Loading...
Logo TinLit
Read Story - May be Later
MENU
About Us  

Pagi-pagi sekali Rion telah turun dari hotel menenteng kamera yang dipinjamnya dari salah satu crew, kali ini ia hanya sendiri, pemuda itu ingin menikmati satu hari free-nya untuk hunting foto, kali ini diniatkannya hasil bidikan perdananya setelah lama cuti dengan kamera SLR sebagai oleh-oleh dan membayar setengah janjinya pada Gify, karena janji sesungguhnya ia akan mengajak Gify berlibur dan hunting foto bersamanya.

Pertama-tama ia pergi ke The Grand Palace, bangunan tua yang kaya akan peninggalan sejarah ini sangat menarik untuk dijadikan objek foto. Saat sedang memfoto salah satu bagian bangunan  The Grand Palace, Rion melihat sepasang kekasih yang kelihatannya pelancong sama sepertinya, pasangan itu sepertinya berasal dari eropa tampak dari kulit mereka yang putih dan mata mereka yang bewarna biru, melihat mereka membuat Rion jadi merindukan Gify.

Selanjutnya ia mengunjungi Wat Arun yang tak jauh dari The Grand Palace, tempat ini juga sarat akan arsitektur kuno, berdasarkan informasi yang didapatnya dari wisatawan lain ternyata Wat Arun akan semakinindah di malam hari, Rion pun meniatkan diri untuk menyempatkan diri melihat Wat Arun malam nanti. Pokoknya seharian ini ia harus benar-benar memanfaatkan waktunya untuk mengeksplorasi Thailand karena besok pagi ia sudah akan kembali ke Jakarta.

Setalah solat zuhur dan makan siang Rion melanjutkan kegiatannya berburu belanja murah di Chatuchak Weekend Market. Ia mencari berbagai souvenir untuk keluarga dan teman-temannya di Jakarta, walau hanya seorang diri namun Rion tamoak lincah dan bersemangat menikmati harinya, sudah lama sekali ia tak sebebas sekarang, karena biasanya saat di Indonesia satu menit saja di ruang public ia pasti sudah dikerubungi fans, ia merindukan waktu khusunya untuk dirinya sendiri.

Setelah puas berbelanja dan mencoba berbagai macam kuliner, tak terasa hari mulai malam, seperti niatnya, ia pun mencoba mampir ke Wan Arut sebelum kembali ke penginapan. Dan ternyata memang benar, tempat itu semakin indah di malam hari, ia sudah berencana akhir tahun ini ia akan mengajak Gify liburan ke sini dan mengunjungi banyak lagi destinasi wisata Thailand yang belum sempat disambanginya hari ini seperti Pattaya, Chiang Mai, Sung Nong Nooch dan banyak lagi.

 ***

 “Lo ga bawa gajah putih bro?” pertanyaan konyol Farhan sambil menimang-nimang oleh-oleh dari Rion mendapat delikan malas dariyang ditanya, unfaedah melayani playboy somplak ini piker Rion karena ia juga masih lelah sebenarnya setelah mendarat dari Thailand Rion kembali ke rumahnya dan langsung pergi ke studio Davin untuk bertemu dengan kedua sahabatnya.

“Masih untung lo ga dibawain lady boy sama Rion,kalo iya nyaho lo,” semprot Davine yang baru masuk ke ruang kerjanya, sambil menenteng kamera yang baru dipakainya bekerja.

“Kan katanya Thailand itu negeri gajah putih, jadi gue mau buktinya aja gitu,”  sahut Farhan sambil menaik turunkan alis tebalnya, khasnya kalu sedang kumat somplaknya.

“Dari dulu jadi biang onar SMA sampai sekarang udah jadi pegawai bank otak lo masih pentium 4 aja Han,” Rion tertawa renyah diujung kalimatnya.

“Wah wah wah kebangetan si Rion Vin, perlu di pelonco ulang nih, orang yang lo sebut punya otak  pentium 4 ini ni yang jadi penasihat kelanggengan hubungan lo sama Gify,” Ujar Farhan dengan penuh semangat sambil menepuk dadanya bangga, menurutnya karna dirinya lah yang mendukung hubungan sahabatnya itu bahkan ia pula yang mendorong Rion untuk menembak Gify waktu itu, walau skenario penembakannya asli karya Rion, karena percayalah ide Farhan jauh lebih parah dan memalukan.

“Halah ide lo kaga mempan untuk cewek kaya Gify, dia punya standar romantis yang beda,”

By the way Gify ga tahu lo pulang hari ini?” Rion hanya menggeleng menjawab pertanyaan Davin.

“Rencana lo ngasi apa buat hari jadi lo yang ke enam?” Seketika Rion yang berbaring di salah satu sofa di ruang kerja Davin, kini ia terduduk memegangi kepalanya untuk mengingat apa ada yang ia lewatkan.

“Nah lihat wajah pucet lo gue tebak, lo lupa kan sama hari jadian lo sama Gify yang ke enam dua minggu lalu?”

“Kok lo hapal banget Han? Curiga gue, penikung detected,” Davin menatap seolah-olah curiga pada Farhan, padahal tidak sama sekali.

“Eh enak aja lo Vin, kaga ya Ri, gue paling anti makan temen, gue ingat jelas karena waktu si Rio jadian kan tepat banget pertama kalinya gue yang diselingkuhin, mending sekarang lo cari cara untuk jinakin Gify,” Farhan menjelaskan dengan panik, enak aja disangkain penikung, dia memang brengsek sama wanita tapi lain cerita kalau sama sahabat sendiri.

“Ah iya benar dua minggu lalu adalah hari jadiannya dengan Gify, bagaimana bisa gue lupa bahkan gue nelpon Gify malam itu.”

“Masih bilang gue otak pentium 4? Kalo ga gue kasih tahu mungkin sampai hari jadian lo yang ke tujuh lo masih belum sadar,” Rion hanya mengerang frustasi dia saat ini butuh solusi bukan invasi seperti ini. Davin hanya menggeleng gemas, menurutnya Rion memang kelewatan bukan hanya saat ini tapi sebenarnya selama ini pemuda itu kelewat sibuk  dengan karirnya sampai lupa dengan kehidupan aslinya, keluarganya, orang-orang terdekatnya dan sekarang malah lupa hari bersejarahnya dengan Gify sampai telat dua minggu.

 “Gue yakin Gify bakal marah sih,” sahut Davin prihatin.

“Pastilah,” sahut Farhan mantap sedang Rion hanya menatap mereka frustasi.

***

Rion masih belum juga keluar dari mobilnya, ia masih betah duduk di kursi kemudi mobilnya. Bahkan ponsel yang sedari tadi asik dimainkannya tak ia gunakan untuk menghubungi gadis yang sedang ditunggunya di halaman parkir kampus Fakultas Ilmu Komunikasi.

Ia tak berani untuk menghubungi Gify, lebih tepatnya ia merasa sangat malu, bisa-bisanya ia lupa. Sungguh dia tak berniat melupakan tapi benar-benar lupa. Belakangan ini kerjaannya semakin padat semuanya menguras tenaga dan kosentrasinya. Saat melihat Gify yang tampak keluar terburu-buru sambil memeluk tumpukan makalah yang entah apa isinya. Tapi melihat Gify yang telah berdiri di depan mobil pink yang ia kenali milik Revia sahabat dari Gify, ia memang mengenali Gify saat dulu awal menjadi mahasiswa baru. Dengan segera ia menghidupkan mesin mobilnya dan menghampiri kekasihnya yang sepertinya sedang menunggu Revia, mungkin mereka akan pulang bersama.

***

Gify mengernyit bingung saat sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya, ada urusan apa orang ini, mencari parkiran? Namun sesaat ia sadar siapa pemilik mobil mewah ini. Moodnya yang sedikit buruk karena PR revisi skripsinya yang menumpuk semakin bertambah saat tahu siapa yang menemuinya saat ini. Gify melengos dan berpura-pura tak tahu. Sehingga membuat di pengendara akhirnya keluar karena merasa diabaikan.

“Fy pulang bareng aku ya,” Rion menawari Gify lengkap dengan wajah lelahnya, kalau diingat lagi benar saja pemuda itu belum ada beristirahat, karena sehabis dari studio foto Davin ia langsung menjemput Gify.

“Aku pulang sama Revia,” Rion hanya meneguk ludahnya melihat wajah Fify yang tampak tidak seceria biasanya, sepertinya gadis ini sedang dalam mode kesal. sedang Gify sudah mulai risih keadaan parkiran kapus memang sedang sepi, namun siapa yang tahu kalau ada yang melihat Rion tanpa penyamaran sedang bersama dengannya.

“Ck  ya udah deh yuk nanti ada yang liat kamu,” Rion tersenyum tipis melihat Gify yang terburu-buru masuk ke kursi penumpang. Dengan segera Rion menyusul Gify dan mulai menjalankan mobilnya.

Suasana mobil itu hening, Gify sibuk dengan ponselnya untuk mengabari Revia bahwa ia pulang dengan kekasihnya, sedang Rion sibuk berpikir ia bingung mau memulai obrolan dari mana. Ia jadi menyesal tadi tidak meminta saran dulu dari Farhan atau Davin untuk mengatasi situasi seperti ini, walau bagaimana mereka tak lebih dari playboy aneh dan si kaku tapi setidaknya mereka akan memberi ide apa yang harus dilakukan tidak sepertinya yang kini tidak punya ide sama sekali.

“Kenapa ga ngasi tahu kalau udah pulang?” Rion tergagap saat Gify yang memulai obrolan.

“Mau ngasih kejutan,” jawab Rion polos.

“Mmm Fy aku minta maaf,” Gify menoleh menatap Rion dengan raut bertanya.

“Maaf aku lupa sama hari jadi kita, padahal aku malam itu nelpon kamu, curhat sama kamu, maafin aku yang egois ini ya,” Gify masih memandang Rion sedang Rion tetap fokus menyetir tapi Gify tahu raut wajah pemuda itu benar-benar merasa bersalah.

“Ya udah ga apa-apa, waktu itu kamu lagi sibuk dan lagi ada masalah kan?” Rion menoleh pada Gify yang sekarang menyibukkan diri dengan makalah yang tadi dibawanya, dan kini perasaannya tak enak, ia masih belum lega walau Gify sudah bilang kalau gadis itu memaafkannya.

“Kamu kayanya sibuk banget,” Rion berusaha menghilangkan sepi di dalam mobilnya sekaligus mengusir keresahan hatinya.

“Bentar lagi aku bakal siding skripsi,” jawab Gify semangat, tiap membahas skripsi memang membuat kepalanya pusing karena banyaknya revisi tapi di sisi ain ia sanagat bahagia mengingat usahanya selama bertahun-tahun akan membuah hasil berupa gelar, sebentar lagi ia akan menjadi professional yang akan mengabdi pada masyarakat.

“Wah beneran?” tanya Rion tak kalah semangat juga.

 “Ga terasa ya kamu udah mau selesai aja, aku malah ga jelas,” Gify jadi teringat Rion memang masih berstatus cuti kuliah, ntahlah Rion tak pernah cerita apa akan melanjutkannya atau memilih berhenti, pemuda itu memang sedang fokus dengan karirnya.

“Yang terpenting dari seorang manusia itu adalah apakah ia memberi manfaat bagi sekitarnya atau tidak, gak peduli dia memiliki gelar atau tidak, gak peduli tinggi atau tidak pendidikannya, kamu bernyanyi dan menghibur orang-orang, gak peduli bagaimana kondisi kau saat itu, aku tahu menjadi kamu itu bukan hal mudah,” Rion tersenyum tipis, Gifynya memang tidak berubah selalu berpikiran luas dan rendah hati.

“Ngomong-mgomong kau nyampe Jakarta kapan?”

“Tadi pagi, terus balik ke rumah naruh koper, terus ke dtudionya Farhan, terus jemput kamu” jawab Rion sambil menegak sebotol minuman mineral, ia sedang terjebak macet lampu merah saat ini.

“Jadi kamu belum istirahat sama sekali dong?” Gify baru sadar wajah Rion tidak baik-baik saja tampak kuyu dan pucat belum lagi kantung matanya, Rion pasti sangat lelah sekarang.

“Ya udah sekarang langsung balik ke rumah kamu aja,”

“Kamu gimana?”

“Aku bisa main sama Mbak Dii, dan kamu harus istirahat,” Rion tersenyum tipis, Gify kekasihnya yang perhatian dan mengerti dirinya, dan sekarang perasaannya sedikit lega.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • camarseptakum

    @aryalfaro terima kasih sudah mampir

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
  • aryalfaro

    Chapter 1 saya sudah menyenangkan ceritanya ^^ Saya akan membaca chapter selanjutnya ^^

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
Similar Tags
Antara Jarak Dan Waktu
14903      2437     3     
Romance
Meski antara jarak dan waktu yang telah memisahkan kita namun hati ini selalu menyatu.Kekuatan cinta mampu mengalahkan segalanya.Miyomi bersyukur selamat dari maut atas pembunuhan sang mantan yang gila.Meskipun Zea dan Miyomi 8 tahun menghilang terpisah namun kekuatan cinta sejati yang akan mempertemukan dan mempersatukan mereka kembali.Antara Jarak Dan Waktu biarkan bicara dalam bisu.
Pensil Kayu
390      261     1     
Romance
Kata orang cinta adalah perjuangan, sama seperti Fito yang diharuskan untuk menjadi penulis buku best seller. Fito tidak memiliki bakat atau pun kemampuan dalam menulis cerita, ia harus berhadapan dengan rival rivalnya yang telah mempublikasikan puluhan buku best seller mereka, belum lagi dengan editornya. Ia hanya bisa berpegang teguh dengan teori pensil kayu nya, terkadang Fito harus me...
Ketika Sang Mentari Terbenam di Penghujung Samudera
185      159     2     
Short Story
Tentang hubungan seorang ayah dan putranya yang telah lama terpisah jauh
Warna Rasa
12644      2204     0     
Romance
Novel remaja
Last Voice
1071      604     1     
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat. Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...
Kisah yang Kita Tahu
5738      1727     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...
Communicare
12334      1746     6     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...
When the Winter Comes
59951      8159     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Pangeran Benawa
38013      6311     6     
Fan Fiction
Kisah fiksi Pangeran Benawa bermula dari usaha Raden Trenggana dalam menaklukkan bekas bawahan Majapahit ,dari Tuban hingga Blambangan, dan berhadapan dengan Pangeran Parikesit dan Raden Gagak Panji beserta keluarganya. Sementara itu, para bangsawan Demak dan Jipang saling mendahului dalam klaim sebagai ahli waris tahta yang ditinggalkan Raden Yunus. Pangeran Benawa memasuki hingar bingar d...
Cadence's Arcana
6242      1622     3     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...