Pagi sekali Gify sudah memulai aktivitasnya, ya hari ini baksos itu diadakan. Pagi-pagi juga teman-temannya sudah stand by menyiapkan segala hal. Semua sibuk mengerjakan tugasnya namun tidak lupa untuk membantu satu sama lain. Lumayanlah kesibukannya saat ini dapat melupakan sejenak pikirannya tentang Rion. Sebenarnya ia sangat menunggu-nunggu pesan dari Rion, sekadar mengucapkan selamat hari jadi mereka yang ke enam, ya hari ini hari jadian mereka, yang sepertinya akan sama dengan tahun lalu, dan tahun lalunya lagi, tanpa kehadiran orang itu, dan akan dirayakan telat waktu. Mungkin pemuda itu sedang sangat sibuk sekarang seperti biasanya, kadang dia suka bertanya-tanya apa dia yang terlalu posesif karena terus memikirkan kekasihnya, tapi kata Revia wajar saja kalau kita memikirkan pacar kita sedang apa, apalagi si pacar ga menghubungi kita sama sekali dalam kurun waktu yang lama.
“Nis ninisss,” perhatian Gify jadi teralih dengan nada syahdu Raden teman satu angkatannya yang kini sedang tersenyum tebar pesona pada si anak lurah yang sedang membantu-bantu acara baksos hari ini.
“Aduh Mas kok manggil Ninis mulu si, nama aku kan Lira,” sahut gadis itu sedikit kesal dengan pemuda tampan yang sedari tadi memanggil namanya salah.
“Aku ga salah manggil nama kamu kok, kamu kan memang manis,” gadis itu langsung berubah tersenyum malu-malu mendengar pujian Raden apalagi dengan suguhan senyuman manis pemuda tampan itu.
Gify hanya tersenyum tipis melihatnya lalu menoleh ke sampingnya dan melihat Revia yang hanya mendengus dan mencibir kelakuan teman seangkatannya itu ‘memang kucing di panggil manis’, menurutnya pemuda itu sangat memalukan, di sini kan mereka sedang mengadakan acara bakti sosial bukannya bantu-bantu malah godain anak orang, anak lurah lagi mentang-mentang divisi dokumentasi yang kerjanya foto-foto doang. Padahal sejak tadi pagi Raden juga sudah sibuk, mendirikan tenda, mengangkut barang-barang, pokoknya melakukan hal-hal yang di luar tugasnya, jadi sebenarnya wajar saja kalau sekarang pemuda itu sedikit beristirahat.
“Oh ya Ra kamu punya balon udara ga?”
“Balon udara? Untuk apa mas Raden? Lelaki itu menggeleng gemas.
“Ada gak?”
“Ga ada Mas, adanya juga balon biasa untuk bocah tuh,”
“Kalo balon udara ga punya, ID line punya dong?” tanya lelaki itu lengkap dengan senyum dan tatapan tebar pesonanya, sontak Gify dan beberapa temannya yang berada di sana terbahak dengan gombalan receh ala Raden sedang si Lira dengan muka memerah langsung kabur entah kemana, pemuda itu memang terkenal tukang rayu yang recehnya minta ampun, tapi tetep aja jomblo alasannya sih klise, gue memang pencinta wanita tapi gue bukan kucing garong, gue punya standar kali buat cewek yang dijadiin pacar.
“Eh Raden, kalo lo ga ada kerjaan mending bantu kita nih, bungkusin cenderamata buat warga daripada lo receh ga jelas, jangan malu-maluin organisasi kita dong, mana yang lo godain anak lurah lagi, ntar kalo dia ngadu, kita ditegur gimana? Lagian lo tu ya belum aja dapat karma,” omel Revia panjang lebar mengundang senyum geli pemuda yang masih tampak santai mendengar ‘lagunya’ Revia, sudah hal biasa baginya mendengar omelan gadis itu sejak tahun kedua perkuliahan mereka.
“Aduh bebeb Rerev jangan cemburu gitu dong, walau aku suka ngerayu berjuta cewek, tapi yang ada di hati babang cuman bebeb Rerev seorang kok,” Revia belaga muntah, jijay banget dah nih cowok.
“Jangan ngubah nama orang deh lo, kebiasaan banget si,” sinis gadis itu, sedang Gify menatap dua orang itu bergantian menunggu atraksi apa yang akan disuguhkan,apa bakal terulang aksi lempar makalah yang terjadi di semester lalu.
“Lo sensian mulu dah ama gue, padahal dulu lo kan mantan calon pacar,” sontak Revia mendelik dan memukul lengan Gify yang semakin terbahak dengan kelakuan pasangan kocak Raden dan Revia, pasangan yang sering adu mulut tapi tak pernah ada hubungan lebih dari teman sama sekali.
***
Rion sontak membuka matanya saat impuls dingin dirasakannya di pipinya. Kegiatannya yang sedang beristirahat sejenak setelah mengambil beberapa adegan terusik.
“Minum nih, buat nambah ion biar segar dan bertenaga lagi,” Naira menyeringai lucu, menyodorkan minuman, gayanya sudah seperti bintang iklan yang menawarkan produk isotonic.
“Sorry nganggu istirahat lo ya?” tanya gadis itu saat melihat kerutan di kening pemuda itu. Sontak Rion mengendurkan wajahnya menjadi ekspresi biasa.
“Thanks ya,” jawab pemuda itu lalu membuka botol minuman isotonic itu dan meminumnya beberapa teguk, memang benar kata gadis itu, minuman ini menyegarkan dan membuatnya lebih segar dan bertenaga.
“Rion Naira gue briefing adegan selanjutnya ya, lo pada dengerin dulu,” sahut salah satu crew lengkap dengan gaya songongnya, sepakat dua artis itu melalui tatapan.
***
Gify baru saja selesai mandi dengan handuk yang masih menggantung di lehernya. Acara baksos hari ini selesai tepat pukul lima sore, masyarakat begitu antusias dengan acara ini. Bahkan mereka mau ikut bantu-bantu membereskan segala hal dari acara baksos itu. Setelah berberes dilanjutkan dengan evaluasi kepanitiaan, Abriel sangat memiliki kepemimpinan yang bagus, dia tidak menjadi seorang yang menghakimi untuk mengevaluasi, tapi dia memberi kesempatan untuk tiap panitia interopeksi diri mengevaluasi diri masing-masing dan rekan kerjanya.
Sampai pukul setengah sembilan malam Gify bisa pulang dan beristirahat. Sebelum berbaring ia sempatkan mengecek notifikasi di ponselnya, mungkin ini sudah ke 125 kali ia mengecek apa ada pesan dari Rion. Bukankah ini hari yang spesial walau sudah berjalan enam tahun? Gify menghembus napas lelah berusaha berpikir positif Rion memiliki pekerjaan yang sangat menyita kesibukannya, mungkin besok Rion akan menghubunginya. Setengah berbaring Gify teringat kalau ia harus melanjutkan skripsinya, ya untuk sekadar informasi kemungkinan tahun ini Gify akan mendapat gelar sarjananya dan ia akan bebas dari statusnya sebagai mahasiswa.
Saat baru saja masuk ke pararaf ke lima Gify merasa lelah jam sudah menunjukkan pukul sebelas dengan segera ia mematikan laptop, saat sudah nyaman dengan posisi berbaringnya, ponsel milik gadis itu bergetar dan muncul wajah pemuda yang belum menghubunginya seharian ini. Gify tersenyum senang ia lupakan lelah dan keinginannya untuk istirahat walau hari ini ia kerja seharian dari pagi sampai malam belum lagi besok ada jadwal pertemuan dengan pembimbing skripsinya di pagi hari.
“Assalamualaikum,” sahut Gify dengan nada kelewat semangat.
“Waalaikum salam, kamu udah tidur ya?” Gify hanya menggeleng.
“Mmm belum,” jawab gadis itu dengan berusaha menahan senyum, sadar kalau sekarang ia hanya terhubung dengan telpon biasa bukan video call, jadi Rion tak akan tahu ia sedang menggeleng.
“Maaf ya ganggu kamu, tapi aku benar-benar resah banget sekarang, aku butuh kamu,” seketika Gify terduduk tegak, ada apa dengan Rion apa dia menghadapi masalah?
“Kamu ada masalah?”
Lalu mengalirlah cerita Rion, apa yang dialaminya siang tadi saat syuting. Ternyata pemuda itu terlibat masalah dengan salah satu crew-nya. Salah satu crew itu benar-benar kelewatan, menurut pengakuan Rion awalnya crew itu katanya hendak memberikan briefing untuk adegan selanjutnya, tapi gaya memang sudah songong sejak awal, Rion dan Naira berusaha maklum. Namun Rion sudah tidak merasa maklum saat crew itu tampak kurang ajar dengan merangkul Naira seenaknya sedang Naira tampak risih namun tak punya kekuatan melawan. Rion pun dengan dasar kemanusiaan membantu Naira lepas dari kerisihannya dengan menegur crew itu, namun ia tak terima dan mereka malah adu mulut.
“Kalian berantem? Maksud aku adu fisik gitu gak?” tanya Gify khawatir.
“Ngga kok, aku rasa dia cuman songongnya aja yang gede, nyali mah ciut,” Gify terkekeh mendengar cibiran Rion.
“Syukurlah kamu ga kenapa-napa, terus crew-nya diapain? Kalian udah damai kan?”
“Dianya masih ngotot jadi ya berdasarkan keputusan pimpinan reshuffle tim, jadi aku dan Naira dihindarin gitu jangan sampai ketemu dia,” Gify dapat mendengar nada lelah dari pemuda itu.
“Ri-,”
“Hmm?” sebenarnya Gify ingin mengingatkan pemuda itu tentang hari ini, tapi sepertinya Rion sangat lelah dan sekarang sudah hampir tengah malam, Rion juga pasti lelah syuting seharian ditambah ia sempat bermasalah tadi.
“Kamu mau ngomong sesuatu Fy?”
“Ah enggak aku cuman mau bilang udah tengah malam, sebaiknya kamu istirahat kamu pasti capek banget, iya kan?”
“Iya nih capek banget, bukan cuman capek fisik, capek hati juga,” Gify terkekeh lalu tersenyum getir.
“Ya udah kamu juga istirahat ya, have a nice dream,”
“Iya kamu juga ya,” setelah telpon ditutup Gify memandang ponselnya yang sudah redup dengan tetap tersenyum getir sekarang rasanya dadanya sesak. Apa karena ia yang sangat lelah, atau khawatir pada Rion yang mendapat masalah, atau Rion yang tak ingat sama sekali tentang hari ini.
***
Tidak terasa hari ini adalah jadwal syuting terakhir, mereka hanya tinggal melakukan promosi ke beberapa daerah dan projek ini pun selesai. Suasana lokasi syuting pun tampak penuh dengan rasa kekeluargaan semua berbaur dengan akrab, istilahnya kaya lebaran, habis dendam, habis marah semua bersuka cita dalam satu harap semoga sukses, semoga tembus jutaan penonton. Untuk kali ini pun Rion ikut bergabung di party merayakan hari terakhir projek mereka.
“Ga turun?” Rion menatap lantai dansa di tengah cahaya kelap-kelip.
“Gue ga jago nge-dance,” Rion berusaha menolak, tapi ia benar-benar tak bisa dance seperti itu, walau sebenarnya sudah acap kali ia diajak clubbing, palingan ia hanya menghadiri bila party yang bersangkutan dengan pekerjaan atau undangan rekannya. Selebihnya ia akan menolak.
“Lo dari dulu ye tiap diajak nolak mulu, ga mau gabaung apa tuh ama Naira, Galen sama pemain lain juga,”
“Thanks for your invitation, but no Aksa,” Aksa adalah satu diantara temannya di dunia keartisan, mereka cukup akrab karena sikap Aksa benar-benar mengingatkan Rion dengan Farhan, namun Aksa lebih lihai dan senior. Aksa sendiri ikut ambil baian sebagai cameo dan mengisi soundtrack di projeknya kali ini.
“Ga enak sama yayang di rumah ya?” tidak banyak yang tahu Rion memiliki kekasih, tapi bukan berarti tidak ada, Aksa satu diantara mereka yang tahu, itu pun karena keliahaian Aksa jadi hubungannya dan Gify terbongkar oleh lelaki itu.
“Hati-hati Sa, nanti malah jadi gosip,” Rion memeringati.
“Lo mah aneh punya yang perhatian malah diumpet-umpetin, kalo gue jadi elo udah gue umumin ke seluruh dunia gue lah si cowok beruntung yang berhasil dapetin cewek ini,” setelah menepuk bahu Rion sekilas Aksa pergi entah kemana mengunjungi kumpulan-kumpulan orang satu ke yang lain, maklum orang kelewat ramah. Sedang Rion hanya terpekur mendengar ceplosan Aksa, Aksa memang suka asal ceplos tapi percayalah sebenarnya di tiap kalimatnya mengandung arti dalam
@aryalfaro terima kasih sudah mampir
Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu