci oleh orang terdekatku sendiri? Ara, seorang gadis berusia 14 tahun yang mengalami kelas akselerasi sebanyak dua kali oleh kedua orangtuanya dan adik kembarnya sendiri, Bella. Entah apa sebabnya, dia tidak tahu. Rasa penasaran selalu mnghampirinya. Suatu hari, saat dia sedang dihukum membersihkan gudang, dia menemukan sebuah hal mengejutkan. Dia dan sahabat...
Tenggelam dalam Aroma Senja
327      233     0     
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.