Read More >>"> May be Later (Bingkai 18 : Tengkar) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - May be Later
MENU
About Us  

Gify memerhatikan keramaian jalanan ibu kota sore hari yang di payungi awan mendung dari dalam mobil yang menawarkan jasa antar via online. Kebiasaanya kini adalah bangun pagi sekali lalu pergi dari rumah dengan alasan mencari lowongan pekerjaan padahal menghindari keadaan rumahnya yang tak sedamai dulu.

Oma belum pulang juga, masih dirumah dan merecoki rumah tangga anaknya, papa dan mamanya jadi sering bertengkar. Belakangan ini hidupnya memang tak tenang, banyak yang membebani pikirannya. Kalau soal Rion Gify sudah terlalu lelah berharap, sudah seminggu sejak hari wisudanya, hari di mana Rion berjanji akan datang dan sampai sekarang Rion tidak menghubunginya lagi setelah kiriman pesan minta maaf, sekarang terserah Rion, kadang Gify bertanya-tanya apa kni hatinya sudah lelah?

Pelantaran parkir kampusnya tampak masih sepi mungkin karena sebenarnya masih masa liburan semester. Tujuan ia datang ke sini pun karena mengurus beberapa berkas yang tersisa. Dan untung saja semua urusannya tak begitu berbelit, hanya butuh menyerahkan beberapa fotokopi dokumen.

“Dari mana Fy?” Gify menoleh kaget pada Abriel yang tiba-tiba menepuk pundaknya, lelaki  berusia lebih dari seperempat abad itu akhirnya jadi mengobrol dengan Gify panjang lebar. Pertemuan mereka di desa jadi bahan obrolan seru, mereka jadi mirip seperti dua orang yang satu kampung halaman yang bertemu lagi dari pada seorang dosen dan mahasiswa. Tanpa terasa tetesan air mulai turun dari langit, dalam sekejap mata hujan turun dengan sangat deras.

“Kamu pulang naik apa?” Gify hanya meringis sambil memandang tetesan air yang turunnnya keroyokan, Abriel terkekeh kecil, ia menduga gadis ini juga pasti bingung mau pulang naik apa. Suasana hujan ditambah jam-jam macet kadang membuat para pengemudi kendaraan online urung mengambil pesanan.

“Tunggu di sini ya,” belum sempat Gify menjawab Abriel sudah berlari menuju mobil Honda merahnya yang di parkir di deretan parkir khusus dosen.

***

 “Rion minum dulu ini teh nya, dingin banget ini baru habis hujan,” Rion tersenyum sopan saat Mama Gify menyuguhkannya secangkir teh hangat. Sudah sejak pukul lima sore ia sudah sampai di kediaman Gify, namun yang dicari malah tidak ada di rumah sedang ke kampus mengurus berkas-berkas. Kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan dan Gify belum sampai juga ke rumah. Rion khawatir, kalau urusan kampus tidak mungkin selama ini kan, lagi pula ini sudah malam sudah tentu pegawai sudah pulang semua, lalu kemana Gify pergi? Ponselnya juga tidak aktif, apa Gify marah padanya?

Rion juga sudah berkali-kali meminta maaf dengan Mama Gify, Papa Gify dan Oma Gify yang ternyata sedang berkunjung karena kemarin tak datang di hari wisuda Gify. Tapi yang Rion rasa ada atmosfer berbeda di rumah ini seperti ada ketegangan yang tersebunyi. Papa Gify biasanya memang tampak teas dan berwibawa dihadapannya tapi kali ini yang Rion rasakan lain, Papa Gify seperti dingin perangainya, kalau Oma Gify memang sejak awal Rion rasa Oma Gify kurang suka dengannya, Rion ingat pertama kali Gify mengenalkannya pada Oma Gify tiga tahun lalu, Rion kena cuekin habis-habisan.

Untunglah saat ini Mama Gify tak berubah sikap kepadanya, masih bersikap seperti biasa.

“Kok Gify belum pulang ya Ma?”

“Iya juga ya, udah jam segini belum pulang juga, kamu masih mau nungguin? Nanti biar Mama bilangin ke Gify kau ke sini.”

“Biar Rion tungguin Ma,” Mama Gify hanya mengangguk membiarkan, kasihan juga sebenarnya, pemuda itu tadi cerita kalau ia sebenarnya baru pulang kerja dari Bali langsung ke sini untuk sekadar meminta maaf secara langsung pada Gify, tapi Gifynya malah tidak ada di rumah, pemuda itu pasti lelah menunggu, mana di luar cuaca dingin habis hujan.

***

“Sorry ya Fy, tiap aku antar pulang kemaleman terus,” ucap Abriel sesaat setelah membukakan pintu mobil untuk Gify.

“Ga papa kak, tadi macetnya parah banget ya Kak, mana jalannya di puter kemana-mana samapi masuk tol gara-gara penutupan jalan,” Gify berujar kesal mengingat kejadian sore tadi di perjalanan pulang.

“Itu siapa Fy, kaya pernah lihat deh,”Abriel memicingkan matanya melihat sosok pemuda yang berdiri di teras rumah Gify, ia merasa seperti sudah familiar dengan wajah pemuda itu, sepupu Gify kah?

Gify terpaku saat mengikuti arah pandangan Abriel, pemuda itu sudah kembali rupanya dengan kaku ia menyuruh Abriel untuk segera pulang dengan gaya halus tentunya, tidak mau tekesan mengusir, walau pada niat dasarnya memang mengusir. Setelah melihat mobil Honda merah milik Abriel keluar dari pekarangan rumahnya ia menghela napas berat, mempersiapkan diri menghadapi salah satu masalahnya.

“Dari mana Fy?” tanya Rion saat Gify sudah berada dihadapannya, nada pemuda itu tak selembut biasanya ada sesuatu yang terpendam. Sedang Gify hanya menjawab singkat dan pendek terkesah ogah-ogahan.

“Begitu cara kamu menjawab saat sedang ditanya?”

“Itu juga pertanyaan pertama yang diajuin orang yang udah mengingkari janjinya dan udah ga ada kabar ntah sejak kapan,” Rion tersentak mendengar nada tinggi Gify, ia sadar ia tersulut emosi. Emosi Rion sedikit tersulut karena keadaan saat ini sebenarnya tidak tepat, tubuhnya sangat lelah, cuaca sangat dingin, ia sudah menunggu Gify berjam-jam, dan ia baru saja melihat Gify pulang malam dengan lelaki lain.

“Fy aku minta maaf,” Gify hanya memandang datar tangannya yang digenggam Rion, sudah ia bilang hatinya sangat lelah.

“Aku tahu kesalahan aku besar banget, tapi aku bakal jelasin semuanya sama kamu-“

“Sekarang aku capek banget, mending kamu pulang dulu aja, aku rasa kamu juga pasti capek,” Gify melirik tiga cangkir teh di meja terasnya. Memang benar masalah jangan dibiakan berlarut, tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk membahas masalah, sudah malam dan mereka sedang sangat lelah. Gify tidak mau berteriak marah pada Rion seperti keinginan hatinya, ia tidak tega melihat wajah lelah yang terpatri dihadapannya, jadi ia lebih memilih menyuruh pemuda itu pulang walau sebenarnya ia tak bohong kalau bicara soal rindu. Lagi pula Oma dan Papanya pasti sudah rewel di dalam rumah menyadari keberadaan pemuda yang berusaha dilengserkan sebagai pasangannya.

Rion menghembus napas berat, ia paham sekarang memang bukan saat yang tepat untuk bicara. Gadis dihadapannya juga tampak lelah. Dengan berat hati ia mengusap puncak kepala Gify lembut, lalu pamit pulang. Ia hanya berharap besok akan jadi lebih baik.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • camarseptakum

    @aryalfaro terima kasih sudah mampir

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
  • aryalfaro

    Chapter 1 saya sudah menyenangkan ceritanya ^^ Saya akan membaca chapter selanjutnya ^^

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
Similar Tags
Werewolf Game
412      294     2     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
Meet Mettasha
215      172     1     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
My Soulmate Is My Idol
2032      793     0     
Romance
Adeeva Afshen Myesha gadis cantik yang tak pernah mengenal cinta sampai dia menyukai salah satu penyanyi bernama Gafa Aileen, sebenarnya sebelum Gafa menjadi penyanyi terkenal Adeeva sudah menyukainya. "Gafa itu punya suara yang lembut, dia pembawa warna baru di hidup gue. Meskipun sekarang gue tau Gafa ga suka Gue tapi Gue yakin bakal bisa bikin Gafa jatuh cinta sama gue" ~Adeeva Af...
Delilah
7800      1673     4     
Romance
Delilah Sharma Zabine, gadis cantik berkerudung yang begitu menyukai bermain alat musik gitar dan memiliki suara yang indah nan merdu. Delilah memiliki teman sehidup tak semati Fabian Putra Geovan, laki-laki berkulit hitam manis yang humoris dan begitu menyayangi Delilah layaknya Kakak dan Adik kecilnya. Delilah mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan pada akhirnya membuat Ia trauma akan ses...
between us
260      173     1     
Romance
gimana rasanya kalau di antara kita ada beribu masalah... apakah aku sanggup
Irresistible
541      390     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...
Ignis Fatuus
1566      576     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
Abay Dirgantara
5285      1222     1     
Romance
Sebenarnya ini sama sekali bukan kehidupan yang Abay inginkan. Tapi, sepertinya memang semesta sudah menggariskan seperti ini. Mau bagaimana lagi? Bukankah laki-laki sejati harus mau menjalani kehidupan yang sudah ditentukan? Bukannya malah lari kan? Kalau Abay benar, berarti Abay laki-laki sejati.
Midnight Sky
1292      614     2     
Mystery
Semuanya berubah semenjak kelompok itu muncul. Midnight Sky, sebenarnya siapa dirimu?
Ellipsis
1823      759     4     
Romance
Katanya masa-masa indah sekolah ada ketika kita SMA. Tidak berlaku bagi Ara, gadis itu hanya ingin menjalani kehidupan SMAnya dengan biasa-biasa saja. Belajar hingga masuk PTN. Tetapi kemudian dia mulai terusik dengan perlakuan ketus yang terkesan jahat dari Daniel teman satu kelasnya. Mereka tidak pernah terlibat dalam satu masalah, namun pria itu seolah-olah ingin melenyapkan Ara dari pandangan...