Loading...
Logo TinLit
Read Story - May be Later
MENU
About Us  

Rion memilih mengasingkan diri dari para kru yang sedang asik bersenda gurau ditemani live music yang di sajikan di restoran salah satu hotel yang mereka inapi di Bangkok. Pemuda itu lebih memilih berdiri menatap pemandangan kota itu dari balkon, membiarkan angin malam menyentuhnya, menggerakkan sedikit rambutnya yang sudah agak panjang, melepaskan penat selama perjalanan seharian ini.

Ia baru sampai di tempat ini tengah hari, setelah memburu dan menyambangi tempat makan terkenal dan halal di Thailand, Rion dan para krunya pun memulai meeting untuk membahas jadwalnya selama di Thailand. Lalu pergi mengunjungi rumah pejabat Kedutaan Republik Indonesia.

Selama itu ia menghibur para tuan rumah ternyata yang menyambutnya bukan hanya si tuan rumah tapi juga para warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia dan masyarakat asli Thailand yang mengidolakan para bintang Indonesia ini, mereka tentu sudah sangat tak sabar melihat dan menyapa idola mereka. Rion pun sempat berkenalan dengan pejabat itu beserta keluarganya inilah salah satu kelebihan artis, bisa membangun relasi dengan siapa saja dari kalangan apa saja karena popularitasnya. Rion sempat berkenalan dengan putri sang pejabat yang ternyata sangat mengidolakan dirinya, gadis itu seumuran dengan Gify bahkan mengambil jurusan kuliah yang sama.

Sesaat Rion tersadar ia belum sempat menghubungi kekasihnya seharian ini, pantas saja rasanya ada yang kurang, ah mungkin dengan mendengar suara kekasihnya itu bisa mengobati lelahnya dan kerinduannya yang kemarin baru sebentar saja bisa memiliki waktu bersama.

***

Padahal hari telah cukup larut tapi entah kenapa, mata Gify belum bisa tertutup. Sedari tadi ia hanya bergerak risih di tempat tidurnya, berbolak-balik ke kanan dan ke kiri. Nakas di samping tempat tidurnya sudah terdapat tiga novel yang baru dibelinya berharap bisa membuatnya mengantuk, tapi baru membaca lembar pertama saja sudah membuatnya tak berselera untuk melanjutkannya.

Ia sudah mematikan lampu, minum air putih dan mendengar musik. Berharap usahanya bisa membuatnya mengantuk agar besok tidak telat kuliah, tapi apa daya ia masih resah seolah ada yang masih ditunggunya. Saat menatap langit-langit kamarnya terlintas di otaknya berarti kini Rion sedang bersama Naira, mungkin beberapa hari ke depan atau bahkan sebulan ke depan atau bahkan lebih mereka akan sering berinteraksi. Oh apa yang kini di pikirannya? Apa ia tengah cemburu? Dan ini mengganggunya. Di tengah puncak frustasinya untuk tidur, Gify merasa ponselnya bergetar dan melihat foto kekasihnya yang terpampang di layar ponsel, Rion menelpon. Seketika senyum terbit di wajah gadis itu. Ah ternyata ini yang ditunggu-tunggu gadis itu.

***  

Jadi udah beberapa kali sama Naira dia gimana orangnya?”

“Dia? Dia orangnya baik, ramah, menyenangkan di ajak bicara, kayanya kerja sama kami bukan hanya berjalan lancar tapi bakal jadi seru,” Rion hanya mendengar suara di seberang telpon yang hanya ber-o pendek lalu hening. Cukup lama Rion menunggu gadis itu yang hanya diam saja.

“Ngomong-ngomong tumben ga mempan udah baca novel, minum air, matiin lampu, sama dengerin musik,” Rion sedikit heran biasanya gadisnya akan sangat mudah tidur kalau sudah melakukan serentetan  kegiatan itu.

“Ga tahu,”

“Kamu masih kangen kali sama aku,” Rion terkekeh, menggoda gadis mungil itu dan membuatnya kesal akan sangat menyenangkan, soalnya gadis itu sangat cuek, dan saat kesal gadis itu akan lebih ekspresif.

“Iiiiii PD abis si, pokoknya ga mau tahu harus bawa oleh-oleh, kamu kan sebenarnya janju mau ajak aku liburan sama hunting foto ke sana,” Gify mencoba mengingatkan janji pemuda itu dulu.

“Oh iya ya, oke deh soal liburan sama hunting foto nanti kita atur jadwalnya ya kalau aku udah ga sibukm kalau oleh-oleh tenag aja aku pasti bawa, sekarang yang penting jangan kemaleman tidurnya ntar telat lagi, bete lagi, aku lagi yang disalahin,”

“Iya ini udah mau tidur,”

“Assalamualaikum, have nice dream,”

“Waalaikum salam, you too,”

Rion tersenyum menatap layar ponselnya yang sudah gelap, slalu sama rasanya saat berinteraksi dengan gadis itu.  Ah kalau begini jadi pingin balik Jakarta.

“Ga gabung sama yang lain,” lamunan Rion buyar saat mendengar suara wanita yang menyapanya dari samping, saat menoleh ternyata calon lawan mainnya yang menyapa.

“Lo sendiri?” Rion malah menjawab dengan pertanyaan singkat, gadis itu hanya mendengus.

Angle dari sini bagus,”wanita itu membentuk jarinya menjadi bentuk segi empat dan matanya memicing seolah sedang membidik gambar untuk di foto. Sedang Rion hanya mengangkat kedua alisnya, Rion bingung kenapa gadis ini selalu punya bahan untuk dibicarakan dan terkadang tak ada hubungannya dengan obrolan semula, tadi bertanya tujuanya tak bergabung dengan kru lain, kini malah berbicara tentang angle foto. Berbeda dengan gadis itu yang berpikir pasti pemuda ini sedang meragukan kemampuannya membidik foto, ah mentang-mentang dia cowok gue cewek, cewek juga jago kali foto-foto.

“Lo meragukan kemampuan fotografi gue?”

“Lo tertarik dengan fotografi?” mereka bertanya hampir bersamaan.

“Ahahah gue dulu banget waktu SMP sekarang udah enggak,” Rion tersenyum tipis melihat gadis itu yang terlalu ekspresif.

“Sama,” Rion menjawab dengan singkat lagi.

“Pas SMP juga?”

“Ngga, pas awal kuliah, tapi sama-sama udah ngga lagi sekarang”gadis itu mendengus lagi, pemuda ini singkat-singkat sekali memberi informasi, menyebalkan.

“Itu ga sama namanya,” ujar gadis itu emosi sambil memukul lengan Rion, Rion hanya mengaduh sambil tertawa, dan lagi malam itu mereka habiskan dengan obrolan panjang sampai tengah malam.

***

Gify hanya diam memandangi SC kegiatan baksos yang diurusnya, sekaligus kakak tingkatnya, sekaligus dosennya yang Gify tahu bernama Abriel, orang yang begitu sinis padanya di awal jumpa. Lelaki itu tengah sibuk berbicara dengan kepala kelurahan tempat mereka akan mengadakan baksos. Lelaki itu sangat ramah dan sopan dalam berbicara, dan setelah lima jam mereka bersama mengurus persiapan baksos Gify mulai tahu lelaki ini bukannya jahat atau apa, hanya saja dia memang sangat tegas dan berdisiplin tinggi tidak heran ia sudah sukses di usia semuda ini, baru 26 tahun. Lelaki itu pun bukan lah tipe pendedam yang terus mengingat masalah masa lalu, buktinya hari ini ia memperlakukan Gify dengan baik, dia tidak akan marah pada orang yang benar. Dan ia akan sangat tegas pada yang bersalah.

“Fy kamu udah catat poin-poin penting yang disebutin Pak Galih tadi kan?” Gify refleks  menatap Pak Galih yang telah menjauh dari dirinya dan Abriel, lalu cepat-cepat melirik buku catatan kecilnya, huft untung saja walau melamun Gify tetap menyimak dan mencatat hal penting yang menyangkut kegiatan baksos mereka.

“Udah kok Kak,” setelah beberapa kali berurusan dengan lelaki ini Gify memang memanggilnya ‘Kak’ kalau urusannya di luar perkuliahan, teman-temannya yang lain pun begitu.

“Oke nanti kamu follow up aja terus semua persiapannya, dan jangan lupa koordinasikan sama rekan kamu yang lain,” Gify mengangguk mantap mendengar perintah Abriel, lalu ia sedikit bingung saat melihat Abriel yang tak berjalan ke arah mobilnya tapi malah hendak menyebrang jalan, mau ke mana lagi lelaki ini, tak cukup kah mereka keliling kelurahan ini lima jam demi mengurus semuanya.

“Saya tunggu di KFC depan, ajak anak-anak lain juga nyusul, saya traktir,” seketika kerutan kening Gify berganti dengan senyuman cerah , asikkkk.

***

Seluruh teman-teman Gify yang terlibat di acara baksos  tentu terlihat senang dan sumringah mendapat traktiran dari Abriel, apalagi anak rantau yang uang jajannya dikirimi perbulan, banyak-banyak bersyukur uang makan siang hari ini bisa dipakai untuk yang lain, teman-teman Gify yang sempat kena semprot karena miss koordinasi pun seketika sirna wajah muramnya, Abriel memang pandai memimpin seketika kami merasa di didik dan dirangkul.

Melihat ayam goreng tepung yang kini sudah ludes dihadapannya entah mengapa membuat pikirannya sempat terbayang wajah Rion, pemuda itu sudah tidak menghubunginya sejak malam itu, berarti sudah terhitung hampir sebulan, banyak pesan-pesannya yang hanya masuk, terbaca namun tidak terbalas, sibuk sekali sepertinya orang itu. Saat tiba-tiba ponselnya bergetar dengan cekatan Gify meraih ponselnya memastikan si pengirim pesan. Seketika pula bahu gadis itu merosot hanya pesan dari layanan kartu prabayar mengingatkan untuk segera isi ulang pulsa.

“Lagi nunggu SMS pacar?” Gify berjingkat kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba Revia, gadis itu memang duduk tepat di sebelahnya. Revia mungkin sedikit terkejut juga dengan reaksi berlebihan Gify yang duduk di sebelahnya menerima pesan dan sudah menebak kekasih sahabatnya ini pasti ngilang lagi, lama-lama gue kerangkeng aja ntar pacar lo Fy biar lo ga sedih lagi. Sedang Gify hanya tersenyum kecut.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • camarseptakum

    @aryalfaro terima kasih sudah mampir

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
  • aryalfaro

    Chapter 1 saya sudah menyenangkan ceritanya ^^ Saya akan membaca chapter selanjutnya ^^

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
Similar Tags
Kyna X Faye
4330      1261     2     
Romance
Keiko Kyna adalah seorang gadis muda pemilik toko bunga. Masa lalu yang kelam telah membuat gadis itu menjauhi dunia keramaian dan segala pergaulan. Namun siapa sangka, gadis pendiam itu ternyata adalah seorang penulis novel terkenal dengan nama pena Faye. Faye sama sekali tak pernah mau dipublikasikan apa pun tentang dirinya, termasuk foto dan data pribadinya Namun ketika Kenzie Alcander, seo...
Mengejarmu lewat mimpi
2186      874     2     
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.
Aleya
2340      739     4     
Romance
Kau memberiku sepucuk harapan yang tak bisa kuhindari. Kau memberiku kenangan yang susah untuk kulupakan. Aku hanyalah bayangan bagimu. Kita telah melewati beberapa rute tetapi masih saja perasaan itu tidak bisa kukendalikan, perasaanmu masih sama dengan orang yang sama. Kalau begitu, kenapa kau membiarkan aku terus menyukaimu? Kenapa kau membiarkan aku memperbesar perasaanku padamu? Kena...
Loveless
7277      3425     609     
Inspirational
Menjadi anak pertama bukanlah pilihan. Namun, menjadi tulang punggung keluarga merupakan sebuah keharusan. Itulah yang terjadi pada Reinanda Wisnu Dhananjaya. Dia harus bertanggung jawab atas ibu dan adiknya setelah sang ayah tiada. Wisnu tidak hanya dituntut untuk menjadi laki-laki dewasa, tetapi anak yang selalu mengalah, dan kakak yang wajib mengikuti semua keinginan adiknya. Pada awalnya, ...
REGRET
579      403     0     
Short Story
Adil bukan berarti sama. Adil adalah saat kita membaginya sama rata sesuai kebutuhan yang diperlukan. Jika kamu merasakan ketidakadilan dalam dirimu, coba tanyakan pada dirimu sendiri, sudahkah kamu paham akan makna keadilan?
Venus & Mars
6095      1571     2     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagunan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan ...
Alya Kirana
2107      977     1     
Romance
"Soal masalah kita? Oke, aku bahas." Aldi terlihat mengambil napas sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan berbicara, "Sebelumnya, aku udah kasih tau kan, kalau aku dibuat kecewa, semua perasaan aku akan hilang? Aku disini jaga perasaan kamu, gak deket sama cewek, gak ada hubungan sama cewek, tapi, kamu? Walaupun cuma diem aja, tapi teleponan, kan? Dan, aku tau? Enggak, kan? Kamu ba...
My X Idol
15893      2514     5     
Romance
Bagaimana ya rasanya punya mantan yang ternyata seorang artis terkenal? Merasa bangga, atau harus menutupi masa lalu itu mati-matian. Seterkenal apapun Rangga, di mata Nila ia hanya mantan yang menghilang ketika lagi sayang-sayangnya. Meski bagi Rangga, Nila membuat hidupnya berwarna. Namun bagi Nila, Rangga hanya menghitam putihkan hatinya. Lalu, apa yang akan mereka ceritakan di kemudian hari d...
Attention Whore
245      202     0     
Romance
Kelas dua belas SMA, Arumi Kinanti duduk sebangku dengan Dirgan Askara. Arumi selalu menyulitkan Dirgan ketika sedang ada latihan, ulangan, PR, bahkan ujian. Wajar Arumi tidak mengerti pelajaran, nyatanya memperhatikan wajah tampan di sampingnya jauh lebih menyenangkan.
Sebuah Musim Panas di Istanbul
415      300     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?